Senin, 26 Juli 2010

Buku "Keajaiban Ikhlas" Karya Muhammad Gatot Aryo

Resensi Buku “Keajaiban Ikhlas”

Penulis: Muhammad Gatot Aryo

Kajian komprehansip tentang ikhlas, dari pemahaman ikhlas dalam
perspektif spiritualisme clasic, hingga pemahaman ikhlas dari sisi kajian
ilmiah modern. Buku ini juga mengkaji ikhlas dari dua kutub pemahaman
yang selama ratusan tahun sulit di pertemukan. Tapi ternyata, kajian
ikhlas mampu mempertemukan dua kutub yang sering kali bersebrangan
ini, dan memberikan sentuhan benang merah yang muaranya tak
terbantahkan adalah “Sang Khalik” (Allah SWT).

Dalam buku ini juga, ikhlasa di kaji dari dua sisi yang berbeda.
Yaitu aspek vertikal dan aspek horizontal, membuat anda akan
mendalami ikhlas buakan hanya sebagai sarana untuk mencapai
ketauhidan yang kan memperkuat keimanan dan kecintaan kepada Allah
SWT. Tapi juga buku ini membuka tabir rahasia, bahwa ikhlas memiliki
efect yangmampu mempositifkan bagi pikiran, jasmani dan ruhani
manusia, dan dapat di buktikan secara ilmiah.

Dan ternyata “Ikhlas” mempunyai peranan yang penting dan luar
biasa bagi tercapainya kesuksesan, kebaikan, dan kebahagiaan seorang
Hamba Allah baik di Dunia maupun di Akhirat. Sebuah referensi buku
yang wajib di baca, seba di sini and aakan menemukan “Keajaiaban
Ikhlas” yang akan mencerahkan hidup anda, juga akan merubah cara
pandnag, pikr dan tindakan anda tetang hakikat “Kebahagian Sejati”.
Kenapa Buku Ini Harus Di Baca?

• Kajian ikhlas bukan hanya sudut pandang spiritualisme clasic, tapi
juga kajian ilmiah modern. Dan membuka cakrawala cakrawala
anda tentang hakikat ikhlas dan dampak luar biasanya bagi
kehidupan manusia.

• Membuka tabir “Kejaiban Ikhlas” yang memiliki pengaruh positif
bagi kesehatan pikiran, jasmani dan ruhani manusia.
• Membuka tabir “Kejaiban Ikhlas” yang dapat menyembuhkan
penyakit Kanker, Stres dan Depresi.
• Membuka tabir “Keajaiban Ikhlas” yang ternyata mampu
memberikan ketantraman, ketenangan dan kedamaian hati.
• Membuka tabir “Keajaiban Ikhlas” yang merupakan kunci
kepastian hidup, di antara gelombang kehidupan yang tidak pasti.
• Membuka tabir “Keajaiban Ikhlas” yang merupakan pondasi awal
tercapainya kesuksesan dan kebahagiaan seorang hamba Allah.

lebih lengkap dan nyaman beli aja bukunya di gramedia, gunung agung, ato toga mas terdekat!!!

pesan online bisa email ke coretanbooks@gmail.com
atau hot line sms 08170991751/089638105887



BAB 1. Apa Itu Ikhlas ?
“ Katakan , sesungguhnya sholat ku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk
Allah, seru sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan demikianlah yang di
perintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am : 162-163)
Ikhlas, adalah sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita. Kata
ikhlas sering digunakan dalam berbagai aktifitas hidup kita, mulai saat
bersedekah, beribadah, bekerja, berusaha, membantu orang lain,
berkeluarga, dan banyak aktifitas hidup lainnya. Kata ikhlas biasanya,
sering kita gunakan untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang tidak
beroreintasi materil, tanpa pamrih dan tulus.
Tindakan yang disertai keikhlasan, sering membuat decak kagum
banyak orang, karena tindakan tersebut adalah bentuk pengorbanan diri
seseorang pada orang lain, tanpa berharap pamrih dari orang dibantunya.
Ternyata ikhlas bukan sembarang “kata”, makna ikhlas bagaikan sebuah
mantra yang mampu memberikan keajaiban dalam kehidupan manusia.
Karena manusia-manusia yang ikhlas, memiliki keistimewaankeistimewaan
tersendiri dalam hidupnya ”?”.
Kekuatan ikhlas, ternyata dapat memberikan perubahan positif dalam
kehidupan manusia. Kekuatan positif inilah yang membuat orang ikhlas,
selalu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Orang
ikhlas hatinya, akan selalu di lapangkan hidupnya oleh Allah, jiwanya
selalu berserah diri pada pencipta-Nya. Sehingga beban-beban di
punggungnya, akan di ringankan oleh Allah dari beban-beban ujian yang
memberatkan hidupnya, semua kesulitannya akan di mudahkan oleh
Allah. Karena orang ikhlas selalu percaya, sesudah kesulitan pasti ada
kemudahan. Dan ia percaya, Allah akan selalu menolong hamba-hambanya yang
ikhlas.
Apa itu ikhlas? Bagaimana penggunaannya? Apa urgensinya sikap ikhlas
dalam kehidupan manusia? Kekuatan positif apa yang dimiliki oleh seorang
manusia, ketika dia bersikap ikhlas?.
Semua jawaban itu akan kita dapatkan, setelah kita memahami
makna ikhlas. Caranya yaitu dengan memahami makna ikhlas terlebih
dahulu, setelah itu baru kita akan mampu mengimplementasikan dalam
kehidupan sehar--hari. Dengan ikhlas, kita tak perlu lagi bergundah hati,
resah-gelisah, takut pada kemiskinan, kesempatan, penyakit dan
ketidakjelasan masa depan. Ikhlas dapat melapangkan kesempitan,
mempositifkan energi-energi negatif dalam diri, menghapuskan
kebencian, menghilangkan dendam, dan mendobrak segala bentuk
penyembahan-penyembahan pada Dunia, yang tak sedikit manusia
terjebak di dalamnya.
Dengan kemurnian ikhlas, seorang manusia dapat membebaskan
dirinya dari segala bentuk perbudakan Duniawi. Ia akan mampu
melepaskan dirinya dari segala penyembahan kepada selain Allah. Seperti
penyembahan pada materi, Uang, Harta benda, Wanita, Perhiasan,
Alkhohol, Narkoba, Birahi, Jabatan, Tahta, Kekuasaan, Tradisi, yang
selama ini banyak manusia terbukti terbudaki olehnya. Sesuai penjelasan
surat Al-an’am di atas, Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku, dan
matiku hanya untuk Allah semata!, Inilah hakikat Ikhlas. Apalagi penjelasan
dalam Surat Al-fatihah.
“ Hanya Engkaulah (Allah) yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah (Allah) kami mohon pertolongan, “ (AL-Fatihah : 5)
Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik, sudah
sepantasnyalah manusia hanya berhak menyembah, berharap, dan
memohon pertolongan hanya kepada Allah saja. Dan keikhlasan, adalah
pondasi awal untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tanpa keikhlasan,
kita tidak akan mampu mengendalikan hawa nafsu, agar tetap berada di
jalan lurus, jalan yang di ridhoi oleh Allah.
Sebab hanya dengan berserah diri pada kehendak Allah lah, hidup
manusia akan di selamatkan. Dan keikhlasan adalah kemurnian sikap yang
akan membuat manusia menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan
hamba selain Allah, bukan hamba materialisme, sesuatu yang justru hanya
ciptaan-ciptaan Allah.
Kemurnian sikap, ucapan, dan perbuatan ikhlas inilah yang
membuat kata “ikhlas” bagaikan mantra yang mampu menghujam hati,
mengetarkan jiwa, dan sinarnya mampu memancarkan kekuatan positif
yang mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan hidup. Sebab
hanya dengan berserah diri secara utuh kepada Allah lah, semua bebanbeban
hidup manusia akan di ringankan oleh-Nya.
Sungguh sombong manusia yang hanya menggantungkan
hidupnya pada dirinya sendiri, pada kekayaan materi yang di miliki, pada
kekuasaan politik maupun tradisi yang sandang, pada popularitas yang
membuai, pada ciptaan-ciptaan Allah yang keberadaannya sangat
bergantung pada Penciptanya. Sungguh tersesat, manusia yang tidak
menggantungkan hidupnya pada Allah, karena sesungguhnya manusia
adalah makhluk lemah yang tak memiliki daya dan upaya kecuali dia
hanya berserah diri pada Allah. Sebab, tak ada satu helai rambut pun
yang jatuh ke Bumi, tak ada satu lembar daun pun yang jatuh ke tanah,
kecuali atas seizin Allah. Kalau kita menyadari hal itu, lantas alasan
apalagi yang harus kita tunggu untuk tidak menyerahkan diri dan hidup
kita kepada Allah saja. Dan cara satu-satunya adalah dengan
mengikhlaskan hati.
A. IKHLAS DALAM AL-QURAN
1.1 Memurnikan Keesaan Allah
“(1)Katakanlah : Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (2) Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (3) Dia tidak beranak dan tidak pula
di peranakkan (4) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
(QS. Al-Ikhlas : 1-4).
Ayat di atas menjelaskan secara gamblang substansi keikhlasan.
Manusia yang ikhlas akan selalu berkata, Dialah Allah Tuhan Yang Maha
Esa, tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Dalam hati
orang ikhlas, tak ada secuil pun tempat penghambaan pada sesuatu selain
Allah. Karena Ia sangat mengetahui siapa dirinya, darimana asalnya, dan
untuk apa ia hidup di dunia ini!
Orang yang ikhlas menyadari sepenuhnya, bahwa Allah adalah
tempat segala sesuatunya berantung. Mulai hal-hal yang makro kosmos Di
Dunia ini seperti alam semesta, galaksi, planet-planet, Matahari, Bulan,
Bintang, Meteor, dan segala hal yang disebut materi. Hingga hal yang
mikro kosmos seperti struktur atom, tarik menarik antara proton dan
netron. Keseimbangan-keseimbangan alam semesta, keteraturan yang kita
temui di planet Bumi, spesies-spesies yang hidup di dalamnya dengan
jumlah yang tak terhitung. Bagaimana cara hidup spesies-spesies itu,
dengan bakat-bakatnya yang mengagumkan. Sungguh semua tatanan
yang sempura itu hanya bergantung pada penciptanya, yaitu Allah SWT.
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan
orang yang membatu hatinya ?). Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kedekatan yang
nyata.” (QS. Az-Zumar : 22)
Apakah dengan mengucapkan “Saya Beragama Islam” cukup
untuk membuktikan keikhlasan kita?, padahal hati kita masih membatu
dalam mengingat Allah “???”. Hamba yang ikhlas, adalah hamba yang
hatinya selalu mengingat Allah di setiap detik dalam hidupnya, ia penuhi
hatinya untuk berserah diri pada pencipta-Nya. Mulai ia bangun dari
tidur hingga ia tertidur kembali, hati orang ikhlas tak akan pernah
membatu dalam mengingat Allah. Karena hanya kepada Allah lah ia
serahkan segala sesuatunya, dan manusia adalah makhluk yang tak
memiliki daya, dan upaya apabila dirinya tidak menggantungkan
hidupnya pada Sang Pencipta. Sebab apabila Allah menghendaki manusia
tak bisa menghirup oksigen saja (bernafas), maka nyawa manusia di Bumi
ini tak dapat tertolong lagi.
1.2 Meringankan Beban Kehidupan
“(1) Bukankah kami telah melapangkan untukmu dada Mu? (2) Dan kami
telah menghilangkan dari padamu bebanmu, (3) Yang membuatkan punggung
Mu? (4) Dan kami tinggikan sebutan (nama) Mu, (5) Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan, (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (8) Dan hanya kepada
Tuhan mulah hendaknya kamu berharap.“ (QS. Alam Nasyrah : 1-8)
Surat Alam Nasyrah sangat gamblang menjelaskan keistimewaa
manusia yang ikhlas!. Di sana di jelaskan, bahwa hanya dengan berharap
kepada Allah lah, hati kita akan dilapangkannya, punggung kita akan di
ringankan dari beban hidup yang memberatkan. Dan segala kesulitan akan di
mudahkan, dan Allah akan tinggikan derajatnya, bagi orang-orang yang hanya
berharap kepada Allah.
Kita semua manusia sadar, bahwa menjalani hidup bukanlah hal
yang mudah. Hidup itu di penuhi ujian dan cobaan, jalan menanjak terjal
yang di penuhi krikil-krikil tajam. Kesedihan dan kebahagian adalah dua
hal yang datang bergantian, bagai siang dan malam. Kadang di tengah
perjalanan kita merasa bosan, malas dan sedih, sesekali kita mengeluh,
menuntut dan menyalahkan keadaan. Walaupun tidak sedikit pula
kebahagiaan, keberhasilan, cinta kasih datang menghampiri, menghapus
segala luka, dan kecewa yang menghimpit kesengsaraaan.
Tapi di satu sisi, terkadang kebodohan manusia sendiri yang
membuat dia sombong dan lupa diri pada pencipta-Nya. Saat
keberhasilan dan kebahagian datang, seolah-olah kesuksesan itu, adalah
hasil jenih payahnya sendiri. Bahkan ia hampir lupa, bahwa Allah Yang
Maha Berkehendak, punya andil di dalamnya. Tapi sebaliknya saat ujian
dan bencana datang, yang ia hujat malah Tuhan-Nya sendiri. Seolah-olah
dia tak pernah melakukan kesalahan sedikit pun, yang membuat bencana
itu datang padanya. Padahal kalau ia mau teliti, tindakannya itu hanyalah
bentuk-bentuk pembenaran bagi dirinya, atas kesalahan yang dia perbuat
sendiri ”???”.
Disinilah, letak kekhilafan manusia yang perlu di dasari segera
mungkin kalau kita ingin memulai mengikhlaskan hati. Karena manusia
yang ikhlas, hatinya sedikit pun tak pernah menghujat Tuhannya. Sesulit
apapun kesedihan, penderitaan, dan kesempitan meghampirinya.
Justru, semakin besar ujian yang datang maka semakin besar pula
kepasrahan dirinya ia panjatkan pada Allah SWT. Karena orang ikhlas selalu
percaya, setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan. Bagi hambahambanya
yang hanya berharap pada Allah, tak ada kamus
kesombongan, dalam dirinya. Sebab hanya karena kehendak dan ridha
Allah lah, keberhasilan dan kesuksesan itu datang padanya. Sungguh,
hanya keikhlasan lah akan membuat hati kita lapang dari belenggu jiwa
yang memenjara, menghilangkan beban-beban kehidupan yang semakin
hari, semakin memberatkan pundak manusia.
1.3 Menentramkan Hati
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati
menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan berawal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.“ (QS. AR-RAD : 28-29)
Kemajuan peradaban umat manusia saat ini ternyata telah
melupakan sesuatu. Saat umat manusia berlomba-lomba membangun
Gedung-Gedung Pembakar Langit, Ilmu pengetahuan mencapai
puncaknya hingga manusia bisa menginjak bulan, segala sesuatu di Bumi
ini mampu di pelajari, di prediksi, bahkan di manipulasi. Tapi kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, harusnya membuat umat manusia lebih
bersyukur, bahwa tak ada satu pun yang sia-sia, yang Allah ciptakan di
Bumi ini. Tapi sebaliknya, yang terjadi saat ini kemajuan peradaban membuat
sebagian manusia semakin sombong, bertindak sesuka hati, dan melupakan
Tuhan-Nya.
Di sinilah sebagian manusia modern melupakan sesuatu, sesuatu
yang membuat manusia modern hidup dalam kegelisahan hati,
kegersangan jiwa, keserakahan hawa nafsu, pemujaan materi, dan
ketakutan hidup. Masalah tersebut membuat manusia modern menyadari,
pentingnya ketentraman dan ketenangan hati. Sebuah kondisi dimana hati
dan pikiran manusia merasa bahagia dan damai. Banyak cara lebih
dilakukan manusia modern untuk mencapai itu, tapi tak ada yang pernahpernah
berhasil seratus persen mencapainya.
“Kenapa?”, Karena mereka melupakan sesuatu yang sangat
subtansial yang menjadi penyebab tercapainya kebahagiaan dan
kedamaian hati. Jawaban lengkapnyanya, ada dalam AL-Quran surat ARRAD
ayat 28-29 yang tertulis diats. Dalam ayat tersebut sangat tegas di
sampaikan, Bahwa hanya dengan mengingat Allah lah hati manusia akan
menjadi tentram, dan hanya orang-orang yang ikhlas yang mampu mencapai titik
ketentraman hati. Karena dengan memurnikan keesaan Allah dalam diri,
lalu berserah diri kepada-Nya secara utuh, dalam kesedihan, maupun
kebahagiaan, disetiap waktu, dalam setiap waktu, dimanapun manuis
berada. Maka seorang hamba Allah yang ikhlas, akan mencapai
ketentraman hati dalam hidupnya.
Sebetulnya manusia modern tak perlu repot-repot mencari cara
untuk menenangkan hati. Karena ketentraman hati akan dapat di capai
dengan keikhlasan. Segala kegelisahan hati, kegersangan jiwa, dan
ketakutan, akan di hilangkan dari hati hamba-hambanya yang ikhlas.
Manusia di zaman ini, terlalu sibuk mengejar materi, birahi, dan
kekuasaan. Dan hal-hal tersebut belum tentu memberikan ketentraman
hati bagi jiwanya. Allah tidak melarang manusia mengejar kehidupan
duniawi, tapi jangan sampai aktivitasmu melupakanmu pada Allah.
Karena. hanya orang-orang beriman dan beramal saleh lah, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik!.
1.4 Memurnikan Ketaatan
“ Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah ketaatan
kepada-Nya dalam (Menjalankan) agama dengan lurus. “
(AL-Bayyinah : 5)
“ Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu AL-Kitab (AL-Qur’an)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih
(dari Syirik). “ (AZ-Zumar : 2-3)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka, dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong
pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang bertaubat mengadakan perbaikan,
dan berpegang tenguh pada (agama) Allah, dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama
mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman.
“ (An-Nisa’ : 145-146)
Keikhlasan akan membawa seorang hamba memurnikan
ketaatannya kepada Allah. Karena ikhlas adalah inti ibadah bagi jiwa
manusia. Mustahil ketaatan pada Allah, akan di terima tanpa di sertai
keikhlasan. Karena ikhlas adalah hakikat ketaatan yang sesungguhnya.
Saat manusia masih menjadi Ruh, Allah memberikan pertanyaan
padanya di alam ruh, “Siapa Tuhanmu?“. Dan Ruh tersebut
menjawab,“Engkaulah (Allah) Tuhanku!“. Lalu dia menghembuskan Ruh
tersebut kejanin manusia, setelah 9 bulan lahirlah seorang bayi manusia
ke alam Dunia. Bayi yang lahir ke Dunia, berada dalam kondisi suci dan
bersih. Orang tua-orang tua merekalah yang menjadikannya Islam,
Nasrani, Yahudi, Majusi, Hindu, Buddha, Pagantisme, Dinamisme, dan
lain sebagainya.
Keikhlasan seorang manusia, seungguhnya akan membawa
manusia pada hakikat dirinya saat masih menjadi Ruh. Hakikat bahwa,
dirinya adalah makhluk ciptaan Allah, dan hanya kepada-Nyalah dirinya harus
menyembah. Karena itu tak ada satu pun yang dapat menolong dirinya
kecuali Penciptanya (Allah).
Saat manusia mengalihkan penyembahan, dan ketaatannya pada
hal-hal selain Allah. Sesungguhnya manusia itu telah berada dalam
kesesatan yang nyata, dan orang-orang munafik dan tersesat itu, akan
Allah tempatkan mereka semua dalam Neraka. Kecuali mereka-mereka
yang bertaubat dan kembali pada keimanannya, mengadakan perbaikan,
dan berpegang teguh pada tali Allah dengan tulus dan ikhlas. Keikhlasan
dalam diri, akan membawa diri seorang hamba, pada kemurnian ketaatan
yang selalu membawa-Nya pada pertolongan Allah.
1.5 Memperbanyak Syukur
“(31) Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu
berlayar dilaut dengan nikmat Allah, supaya diperhatikan-Nya kepadamu
sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi
banyak bersyukur (32) Dan apalagi mereka dibawah ombak yang besar seperti
gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di dalam, lalu sebagian mereka tetap
menempuh jalan yang lurus. Dan tak ada yang menginginkan ayat-ayat kami,
selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.“ (QS. Luqman : 31-32)
Hamba-hamba yang penuh keikhlasan, hatinya akan selalu
bersyukur pada Allah. Karena keikhlasan, akan membawa pada murninya
ketaatan pada Allah, dan hamba Allah yang di hatinya ada iman, ia
menyadari sesungguhnya, hidupnya dipenuhi nikmat-nikmat yang
diberikan Allah kepada-Nya.
Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaannya, dari ujung barat
hingga ujung timur, dari hal yang mikro kosmos hingga hal yang makro
kosmos, mulai dari bangun tidur hingga kita tidur lagi. Semua itu tandatanda
kekuasaannya agar manusia bersyukur, segala nikmatnya mulai
apa-apa yang di makan, apa-apa yang kita minum, apa-apa yang kita
kenakan (pakaian), apa-apa yang di manfaatkan di muka Bumi ini adalah
anugerah-Nya.
Maka itu, apabila manusia ingin nikmat-nikmatnya di tambah,
hanya perlu ia lakukan adalah lebih banyak bersyukur, dan memurnikan
ketaatannya pada Allah. Karena hamba Allah yang ikhlas menyadari
sepenuhnya, bahwa semakin banyak ia bersyukur pada Allah, maka
semakin besar pula Allah akan menambahkan nikmat-nikmatnya
padanya. Seperti firmannya:
“ Dan (Ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “ Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih.“
(QS. Ibrahim : 7)
Banyak manusia saat ini, mencari anugerah Tuhan di muka Bumi
dengan cara yang salah. Mereka hanya bekerja keras, tapi tidak bersyukur
kepada Allah. Mereka bekerja dari pagi hingga malam hari, tapi lupa
untuk beribadah dan mensyukuri nikmat dari jeri payahnya kepada
Allah. Malah, rezeki yang mereka miliki, semakin membuat mereka
sombong, rakus dan lupa diri. Akibatnya rezeki tersebut tidak membawa
berkah, tapi justru membawa bencana. Ini sesuai firmannya, dalam surat
ibrahim, “Jika manusia mengingkari nikmat ku, maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih .”
1.6 Memperkuat Kesabaran
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkalah
kesabaranmu, tetaplah bersiap-siaga di perbatasan negerimu dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung. “ (QS. Ali Imran : 200)
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“
(QS. AL-Baqarah : 153)
Kehidupan adalah perjalanan panjang yang meletihkan.
Lambatnya memperoleh keberhasilan usaha, sukses yang selalu tertunda,
kegagalan dan halangan yang kerap kali mendera, membuat manusia
menjadi malas, kecewa, mengeluh dan berputus asa. Sering kali manusia
memperoleh keberhasilan secara instan, tanpa kerja keras dan usaha yang
sepadan.
Kesuksesan itu ada ukurannya, karena hanya hamba-hamba Allah
yang bersabar dalam memperjuangkan impiannya, dan tetap memperkuat
kesabarannya, walau badai datang bertubi-tubi hingga ia meriah
kesuksesannya.
Manusia ikhlas, diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa
bersabar, dan memperkuat kesabarannya. Karena sesungguhnya kebaikan
dan keselamatan itu terletak pada kesabaran. Saat seorang hamba
mengikhlaskan segala tujuan dan impiannya kepada Allah, lalu ia perkuat
kesabarannya dalam berjuang, sampai ketentuan, dan jalan keluar datang pada-
Nya. Itulah hakikat kesabaran yang sesungguhnya, dan mereka adalah
orang-orang beruntung, yang akan mendapat pertolongan Allah di Dunia
maupun Akhirat.
Manusia ikhlas itu, sesungguhnya di berikan dua senjata yang
hebat untuk mengatasi ujian dan cobaan dalam hidupnya. Senjata tersebut
yang pertama adalah sabar dan yang kedua adalah shalat. Hanya dengan
kesabaran yang kuat, dan menyerahkan diri kepada Allah secara utuh di dalam
shalat mu lah, segala persoalan-persoalan hidup hamba Allah akan diberikan jalan
keluarnya. Mereka-mereka inilah, orang-orang yang akan mendapat
limpahan rahmat dari Allah, sesuai firman-Nya :
“ …Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya, dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada di sangkasangkaNya.
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi tiap-tiap sesuatu.“
(QS. Ath-Thalaq : 2-3)
Manusia ikhlas tak perlu takut pada ujian dan cobaan kehidupan,
karena apabila ia berserah diri kepada Allah secara utuh dalam shalat dan
kehidupannya, maka Allah akan mengucapkan segala-segala keperluankeperluan
hidupnya.
1.7 Selalu Di lindungi Allah
“Bukanlah Allah cukup, untuk melindungi hamba-hamba-Nya? “
(AZ-Zumar: 36)
“ Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindunganperlindungan
selain Allah, adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesugguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui.“ (QS. AL-Ankabut : 41)
“ Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah
(datamgnya). Dan bila kamu di timpa oleh kemadharatan, maka hanya kepada-
Nyalah kamu meminta pertolongan.“ (QS, An-Nahl : 53)
Saudaraku, tak ada satu keadaan yang membuat kita nyaman
dalam hidup ini, selain keadaan dimana kita merasa terlindungi. Hamba
yang hatinya ikhlas, tak akan ada perasaan takut di hatinya dalam
menghadapi segala kesengsaraan, dan ujian hidupnya. Dia percaya, Allah
SWT akan selalu melindunginya, karena ia telah memasrahkan seluruh
kehidupannya, untuk memurnikan ketaatan kepada Allah.
Cukup hanyalah Allah yang menjadi penolong, dan pelindung
hamba-hambaNya yang ikhlas.“Apakah harta kekayaan yang melimpahkan
dapat melindungi manusia dari kesengsaraan hidup?,” berapa banyak orang
kaya yang hidup dibalik rumah mewah hari ini tapi hidupnya nyatanya
sengsara, karena Allah menguji dia dengan penyakit (misalnya: stroke).
“Apakah kekuasaan yang di jabat, akan melindungi seorang manusia dari
Bencana Alam?” Sesungguhya apabila Allah menghendaki seorang hamba
terkena bencana, apa pun jabatannya, maka tak ada satupun kekuatan
yang mampu menghalanginya. Begitupun, apabila Allah menghendaki
keselamatan seorang hamba, maka tak ada satupun kekuatan yang
mampu menyengsarakannya. “???”
Jadi hanya kepada Allah lah hendaknya kita berserah diri, dan
hanya kepadaNya pula kita memohon pertolongannya. Karena itu tak ada
patut seorang manusia menyombongkan diri dengan harta benda, jabatan,
pekerjaan, atau usaha yang dimiliki. Karena sesungguhnya Allah lah yang
memberi nikmat, dan kemadharatan, dan hanya kepada Allah sajalah kita
memohon pertolongan. Sesuai firmannya:
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untk Allah, Rabb sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah
yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah). “ (AL-An’am : 162-163)
B. IKHLAS DALAM HADITS
Selain dalam AL-Qur’an, ikhlas juga banyak dijelaskan dalam
hadits. Rasullullah SAW adalah sumber inspirasi manusia yang pernah
hidup di Bumi ini. Risalah beliau dalam menyebarkan islam, mengerucut
pada satu titik penghambaan yang utuh pada keesaan Allah. Subtansi
keikhlasan seorang hamba adalah proses penyerahan diri secara tulus, dalam
balutan rasa syukur dan sabar. Keikhlasan akan berbuah ketentraman, dan
kebahagiaan di dalam hati hamba-hamba Allah yang beriman.
Tolalitas pasrah seorang hamba yang ikhlas, akan membawa
dirinya pada tingkat yang lebih tinggi, kedekatannya pada Allah SWT.
Semakin kuat energi ikhlas dalam diri seorang hamba, maka semakin kuat
juga kedamaian dan kebahagiaan di hatinya. Karena itu bagi hamba yang
ikhlas, seluruh waktunya ia habiskan untuk mengingat Allah, memuji
Tuhannya, dan berdoa agar dirinya termasuk dalam golongan orangorang
yang mendapatkan ridha, cinta, dan makrifatnya Allah.
Beberapa hadits di bawah ini menjelaskan, bahwa betapa
keikhlasan akan membawa seorang hamba, pada kebahagiaan dan
keselamatan di Dunia dan Akhirat. Cukup sudah selama ini, kita terjebak
pada penghambaan-penghambaan pada sesuatu selain Allah. Sudah
saatnyalah sekarang, kita kembali memurnikan ketaatan dan
penghambaan pada Allah semata! Tak ada yang lain, cukup Allah sajalah
yang mejadi penolong kita. Berikut beberapa hadist soheh yang
menjelaskan tentang ikhlas.
Rosullullah SAW bersabda :
“Bahwasanya Allah ta’ala itu mengharamkan api neraka menjilat orang
yang berkata LAAILAAHAILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah), yang
ditujukan hanya Allah semata-mata. “ (HR. Bukhari - Muslim)
“Tidaklah sekali-kali seorang hamba mengucapkan kalimat LAAILAAHA
ILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah) dengan ikhlas (dari lubuk hatinya),
melainkan di bukakan baginya semua pintu langit hingga tembus sampai ke
‘Arasy selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.“ (HR. Tirmidzi)
Allah SWT mengharapkan seorang hamba yang hatinya terhujam
Tauhid “Tiada Tuhan Yang Aku Sembah Selain Allah” dari jilatan api neraka.
Hati yang ikhlas pada pemurnian keesaan Allah, akan diselamatkan Allah
dari segala bencana baik di Dunia maupun di Akhirat. Sikap inilah yang
ditanamkan Rosullullah, di hati kaum muslimin saat beliau menyebarkan
risalahnya.
“Orang-orang sedang berdzikir (mengingat Allah), seperti pohon yang
rindang di tengah-tengah pohon kering. “ (HR. Bukhari - Muslim)
Keikhlasan seorang hamba akan memancarkan sinar kedamaian di
dalam dirinya. Seluruh waktu dalam hidupya akan ia gunakan untuk
banyak-banyak mengingat Allah, mencari keridhoan dan cintanya. Karena
itu hamba yang ikhlas itu, bagaikan pohon yang rindang ditengah-tengah
pohon yang kering.
Sebab, hati hamba yang ikhlas akan selalu dipenuhi karunia dan
rahmat Allah. Sehingga jasmani dan rohaninya tidak kekurangan nutrisi-nutrisi
yang akan selalu menyuburkan pohon kelemahan di hatinya. Jiwanya selalu
tersirami air suci makrifat Allah yang akan selalu menentramkan hati,
jasmaninya selalu terhangati oleh pancaran Rahmat dan Karunia-Nya,
pikirannya selalu tercerahkan dari tipu daya Duniawi yang dipenuhi janji-janji
kepalsuannya.
“Orang yang ingat kepada Allah, adalah laksana orang yang hidup di
tengah-tengah orang yang mati. “ (HR. Bukhari - Muslim)
Keikhlasan hamba akan membawa dirinya pada titik kebahagiaan
dan kedamaian. Karena itu, orang yang hatinya ingat kepada Allah. “
Bagaikan orang yang hidup ditengah-tengah orang yang mati“ Sabda
Rosullullah. “Kenapa?” karena terlalu banyak manusia yang hidup di
Alam Dunia ini, hatinya mati dan membatu dalam mengingat Allah
hingga hidupnya lebih condong pada hawa nafsunya, yang membuat ia
menghambakan seluruh hidupnya untuk harta, jabatan dan wanita
semata. Juga ciptaan-ciptaan Allah lainnya, yang tanpa sadar mulai
membudaknya dalam kehidupan Duniawi.
Karena itu, hamba ikhlas senantiasa menghidupkan hatinya untuk
selalu mengingat Allah. Berserah diri secara utuh dan tulus kepada Allah,
menerima dan ridha atas segala ketentuan takdir yang ditetapkan kepada-Nya.
Bersabar atas segala ujian dan cobaan-Nya, mensyukuri sekecil apapun nikmat
yang ia berikan kepadanya. sehingga keikhlasan hatinya akan memancarkan
energi positif bagi kehidupan, yang hal tersebut akan menyelamatkanya dari
segala bencana dan ujian hidup, menghilangkan kesombongan dan keserakahan
dalam diri yang selalu menjadi sumber malapetaka, mendamaikan segala bentuk
peperangan, menjadikan musuh sebagai sahabat, dan memusnahkan sifat-sifat
buruk merusak manusia, di muka Bumi.
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal
perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih ridha-Nya. “ (HR. Nasa’i)
“ Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung pada niat!. dan setiap
orang hanya memperoleh menurut apa yang di niatkan. Barang siapa hijrahnya
pada dunia yang ingin di dapatkannya, atau wanita yang hendak di nikahinya,
maka hijrahnya kepada apa yang di tujunya. “ (HR. AL-Bukhay, Muslim, Abu
Daud, At-Tirmiday, dan An-Nasa’i)
Ikhlas adalah syarat diterimanya sebuah amal, karena Allah SWT
hanya menerima amal perbuatan yang di niatkan dengan ikhlas untuk
meraih ridha-Nya. Karena itu, penting seorang hamba memurnikan
niatnya hanya untuk Allah dalam amal perbuatannya. Niat yang ikhlas
dalam amal, akan membawa keberkahan bagi pelakunya. Sebab niat
menentukan kualitas amal, amal yang ikhlas adalah amal yang diniatkan
hanya untuk mencari keridhaan Allah. Amal yang diniatkan tidak untuk
mencari keridhan Allah, tidak akan diterima bagaikan daun-daun kering
yang berguguran.
Karena itu, penting bagi hamba yang beramal, baik dalam ibadah
maupun mualamalah, memurnikan niat hanya untuk mencari keridhaan
Allah. Bukan untuk niat berbeda yang sifatnya pribadi, pragmatis, hingga
riya. Shalat bukan untuk disebut soleh, puasa bukan untuk diet, berhaji
bukan untuk menaikkan status sosial di masyarakat, zakat dan shadaqah
bukan untuk disebut dermawan. Tak berguna amal seorang hamba,
apabila niatnya selain mencari keridhaan Allah.
Apabila seorang hamba hijrah Allah dan Rasulnya, maka ia akan
sampai pada Allah dan Rasulnya. Tapi apabila seorang hamba hijrah pada
kehidupan Dunia, maka dia akan mendapatkan Dunia sesuai apa yang di
takdirkan padanya, tapi sedikitpun ia tidak akan mendapatkan keridhaan
Allah. Dan amalnya tidak berarti di hadapan Allah, bagaikan debu-debu
yang berterbangan di udara.
Jadi amat sangat penting bagi hamba yang ikhlas, untuk
memurnikan niatnya hanya kepada Allah. Agar segala ucapan, tindakan,
dan perbuatannya selalu mendapat keberkahan dan keridhaan Allah
SWT. Dan Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya, menghimpun
semua potensi yang di milikinya, dan Dunia akan datang sendiri
kepadanya seraya mengejarnya.
“ Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasia-Ku. Aku memasukkannya ke
dalam hati orang yang kucintai dari hamba-hamba-Ku. “ (Hadist Qudsiy
Riwayat AL-Qusyairy)
Artinya keikhlasan, ternyata akan membawa kekayaan seorang
hamba baik secara materi maupun imateri. Sungguh merugi orang-orang
yang dihatinya tidak ada keikhlasan, karena sesungguhnya keikhlasan
adalah anugerah Allah yang sangat berharga bagi manusia-manusia yang
berfikir. Firman Allah dalam hadist Qudsy nya sangat jelas “ Ikhlas adalah
satu rahasia dari rahasia-Ku. Aku akan memasukkannya ke dalam hati orang
yang aku cintai dari hamba-hamba-Ku. “ Sungguh sangat beruntung orangorang
yang hatinya senantiasa dalam balutan keikhlasan pada Allah.
“Barang siapa yang tujuan utamanya adalah meraih pahala akhirat,
niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya berada dalam kalbunya.
Menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan
datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya barang siapa yang
tujuan utamanya adalah meraih dunia. Niscaya Allah akan menjadikan
kemiskinan benda di depan matanya. Membayarkan semua potensi yang
dimilikinya dan dunia tidak mau datang sendiri kepadanya, kecuali menurut apa
yang telah di taqdirkan untuknya. “ (HR. Tirmidzi)
“Sesungguhnya engkau, tidak sekali-kali mengeluarkan suatu nafkah
karena mengharapkan ridha Allah, melainkan pasti engkau akan diberi pahala
karenanya. Meskipun berupa makanan yang engkau suapkan ke dalam mulut
istrimu. “ (HR. Bukhari)
“Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya untuk meraih
ridha Allah lalu dia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk meraih sesuatu
dari harta benda duniawi, niscaya dia tidak akan menemukan wewenang surga
pada hari kiamat nanti.“ (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
“Hanya Allah yang dimintai pertolongan. Ya Allah, anugerahilah Aku
kesabaran dan hanya kepada Allah lah, seorang hamba harus bertawakkal.“ (HR.
Ahmad)
“Aku mengikuti prasangka hamba-Ku kepadaku, dan Aku selalu
bersamanya selama dia mengingat-Ku “ (HR. Ahmad)
“Berserah diri lah kamu kepada Allah Ta’ala dengan berserah diri yang
sebesar-besarnya, niscaya dia akan memberikan rezeki kepada kamu, sebagaimana
dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pagi-pagi dengan perut
kempis, dan kembali sore dengan perut kenyang.“ (HR. At- Tirmidzi)
“ Siapa yang berpegang teguh kepada Allah SWT, niscaya di cukupkan
oleh Allah SWT setiap kebutuhannya. Dan diberikannya rezeki dimana tidak
disangka kannya. Dan siapa berpegang teguh kepada dunia, niscaya ia diserahkan
oleh Allah kepada dunia. “ (HR. Ath-thabrani)
“ Sesungguhnya Allah SWT menolong umat yang lemah, dengan do’a
mereka, keikhlasan mereka, dan shalat mereka. “ (HR. An-Nasai’)
“ Ikhlaskanlah amal Mu, niscaya mencukupilah bagi engkau oleh sedikit
dari padanya!“ (HR. Abu Manshur AD-Dailami)
“Ya Allah, kepadamu aku menyerah, kepadamu aku percaya, dan
kepadamu aku berserah diri, serta kepadamu pula aku akan kembali, dan
karenamu aku berjuang. Ya Allah, aku berlindung dengan kemuliaanmu yang
tiada Tuhan Selain Engkau, janganlah Engkau menyesatkan aku. Engkau yang
hidup, dan tidak akan mati, sedang jin dan manusia semuanya bakal mati.“ (HR.
Bukhari - Muslim)
“Ya Tuhan ku, bantulah aku; Jangan engkau tidak membantuku.
Tolonglah daku; Jangan engkau tidak menolong daku. Balaskanlah untukku,
jangan engkau berbalik membalasku. Dan jadikanlah diriku orang yang banyak
bersyukur kepadamu, khusyu kepada-Mu, lagi banyak mengadu dan kembali
kepada-Mu. Ya Tuhan ku, terimalah dariku tobatku, bersihkanlah dosa-dosaku,
perkenankanlah do’aku, teguhkanlah hujjahku, luruskanlah lisanku. Tunjukilah
hatiku, dan cabutlah kedengkianku di dada-Ku! “ (HR. Tirmidzi)
Hamba-hamba Allah yang ikhlas tak perlu takut pada kesulitan
hidup, sebab barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah SWT.
Niscaya ia akan dicukupkan kebutuhannya oleh Allah. Dia akan diberikan
rezeki dari tempat yang tidak disangkakannya, kalau begitu tunggu
apalagi, bersegeralah berserah diri kepada Allah dengan berserah diri
yang sebesar-besarnya. Karena dia akan memberi rezeki pada orang
ikhlas seperti dia memberikan rezeki kepada burung. Seekor burng keluar
pagi-pagi dengan perut kempis, dan kembali sore harinya dengan perut
kenyang.
Dan berbaik sangkalah selalu kepada Allah, karena dia mengikuti
prasangka hambanya. Kalau hambanya berprasangka baik, maka
kebaikanlah yang akan didapatnya. Sebalikny apabila hambanya
berprasangka buruk kepad Allah, maka keburukan pula yang akan
didapatkannya. Karena itu, pancarkanlah selalu prasangka-prasangka
baik, positif, penuh cinta, kesabaran, dan syukur dari dalam hati kita.
Mudah-mudahan Allah akan membalasnya dengan cita, karunia dan
rahmatnya. Semoga kita termasuk dalam hamba-hamba yang mendapat
ridha dan cintanya Allah SWT.
Dan jangan sekali-kali kita berprasangka buruk, mengeluh,
memaki, bahkan menghujat Allah. Karena hal itu bisa menjadi do’a, dan
Allah akan mengabulkan tuduhan yang kita hujatkan, menjadi kenyataan
yang justru semakin membuat kita tersiksa dan menderita. Jadi, hatihatilah
dengan prasangkaMu kepada Allah. Karena itu akan menjadi do’a
yang akan dia kabulkan sewaktu-waktu.
Lebih baik jadilah hamba-hamba ikhlas, yang selalu berserah diri
kepadanya memohon pertolongan-Nya., banyak bersyukur kepada-Nya.
Karena hanya kepada Allah kita memohon perlindungannya, tempat
mengadu segala sesuatu agar dia menerima tobat kita, membersihkan
dosa-dosa kita, memperkenankan do’a-do’a kita, meneguhkan hujjah kita,
mengangkat derajat kita, dan meluruskan segala ucapan, tindakan, serta
perbuatan kita. “ Ya Allah, kepadamu aku menyerah, kepadamu aku percaya,
kepadamu aku berserah diri, kepadamu aku berjuang, dan kepadamu pula aku
akan kembali. Ya Allah, kabulkanlah permohonan kami, sesungguhnya engkau
Maha Penolong, dan Penerima Permohonan. “
C. IKHLAS MENURUT ULAMA
Selain keterangan AL-Qur’an dan Hadist, Risalalah dan
pemahaman tentang ikhlas terus disebarkan melalui para ulama yang
meempuh perjalanan ruhani menuju Allah. Di bawah ini adalah beberapa
pendapat para ulama tentang hakikat dan urgensi ikhlas, beserta
keutamaan-keutamaannya.
Imam AL-Ghazaly dalam AL-Ihya berkata :
“Ketahuilah bahwa segala sesuatu digambarkan mudah bercampur dengan
sesuatu selainnya. Jika bersih dari percampurannya dan bersih darinya, maka
itulah yang disebut murni. Perbuatan yang pernah dan murni disebut ikhlas.“
“ Semua orang pasti akan binasa kecuali orang-orang yang berilmu.
Orag-orang yang berilmu pasti akan binasa kecuali yang aktif beramal. Semua
orang yang aktif beramal akan binasa kecuali yang ikhlas. “
Ibnu Atha’illah dalam AL-Hikam berkata :
“ Amal itu kerangka yang mati, dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada
padanya.”
“ Amal yang berasal dari hati penuh ketamakan tak dapat dianggap sedikit
dan yang berasal dari hati penuh ketamakan tak dapat dianggap banyak. “
“ Allah menghindarkan orang-orang yang menuju-Nya dan juga orangorang
yang sampai kepada-Nya dari melihat amal mereka dan menyaksikan
keadaan mereka. Yang demikian bagi orang-orang yang tengah menuju kepada-
Nya, adalah karena mereka belum benar-benar ikhlas dalam amal mereka. Dan
bagi orang-orang yang telah sampai kepada-Nya adalah karena mereka sibuk
menyaksikan-Nya. “
Abu –Qasim AL-Qusyairy berkata :
“ Ikhlas adalah menuggalkan tujuan kepada Yang Maha Benar (Allah
SWT) dalam ketaatan. “
Syaikh AL-Junaid berkata :
“ Ikhlas adalah suatu rahasia antara Allah dan hamba-Nya, yang tidak
diketahui malaikat sehingga dia mencatatnya, tidak di ketahui syetan sehingga dia
merusak-Nya dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga ia
mencondongkannya. “
Abu Usman berkata :
“ Ikhlas adalah melupakan pandangan makhluk dengan terus-menerus
memandang keutamaan Khalik (Allah). “
Hudzifah AL-Mar’asyi berkata :
“Iikhlas adalah jika perbuatan-perbuatan hamba, bisa benar secara lahir
maupun batin. “
Abu Yaqub As-Susi berkata :
“ Ikhlas adalah tidak melihatnya ikhlas. Siapa yang menyaksikan pada
keikhlasannya akan ikhlas, maka sesungguhnya keikhlasannya itu memerlukan
kepada ikhlas. “
Sahal R.A berkata :
“Ikhlas adalah adanya diam hamba, dan gerak-geriknya khusus karena
Allah. “
AL-Muhasibi berkata :
“ Ikhlas adalah mengeluarkan makhluk kepada muamalah dengan Tuhan
(Allah).“
Sah bin Abdullah At-Tusturi pernah di tanya :
“ Apakah sesuatu yang paling berat di rasakan oleh hawa nafsu?“. Beliau
menjawab,“Ikhlas, karena sesungguhnya hawa nafsu tidak punya peran di
dalamnya. Dengan ikhlas, akan melupakan semua peran hawa nafsu. “
Ibnu Qayyim berkata :
“ Rahasia dan hakikat tawakal terletak pada kepercayaan hati yang hanya
mengandalkan Allah semata. Dengan kata lain, tawakal tidak membahayakan
meskipun yang bersangkutan menempuh semua penyebab. Selain hatinya tidak
mengandalkan pada penyebab (upaya) yang di jalaninya, dan tidak ada rasa
ketergantungan padanya. “
Ibnu Utsaimin berkata :
“ Tawakal ialah mempercayakan sepenuhnya kepada Allah yang dapat
mendatangkan manfaat dan menolak bahaya, disertai dengan upaya menjalankan
semua penyebab yang diperintahkan oleh Allah sebagai realisasinya. “
Syaikh Abdul Qadir AL-Jailani berkata :
“ Ikutilah dengan ikhlas, jalan telah ditempuh oleh Nabi besar Muhammad
SAW. Dan jangan merubah jalannya, patuhlah kepada Allah dan Rosul-Nya, dan
jangan sekali-kali berbuat durhaka. Bertauhidlah kepada Allah, dan jangan
mengeluarkan-Nya. Bersabar dan berpegang teguhlah kepada-Nya. “
Ikhlas adalah kemurnian, amal perbuatan yang bersih dan murni
disebut ikhlas. Imam AL-Ghazaly menjelaskan ikhlas secara sederhana,
mengutip ayat AL-Qur’an yang mengumpamakan susu murni dan bersih
yang berada di antara tahi dan darah. Susu adalah sesuatu yang benar
keluar dari perut hewan ternak, yang keberadaannya di antara kotoran
dan darah binatang. Sesuatu yang bersih dan tidak ada percampuran di
dalamnya, karena susu tidak bercampur antara tahi dan darah.
Kemurnian susu itulah yang di analogikakan AL-Ghazaly, untuk
menjelaskan ikhlas.
Ikhlas adalah sebuah kemurnian niat, ucapan, tindakan, dan
perbuatan yang benar-benar di tujukan untuk mengharap keridhaan
Allah SWT. Cuma Allah tujuannya, bukan yang lain, tak boleh bercabang,
tak boleh ternodai oleh tujuan-tujuan yang lain. Kalau bercampur atau
bercabang, apapun tindakannya, keikhlasannya atau luntur, dan tidak
diterima oleh Allah.
Selain itu, ternyata ikhlas menempati posisi penting dalam
beragama. Sebab menurut AL-Ghazaly, semua orang itu binasa kecuali
orang-orang yang berilmu, dan orang-orang berilmu juga binasa kecuali orang
yang mengamalkannya, dan para pengamal juga akan binasa, kecuali orang-orang
yang ikhlas. Artinya, sebanyak apapun ilmu dan amal yang manusia
lakukan dalam kehidupannya tak ada gunanya, kecuali ada keikhlasan di
dalam hatinya.
Karena itu, tanamkan keikhlasan di hati kita sekarang juga, agar
ilmu dan amal yang kita miliki tidak sia-sia. Sebab dengan perkataan Ibnu
Athaillah, amal itu kerangka yang mati, dan ruhnya ialah keikhlasan yang
ada padanya. Amal adalah jelmaan lahiriah dari niat dan keinginan.
Pengalaman lahiriah adalah cerminan dari hakikat dan keadaan batin.
Puncak keikhlasan adalah kesadaran bahwa kita tidak memiliki kekuatan
atau kehendak apapun, kecuali selain Allah.
Amal yang berasal dari hati yang ikhlas laksana tanaman yang
sehat, akan tumbuh dan berbuah pahala dan karunia Allah. Sebaliknya
hati yang tidak ikhlas, laksana tanamanyang sehat, rusak, dan kering yang
akan menghasilkan kesengsaraan. Orang-orang yang ikhlas hatinya tidak
akan disibukkan berbangga atas amal-amal yang telah diperbuatnya.
Karena bagi orang-orang yang tengah melakukan perjalanan mencapai
keridhaan Allah, riya terhadap amal adalah hal yang akan merusak nilaiilai
keikhlasan.
Pada akhirnya, ikhlas adalah menunggalkan tujuan hanya kepada
Allah SWT. Apabila Allah menetapkan sebuah kondisi pada seorang
hamba, maka hambanya akan menerima kenyataan itu walaupun tidak
sesuai dengan harapannya. Hamba yang ikhlas, akan menerima ketetapan
apapun yang Allah berikan kepadanya dengan tenang dan ridha. Dia
akan tetap melaksanakan perintah Tuhannya dengan taat dan pasrah,
hingga Allah menurunkan pertolongan dan rahmatnya pada hamba
tersebut lalu mengangkat derajatnya ketempat yang baik.
Ikhlas adalah suatu rahasia antara Allah dan hambanya. Bahkan
malaikat dan syetan tak mampu mengetahuinya, karena ikhlas adalah
rahasia antara Allah dan hambanya. Berbahagialah hamba-hamba yang
hatinya ikhlas, karena dia akan mendapat rahmat, karunia, dan ridha
Begitu mulianya orang-orang yang ikhlas, sehingga ikhlas itu
mendapatkannya tak semudah membalikkan tangan. Hamba Allah yang
ikhlas akan di uji, apakah ia benar-benar istiqomah dengan keikhlasannya
atau keikhlasannya itu mudah digoyahkan oleh kenikmatan Duniawi
yang menjebak dia pada perbudakan. Karena seperti perkataan Abu
Yakub As-Susi, “Ikhlas adalah tidak melihatnya ikhlas, siapa yang menyaksikan
pada keikhlasannya akan ikhlas, maka sesungguhnya keikhlasannya itu
memerlukan kepada ikhlas! “
Karena itu orang-oang arif yang meniti jalan menuju Allah,
mengungkapkan sulitnya mengimplementasikan ikhlas, dan beratnya
mewujudkan keikhlasan di dalam jiwa, kecuali Allah memberi
kemudahan dirinya untuk ikhlas. Ikhlas itu tak semudah mengucapkan
kata-katanya, karena ikhlas ada di antara niat, ucapan, tindakan dan
perbuatan seorang hamba dalam menjalani kehidupan.
Menggapai hakikat ikhlas, laksana menyelami lautan yang dalam.
Banyak orang yang kehabisan nafas sebelum mencapai dasar lautan,
akibatnya banyak yang tenggelam kecuali sebagian kecil saja.
Berbahagialah hamba-hamba yang telah mencapai nilai-nilai keikhlasan di
hatinya. Karena Allah menjamin tempat kembali yang paling baik buat
mereka, menyelamatkan mereka dari segala kesulitan hidup,
melapangkan hatinya dan mengangkat beban-beban hidup dipundaknya.
Keikhlasan akan menguatkan dan menopang orang-orang yang meniti di
jalan Allah. Karena hanya dari Allah lah datangnya pertolongan dan
taufiq hidayah , juga hanya kepada-Nyalah kembali semua urusan. Dan
Allah adalah sebaik-baiknya penolong.
Ikhlas adalah proses permurnian diri, bahwa tak ada zat yang patut
disembah, tempat mengadu, dan tempat bergantung kecuali Allah. Tak
ada jalan lain untuk mengisi kekosongan dan kehampaan spritualitas,
kecuali dengan ikhlas. Karena hanya dengan ikhlas lah hati manusia akan
kembali tentram dan bahagia. Manusia ikhlas akan senantiasa
memancarkan energi positif, yang akan membawanya pada keselamatan
dan kesejahteraan hidup.
Ikhlas adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena
mustahil sebuah amal diterima oleh Allah tanpa keikhlasan. Ikhlas juga,
syarat mutlak dikabulkannya sebuah do’a, karena do’a adalah senjatanya.
Suatu sarana yang digunakan seorang mu’min apabila usaha-usaha
rasional menemui jalan buntu. Karena tak ada pintu lain yang bisa
menolong kecuali pintu Allah. Dan cara mengetuknya melalui do’a, tapi
hanya do’a orang-orang ikhlaslah yang akan dipenuhi oleh Allah.
Tanamkanlah keikhlasan dalam hati, seperti yang dicontohkan
Rosullullah SAW, para sahabatnya, para ulama, hingga para mukhlisin
sampai akhir kiamat nanti. Mereka adalah orang-orang yang telah
mengenyahkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, memotong
kerakusan terhadap Dunia, dan memurnikan tujuan akhirat.
Ikhlas perlu ditanamkan di hati setiap manusia, agar segala urusan
dunia ini dapat berjalan dengan lancar. Karena ikhlas selalu di tuntut
membenarkan perintah Allah, meluruskan yang lurus, mebatilkan yang
batil, memasyarakatkan kebaikan, menegakkan keadilan, mengenyahkan
kedzalimnya, dan membebaskan manusia dari kerusakan-kerusakan yang
terjadi di dunia.
Jika tidak ada orang ikhlas di bumi ini, maka kehidupan akan
menjadi kacau balau dan lepas kendali. Kemunafikan dimana-mana,
manusia akan dikendalikan hawa nafsu, untuk sekedar mengejar
kerakusannya pada keduniaannya dan materi, cinta dunia, gila harta,
kedudukan, dan kekuasaan akan semakin merajalela, dan firaun-firaun
baru akan bermunculan. Dan tak ada yang bisa melepaskan kesia-siaan,
kerusakan, dan kerugian tersebut, kecuali orang-orang yang ikhlas.
Orang-orang yang bertaat hanya untuk mencari keridhoan Allah, bukan
keridhoan Arogansi dan kerakusan manusia, bukan keridhoan hawa
nafsu yang merusak. Sungguh, kesempatan manusia hanya akan terwujud
dengan ikhlas.
BAB 2. Ikhlas Dan Bagiannya
Makna ikhlas berasal dari kholasho, bentuk akar katanya adalah
khuluushon atau kholaashon, artinya jernih dan bersih dari pencemaran.
Disebut kholashosy syai-u artinya sesuatu menjadi murni. Kholashtu ilaa
syai-in artinya aku sampai pada sesuatu. Kholaashussamini artinya samin
murni.
Lafazh ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih, dan suci dari
campuran dan pencemaran. sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada
campuran, baik yang bersifat materi maupun non materi. Ikhlas
merupakan istilah tauhid, orang-orang yang ikhlas adalah mereka yang
memurnikan keesaannya kepada Allah. Berniat melakukan ketaatan,
bertujuan hanya kepada Allah, tanpa mempersekutukannya dengan
sesuatu apapun.
Maka apabila sesuatu itu suci dan campuran dan bersih dari
padanya dinamakan kholish (yang bersih), dan amal perbuatan yang suci
dan bersih itu disebut ikhlas. Ikhlas itu kebersihan, berlawanan dengan
isyrak (menyekutukan). Maka siapa yang tidak ikhlas, itu artinya dia telah
menyekutukan (syirik). Hanya saja syirik itu mempunyai beberapa
derajat, ikhlas dalam tauhid kebalikan dari syirik dalam uluhiyah. Syirik
ada yang tersembunyi, ada yang jelas, begitu pula ikhlas. Ikhlas dan syirik
sama-sama menyusup dari dalam hati, karena hatilah tempat
terwujudnya. Ikhlas munculnya dari hati, yang diwujudkan dalam tujuan
dan niat seorang hamba.
Karena itu, ikhlas seorang hamba tidak dapat terlepas dari niatnya
yang tulus, ucapannya yang jujur, tindakan dan perbuatan yang
mewjudkan tujuannya. Sesuatu yang keluar dari niat yang murni hanya
untuk taqorrub kepada Allah SWT. Itulah yang disebut ikhlas. Tindakan
dan perbyuatan yang disertai niat untuk mencari keridoan Allah, akan
menghasilkan hamba–hamba Allah yang beramal denagn ikhlas. Jadi niat
yang keluar dari hati seorang hamba, menjadi faktor penentu utama
ikhlasnya seorang hamba.
Ikhlas dalam pelaksanaannnya memiliki bagian-bagian yanag tidak
dapat terpisahkan. Karena ikhlas terpisahkan denagn tindakan dan
perbuatan yang menentukan sikap hidup seorang hamba. Sikap-sikap
inilah yang menjadi penting dalam ikhlas, agar pemahaman tentang
ikhlas menjadi lebih luas dan mendalam. Bagian-bagian tersebut akan
kami jelaskan pada bab ini secara mendalam.
A. IKHLAS DALAM AMAL IBADAH
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanya untuk Allah, rabb sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan demikianlah
yang diperintahkan kepadaku. Dan adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).” (AL-An’am : 162-163)
“ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal
perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih ridha-Nya.” (HR. Nasa’i)
Ikhlas dalam beribadah sangatlah penting, karena tiada sebuah
awal diterima disisi Allah, kecuali diniatkan dengan ikhlas mencari
keridhoan Allah. Walaupun seorang hamba ibadahnya banyak, tetapi
tidak disertai ikhlas maka ibadahnya itu sia-sia.
Sesungguhnya ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah,
dan hanya kepada Allah lah hamba yang ikhlas berserah diri. Esensi ikhlas
dalam ibadah adalah memfokuskan tujuan ibadah hanya kepada Allah, dan tak
ada yang dituju kecuali Allah semata. Ibadah yang dilaksanakan secara
ikhlas, akan membawa seorang hamba pada titik pengetahuan diri secara
utuh kepada Allah.
Ibadah yang disertai keikhlasan menghindarkan seorang hamba
dari penyakit hati seperti riya, ingin dipuji, mencari popularitas,
menyombongkan diri dan kepentingan-kepentingan Dunia ini lainnya.
Keikhlasan ibadah akan menyadarkan manusia akan hakikat dirinya,
darimana dia berasal, dan untuk apa dia hidup karena saat seorang
hamba memasrahkan pada penghambaan kepada Allah, sesungguhnya
dia telah berkomitmen untuk menyerahkan waktu dalam hidupnya pada
kehendak Allah. Dia senantiasa siap menjalankan perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, dan mencari ridha dan cinta-Nya.
Bagaimana seorang manusia dapat mencapai keikhlasan dalam
beribadah? Ada dua cara, sesuai keterangan dalam AL-Qur’an Surat AL -
An’am ayat 162-163. Pertama, hamba tersebut harus memurnikan
tujuannya hanya kepada Allah SWT. Tak ada yang setara dengan dia, tak
ada bandingannya karena Allah, adalah zat yang kekuasaannya tak
terbatas, Dia Yang Maha Kuat, Yang Maha Kaya, Yang Maha Tinggi, Yang
Maha Mencintai, Yang Maha Menyayangi, Yang Maha Abadi, dan Maha
Segala-galanya. Dia Pencipta Yang Menghidupkan, dan Mematikan
Manusia. Yang memberi rezeki seluruh makhluk hidup di bumi ini, dan
tak ada satupun zat yang mampu menandingi Dia.
Yang kedua, hamba tersebut harus menyerahkan diri secara total
kepada Allah SWT. Allah memerintahkan kita untuk berserah diri
kepada-Nya dengan ikhlas, tanpa pamrih, secara lahiriah maupun
batiniah. Seorang mukhlis mengetahui bahwa apa yang telah dipilih Allah
untuknya adalah yang dibutuhkan dan tepat baginya. Allah
mengharapkan kita untuk menyerahkan kehendak kita kepada kehendakNya.
Keadaan ini menyatakan kita untuk selaras dengan keputusannya
sehingga dia dapat mencapai titik penyerahan diri secara total kepada
Allah SWT.
Ketika seorang hamba yang ikhlas menyerahkan diri secara
sempurna kepada Allah atas persoalan-persoalan hidup yang di
hadapinya. Maka Allah akan meringankan beban-beban di pundaknya,
karena pertolonagn Allah akan datang pada hamba-hambanya yang
berserah diri secara tulus dan murni. Penyerahan diri pada Allah,
membuat seorang hamba tidak berprasangka buruk pada Allah, Ridha
atas ketetapan yang diberikan kepadanya selalu mensyukuri atas nikmatnikmat
yang dianugrahkan kepadanya, sabar atas kesempitan dan ujian
yang menghampirinya, dan tak pernah putus berdo’a agar ia dianugrahi
rahmat, karunia, ridha dan cinta-Nya.
Ikhlas dalam ibadah, akan menolong manusia mengatasi
persoalan-persoalan hidupnya. Sesuai firmannya dalam surat AL -
Baqarah ayat 153:
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongMu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS.ALBaqarah
: 153)
Sungguh, ibadah yang ikhlas seorang hamba akan menolong
dirinya dari peliknya menjalani kehidupan. Mengendorkan otot-otot
syarafnya yang tegang, akibat dari tekanan hidup dan stres berat. Ia juga
akan dilapangkan dari penderitaan yang menyesakkan dada, karena
penolakan, kekecewaan, atau kegagalan yang di alami dalam mengarungi
kehidupan yang penuh ujian.
Sebab itu hamba yang ikhlas, akan menyerahkan seluruh
persoalan-persoalan hidupnya kepada Allah. Semakin ia ikhlas dalam
ibadahnya, maka Allah semakin dekat dengan dirinya. Hamba yang dekat
dengan Allah SWT, tak perlu takut menghadapi kesulitan dan persoalan
hidup yang menimpanya. Karena ia percaya setelah kesulitan pasti ada
kemudahan, dan dia tidak memberikan suatu ujian pada seorang hamba,
kecuali hamba itu mampu menanggungnya. Sesungguhnya yang
membuat semakin berat sebuah ujian hamba adalah penolakan dia,
ketidak puasan dia, kerakusan dia, dan penghujatan dia atas ujian dan
bencana hidup yang menimpanya.
Berikut ini adalah bagian-bagian penting ikhlas dalam ibadah, yang
akan diuraikan dan dijelaskan lebih mendalam. Sebab ibadah dalam Islam
terbagi beberapa bagian, biasa kita menyebutnya Rukun Islam.
Diantaranya adalah syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Lima pilar agama
tersebut, adalah ibadah kaum muslimin yang apabila dilaksanakan tanpa
keikhlasan maka ibadah tersebut akan sia-sia. Point demi pointnya akan
kami jelaskan sebagai berikut :
1.1 Ikhlas Dalam Syahadat
Ikhlas dalam syahadat adalah memurikan kembali kesaksian dan
pengakuan seorang hamba pada keberadaan Allah SWT sebagai sang khalik
(pencipta), dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah. Pemurnian
dua kalimat syahadat sangat penting, karena banyak manusia di antara
kita, kadang tanpa sadar dirinya mulai menguntungkan hidupnya pada
hal-hal selain Allah.
Ikhlas dalam syahadat adalah memurnikan kesaksian diri kita
secara lahir maupun batin bahwa hanya Allah lah Tuhannya, Sang Maha
Pencipta yang dapat dibuktikan melalui Ciptaan-Ciptaan-Nya, meskipun
manusia tidak dapat bisa melihat keberadaannya secara indrawi. Allah
adalah Tuhan Yang Maha Esa, tempat segala sesuatunya bergantung,
tidak melahirkan dan dilahirkan, dan tidak ada sekutu baginya. Sesuai
firmannya, surat AL-Ikhlas :
“(1) Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. (2) Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (3) Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. (4) Dan tidak ada seorang pun yang setara degan Dia.”(QS. ALIkhlas
: 1-4)
Tak ada keraguan penghambaan pada Allah, bagi manusiamanusia
yang ikhlas, karena dia telah menggantungkan hidupnya pada
Allah saja, bukan pada materi, uang, pekerjaan, kekuasaan, jabatan,
popularitas, wanita, cinta, atau apapun selain Allah. Cukup pada Allah
lah ia berserah diri, dan memurnikan kesaksiannya pada Allah.
Dialah Allah Sang Pencipta, yang mengatur dan memelihara segala
sesuatu. Yang mengadakan, membentuk segala rupa yang ada di Langit
dan Bumi. Dialah Tuhan Yang Maha Perkasa lagi bijaksana. Tuhan yang
harus di sembah oleh seluruh makhluk, dan sang pemberi rezeki yang
memenuhi semua kebutuhan makhluk di Langit dan Bumi, maka itu
kenapa manusia masih berpaling darinya.
Yang kedua, ikhlas dalam bersyahadat adalah memurnikan
kesaksian diri bahwa Muhammad utusan Allah, Rasul terakhir pembawa
Risalah Agama Islam. Muhammad adalah pembawa Risalah Islam, agama
yang merupakan sistem nilai dan norma yang ketentuan dasar, dan
peraturan pelaksanaannya disebut Aqidah dan Syariah.
Konsekuensi dari ikrar syahadat. “Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah“,
adalah menyerahkan diri secara utuh pada perintah Allah dan Rosulnya.
Artinya segala hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rosulnya, akan
ditinggalkan oleh hamba-hamba Allah yang ikhlas.
Muhammad adalah Rosul terakhir, dan tak ada Rosul lain setelah
dia yang di utus untuk seluruh bangsa di dunia. Dia ditugaskan
menyampaikan risalah Islam sebagai agama Allah yang telah
disempurnakan utuh dan lengkap.
Sesuai firmannya :
“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia bersikap keras terhadap orang-orag kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk, dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tand mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal yang saleh diantara
mereka ampunan dan pahala yang besar. “ (QS. AL-Fath : 29)
Memurnikan syahadat seorang hamba, akan memperkuat
keimanannya pada Allah komitmen dalam hati yang kemudian akan di
buktikan dalam amal ibadah dan muamalah. Keikhlasan tersebutlah yang
akan membawa amal-amal hamba diterima disisi Allah, juga bagi orangorang
beriman serta mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar.
Ikhlas dalam bersyahadat bagaikan tanaman yang mengeluarkan
tunasnya. Maka tanaman itu akan menjadi kuat, besar dan tegak lurus di
atas pokoknya. Tegar berdiri menghadapi segala problematika kehidupan,
tetap kokoh dan tegak lurus maupun badai besar menghadang hidupnya.
Keikhlasan tersebut juga akan membawa pada keadaan yang
menyenangkan hati, bagi hamba-hamba yang telah menanam dan
merawatnya.
1.2 Ikhlas Dalam Shalat
Ikhlas dalam shalat merupakan keharusan, sebab shalat adalah
bukti pemurnian sikap seorang hamba atas keberadaan Allah SWT. Shalat
dalam makna bahasa berarti do’a, Allah memerintahkan hambanya untuk
melaksanakan shalat lima kali sehari semalam. Dan hamba-hamba yang
ikhlas, akan melaksanakan perintah tersebut sebagai bukti penyerahan
dirinya kepada Allah.
Shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat
penting, karena dalam keterangan hadist, Rosullullah bersabda,“Shalat
adalah tiang Agama!.“ Artinya tanpa shalat, tiang-tiang Agama Islam ini
akan runtuh. Selain itu shalat juga merupakan kewajiban pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, dalam peristiwa Isra Mi’raj, hamba
Allah yang ikhlas akan bersemangat mengerjakan shalat, karena ia
meyakini shalat dalam mencengah dirinya dari perbuatan keji dan
mungkar, sesuai firmannya :
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu AL-Kitab (ALQur’an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(dalam shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Dan Allah mengeahui apa yang kamu kerjakan.“ (QS. AL-Ankabuut : 45)
Kekejian dan kemungkaran yang terjadi di Bumi ini sesungguhnya
bersumber dari prilaku dan perbuatan manusia itu sendiri. Kesombongan
dan keserakahan ummat manusia, telah membuat banyak kerusakan
terjadi di Bumi. Dan shalat akan membawa penghambaan yang tulus
seseorang manusia kepada Tuhannya. Dalam shalat, sifat-sifat sombong,
keserakahan, pembangkangan dalam diri manusia akan hilang, dan sifatsifat
positif dalam diri manusia akan tumbuh, lalu pancarannya akan
menerangi prilaku hidupnya setiap waktu. Kenapa shalat dapat mencegah
dari prilaku keji dan mungkar, karena nilai-nilai pencerahan dalam shalat
seorang hamba akan mempengaruhi prilaku positif dalam hidupnya, dan
efectnya akan mencegah kekejian dan kemungkaran di Dunia ini.
Dalam sebuah hadist, Rosullullah juga pernah berkata :
“ Shalat adalah kenikmatan pandangan mataku (Qurata’ a’yyun), dan dia
juga menyebutnya (Shalat) sebagai ’istirahat kita’.” (Hadist)
Saat Rosullullah Isra Mi’raj untuk menerima perintah shalat, ia
bertemu dengan Allah SWT. Berjumpa dengan Allah adalah kenikmatan
yang tak ada bandingannya, bahkan nikmatnya surga tak ada bandingnya
dengan perjumpaan dengan zat Allah.
Allah adalah pencipta yang zatnya tidak dapat dilukiskan katakata,
tak satupun lidah dapat digerakan untuk mengungkapkannya, dan
satupun jawaban dapat mendefinisikannya. Dia adalah petunjuk kepada
diri-Nya, dan penguasa bagi uraian diri-Nya. Dia adalah keludahan dari
semua yang ludah dan kalimat yang dengan menuturkan diri-Nya hanya
milik dirinya.
Seperti firmannya dalam sebuah Hadist-Qudsi :
“ Aku ini adalah perbendaharaan yang tersembunyi, aku ingin diketahui,
aku jadikan makhluk supaya diketahui dan dikenal. ” (Hadst-Qudsi)
Perjumpaan dengan Allah yang penuh kenikmatan dalam Isra
Mi’raj, membuat beliau merasa berat hati untuk meninggalkan tempat
terhormat yang penuh berkah sererti itu, lalu Allah SWT bersabda pada
Muhammad :
“ Hai Muhammad, engkau adalah utusan abdi-ku sebagaimana semua
utusan-ku, bila engkau tinggal disini, engkau tidak dapat menyampaikan pesanku
untuk abdi-ku. Bilamana engkau menginginkan suasana seperti ini maka
shalatlah, dan aku akan membuka suasana ini bagimu. “
Kemudian Nabi diperintahkan untuk kembali ke Dunia, namun dia
meninggalkan jiwanya di surga, ruhnya di pohon teratai, dan kalbunya
dalam hadirat ilahi yang tak tergumamkan, sementara rahasianya di
tinggal mengambang tanpa tempat. Kisah diatas memberi pelajaran
bahwa shalat yang benar (sempurna) adalah bila dapat bila merasakan.
“Tabir ke-Esaan Allah!“, membawa diri seorang hamba dalam
bahtera yang mengambang di tengah-tengah angkasa ilahi. Mencapai
pertemuan dengan dzat yangagung, anggun, dan tak terucapkan.
Jadi tak berlebihan bila kita menyimpulkan “ shalat adalah mirajnya
seorang mumin.“, karena hanya dalam shalatlah, seorang hamba akan
mencapai perjumpaan dengan Allah. Itu sebabnya Rosullullah
mengatakan “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat Aku shalat ”, bukan
“Shalatlah sebagaimana kalian aku ajari shalat.“ Itu artinya kesempurnaan
keadaan shalat (khusyu), sepenuhnya wewenang Allah SWT yang akan
diberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Terutama hambahambanya
yang ikhlas di dalam shalat, dan mudah-mudahan kita
termasuk kedalam golongan orang-orang yang bisa mencapai keikhlasan
dalam beribadah (shalat).
Shalat adalah proses pendekatan seorang hamba kepada Tuhannya,
untuk mencapai derajat ketaqwaan. Karena Allah menilai kemuliaan
seorang hamba bukan pada kekayaan, jabatan, kekuasaan, wanita atau
keturunan yang dia miliki. Tetapi ia meilai kemuliaan seorang hamba dari
ilmu dan ketaqwaannya.
Hanya shalat yang sesuai aturan-aturan yang di syaratkan, lalu
dilakukan dengan tulus ikhlas untuk mencapai keridhoan Allah
sematalah, shalat yang akan diterima disisi Allah. Dan imbalan langsung
bagi hamba yang shalat dengan ikhlas, adalah kebersihan hati, disucikan
dosanya, dan di limpahkan Rahmat serta karunianya yang tak terhingga.
Syeh Ibn ‘Athaillah dalam AL-Hikam mengatakan :
“Shalat adalah pembersih hati dari kotoran dosa, dan pembuka pintu
kegaiban.“
Shalat yang sempurna terlepas dari alam kasat mata dan sebuah
penegasan kembali hubungan total dengan Allah. Setelah manusia
ternodai oleh cinta dan nafsu duniawi. Hati yang berkarat hanya dapat
dihilangkan dengan shalat dan dzikir, apabila noda-noda itu telah hilang
maka jendela-jendela ilham akan terbuka, dan cahaya-cahaya dari yang
maha gaib akan bersinar terpantul-pantul pada cermin hati seorang
hamba.
Dalam ungkapan yang lain, beliau juga mengatakan :
“Shalat adalah sarana bermunajat serta sumber penyucian. Luas
didalamnya arena rahasia Allah, dan terbit darinya kilau cahaya-Nya. Allah
mengetahui adanya kelemahanmu, sehingga Dia menyederhanakan bilangan
shalat. Allah pun mengetahui kebutuhanmu pada anugrah-Nya, sehingga Dia
melipatgandakan pahalanya.“
Kesempurnaan shalat seorang hamba akan membawanya pada
hubungan yang kian dekat dengan Allah, dan iu akan mengantarkannya
pada pencerahan, cahaya dan pengetahuan batin dari yang gaib.
Meskipun jumlah rakaat dan waktu shalat sedikit, tetapi khasiatnya dapat
menyembuhkan dan menghidupkan hati pada Sang Khalik, dan pahala
berlipat ganda bagi hamba-hambanya yang shalat dengan ikhlas.
Ada ungkapan lain dari Ibnu Athaillah, yang menarik tentang
shalat :
“Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, maka Dia
membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Dan karena Allah mengetahui
bahwa Engkau pun rakus, maka Dia membatasinya pada waktu-waktu tertentu,
agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat,
karena tidak semua yang shalat dapat menyempurnakannya. “
Manusia adalah makhluk yang tidak sabar dan mudah bosan.
Karena itu, Allah juga membuat banyak sarana dan kesempatan demi
pengembangan spiritual, juga upaya mempertinggi kesadaran atas
kehadiran-Nya. Shalat hanyalah gerbang menuju halaman kehadiran-Nya
(Allah) yang kekal dan hanya hamba Allah yang shalatnya sempurna
yang akan mendapatkan-Nya.
Ikhlas dalam shalat sangat subtansial untuk mencapai
kesempurnaan. Sedangkan penilaian akhir kesempurnaan shalat seorang
hamba, hanya Allah yang berhak menilai sebagai hakim yang memberi
keputusan. Kaum muslimin hanya diperintahkan oleh Rosullullah
“Shalatlah kalian, sebagai maha kalian melihat aku shalat! “. Paling tidak,
shalat hamba yang ikhlas seperti apa yang selalu di jelaskan dalam do’a
iftitah yang biasa diucapkan setelah takbiratul ikhram, perhatikan isinya
baik-baik :
“Maha besar Allah, segala puji hanya untuk-Nya dan Maha Suci Allah
pagi dan petang selama-lamanya. Kuharapkan wajahku, kehadirat-Mu yang telah
menciptakan langit dan bumi. Dengan tulus ikhlas menyerahkan diri, dan saya
bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya
shalatku, pengabdianku, bahkan hidup dan matiku, seluruhnya hanya bagi Allah
SWT, Tuhan seru sekalianalam. Tidak ada sekutu bagi Allah, demikianlah aku
diperintahkan, dan aku adalah salah satu dari orang-orang yang berserah diri. “
1.3 Ikhlas Dalam Zakat dan Shadaqah
Ikhlas dalam zakat dan shadaqah adalah memurnikan niat dan tujuan
dalam mengeluarkan rezeki yang diberikan Allah pada seorang hamba, sematamata
untuk menaati perintah dan mencari keridhaan Allah SWT. Jadi hamba
yang ikhlas dalam berzakat dan shadaqah, sedikitpun tidak ada niat dan
tujuan lain selain keridhaan Allah.
Zakat sendiri menurut bahasa berarti kesuburan, keberkahan, dan
pensucian. Zakat adalah perintah Allah pada kaum muslimin dengan
mengeluarkan harta dari pemiliknya pada orang yang berhak, untuk
membersihkan seluruh hartanya, sesuai firmannya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orangorang
yang ruku.“ (QS. AL-Baqarah : 43)
“Ambillah shadaqah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan do’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Mengetahui.“ (QS. AT-Taubah : 103)
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disatu pihak ia
merupakan bentuk pelaksanaan amal manusia sebagai makhluk sosial,
dan di lain pihak mendorong dinamika manusia untuk berusaha
mendapatkan karunia Allah di muka Bumi. Zakat dan shadaqah adalah
satu prinsip hidup seorang muslimin yang di ajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, agar menjadi hamba Allah yang dermawan, sesuai
sabda beliau :
“ Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.“ (Hadist)
Artinya hidup memberi itu baik dari pad meminta. Berderma dari
sebagian harta yang Allah karuniakan kepada hamba adalah prilaku
mulia yang sangat di sukai Allah SWT. Allah akan memberi pertolongan,
rahmat dan kemenangan bagi hamba-hambanya yang mengeluarkan
zakat dan shadaqahnya dengan penuh keikhlasan, dan hal tersebut
tercermin dari niat yang bersih dari-Nya dan bersih dari rasa terpaksa.
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan(pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya, dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena-Nya kepada manusia, dan dia
tidak beriman kepada Allah, dan hari kemudian, maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu di timpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi
petunjukkepada orang-orang yang kafir.“ (QS. AL-Baqarah : 264)
Sungguh sia-sia orang yang bersedekah dan berzakat dengan
tujuan riya’. Mengeluarkan harta untuk menyombongkan diri, mencari
pujian manusia, mencari popularitas, ingin disebut dermawan. Sungguh
merugi manusia yang tidak ikhlas dalam berzakat dan bershadaqah.
Karena amalnya bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu di timpa hujan lebat, maka menjadi bersihlah batu tersebut dari
tanah. Tanah di atas batu itu perumpamaan amal, dan batu yang kembali
licin akibat hujan itu ibarat amal hamba yang beramal disertai riya’,
sungguh sia-sia dan tak ada gunanya. Dan Allah, tidak menyukai orangorang
yang riya serta menyombongkan diri, sesuai firmannya :
“…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri (36) (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh
orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah
diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang
kafir siksa yang menghinakan (37) dan (juga) orang-orang yang menafkahkan
harta-harta mereka karena-Nya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah, dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil
syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburukburuknya
(38).“ (QS.AN-Nisaa’: 36-38)
Zakat adalah sarana untuk membersihkan harta dan mensucikan
diri. Tetapi bila itu dilakukan dengan tujuan-tujuan selain Allah, apalagi
digunakan sebagai sarana untuk menyombongkan diri dihadapan Allah.
Maka sia-sialah amalnya, lebih dari itu, Allah akan menghukum mereka
yang sombong dan membanggakan diri, dengan siksaan yang
menghinakan.
Shadaqah adalah amal yang sangat dimuliakan, apabila dilakukan
dengan penuh keikhlasan. Dapat menimbulkan kasih sayang dan rasa
setia kawan terhadap kaum muslim, memperkecil jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin. Dan kaum muslim, diperintahkan oleh Rosullullah
untuk bershadaqah dalam keadaan apapun sesuai sabdanya:
“Atas tiap-tiap mukmin, shadaqah.”Para sahabat bertanya.”Bagaimana
keadaan orang-orang yang tidak mempunyai harta?” Nabi menjawab.” Dia
bekerja, lalu memberi manfaat kepada dirinya dan bersadaqah.” Para sahabat
bertanya pula, ”jika ia tidak dapat bekerja sebagai yang di maksudkan?” Nabi
menjawab, “ia memberi pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan
pertolongan.” Para sahabat bertanya lagi, “ Jika ia tidak dapat demikian?.”
Nabi menjawab,”Hendaklah ia mengerjakan yang makruf, menahan diri
kejahatan, karena yang demikian itu sadaqah baginya.” ( H.R Bukhari )
Shadaqah tak harus berbentuk harta saja, bagi kaum muslimin
yang diuji Allah dalam kesempitan, shadaqah tetap bisa dilakukan
dengan mengerjakan yang makruf, dan menahan diri dari berbuat
kejahatan. Dan sangatlah penting memurnikan amal dengan
memfokuskan niat dan tujuannya hanya untuk Allah saja, tanpa pamrih,
niatan-niatan yang terselubung.
Ibnu ATHA ILLAH, menjelaskan dalam Al-Hikam:
“Jangan menuntut imbalan atas suatu amal yang pelakunya bukan dirimu
sendiri. Cukuplah balasan Allah bagimu jika dia menerima amal itu .”
”Bila engkau menuntut imbalan atas suatu amal, pasti engkau pun akan
dituntut untuk tulus dalam melakukannya. Dan bagi yang merasa belum
sempurna, cukuplah bila ia telah selamat dari tuntutan.”
Keikhlasan beramal sejati, terkait dengan tauhid. Yakni keyakinan
bahwa semua aspek kehidupan dan wujud berasal dari-nya (Allah). Maka,
balasan tertinggi amal perbuatan kita adalah, kesadaran kita terhadap
sang sumber, dan kehadiran Allah dalam setiap amal perbuatan seorang
hamba. Artinya ketika hamba Allah menzakatkan atau menshadaqahkan
sebagai rezekinya untuk mereka yang berhak, hakikatnya ia hanyalah
perantara pemberi pada saudara-saudaranya yang membutuhkan (fakir
miskin). Rezeki yang ia keluarkan, hanyalah amanah dan titipan Allah
padanya, agar ia terhindar dari penyakit tamak (rakus) dan kikir atas
segala karunia yang Allah berikan kepadanya. Dan mereka-mereka yang
bershadaqah dengan ihklas, jangan takut kalau hartanya akan habis.
Sebab Allah berjanji dalam firmannya, apabila hamba Allah menanamkan satu
kebaikan, maka Allah akan membalas kebaikan hambanya itu sepuluh kali
lipatnya.
1.4 Ikhlas Dalam Puasa
Ikhlas dalam puasa adalah memurnikan niat dan tujuan dalam
menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, hanya untuk mencari
keridhoan Allah SWT. Puasa hamba yang ikhlas buakn sekedar menahan
hawa nafsu, seperti makan, minum, dan bersetubuh. Tetapi ia juga harus
menjaga penglihatannya, pendengarannya, penciumannya, pengecapnya
dan perasaannya untuk tujuan lain selain kepada Allah SWT. Mulai dari
terbit fajar hingga terbenamnya matahari seorang hamba menjaga ucapan,
tindakan, dan perbuatannya hanya untuk Allah semata.
Dalam bahasa puasa (shiam) berarti menahan diri. Dalam syariat
Islam, puasa berarti menahan diri dari segala yang membatalkannya (makan,
minum, dan bersetubuh), mulai dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari
yang dilaksanakan untuk mendapatkan ridho Allah. Sesuai firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagai
mana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah;183)
Puasa adalah bentuk pengorbanan seorang hamba kepada
Tuhannya. Hamba yang puasa adalah hamba yang memenjara dan
mengendalikan hawa nafsunya, mulai matahari terbit hingga matahari terbenam,
di waktu-waktu yang telah ditentukan Allah. Puasa adalah ibadah yang dapat
mendisiplin ruhaniah seorang hamba. Rahasia keberhasilannya
tergantung pada diri sendiri, karena puasa bukanlah semata-mata amalan
yang orang banyak. Yang dapat menilai kesempurnaan puasa seorang
hamba, hanya dirinya sendiri dan Allah SWT. Karena itu, puasa
sesungguhnya adalah amalan batin antara hamba dan Khalik-nya.
Hamba Allah yang ikhlas dalam puasanya, akan mencapai derajat
ketaqwaan di mata Allah, karena goal dan ibadah puasa adalah
penghekangan hawa nafsu duniawi, yang mendidik seorang insan untuk
berbuat baik dan mulia, lalu menjauhi maksiat dan kemungkaran. Ibadah
puasa yang tidak disertai keikhlasan mencari keridhoan Allah, akan
menjadi sia-sia dan tak ada nilainya di mata Allah. Sesuai sabda Nabi :
“Betapa banyak orang puasa, hasilnya hanya lapar dan dahaga.“ (HR.
Bukhari)
Puasa itu untuk Allah, bukan untuk diet, atau sekedar menahan
lapar dan dahaga. Tetapi menahan nafsu yang membatalkan dan
mengurangi pahala puasa, seperti pandangan mata yang membawa
maksiat, pendengaran yang hanya memfitnah orang lain, menyentuh
wanita yang bukan mukhrimnya, berbohong, menipu, menghasut,
menghujat, melecehkan, memarahi, hingga menghina orang lain. Puasa
bukan untuk mencari kesaktian, penguasaan ilmu kebatinan tertentu,
hingga ingin disebut soleh. Apapun tujuan puasa selain Allah, akan sia-sia
amalnya di mata Allah.
Puasa dengan ikhlas, adalah ciri-ciri hamba Allah yag bertaqwa.
Dan semulia-mulianya manusia di antara manusia lain, adalah manusiamanusia
yang bertaqwa.
Sesuai firmannya :
“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah,
adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.“ (QS. AL-Hujurat : 13)
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa, karena
kemenangan mereka. Mereka tiada disentuh oleh azab neraka dan tidak pula
mereka berduka cita.“ (QS. AZ-Zumar : 61)
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan membuat
baginya jalan keluar (dari setiap masalah), serta memberinya rezeki dari arah
yang tidak dia sangka. Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan keperluannya.“ (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
Keikhlasan hamba Allah dalam melaksanakan puasa, akan
membuka jalannya mencapai derajat ketaqwaan. Seorang hamba yang
bertaqwa kepada Allah, akan Allah angkat derajatnya, dan dijauhinya ia
dari azab neraka, mereka juga tidak akan berduka cita. Orang-orang yang
bertaqwa, akan selalu dimudahkan Allah dari segala ujian dan kesulitan
hidup yang menimpanya. Segala keperluannya akan dicukupi, dan Allah
akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Peranan ibadah puasa dalam membentuk pribadi-pribadi yang
bertaqwa, amat sangat subtansial. Puasa adalah latihan latihan untuk
meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan rahmat yang di karuniakan Allah
kepadanya. Penderitaan dan pengorbanan berpuasa, akan menjadi pembersih diri
dari dosa-dosa yang pernah di lakukan. Dan yang paling penting dalam
kehidupan sosial, berpuasa dapat menumbuhkan rasa simpati dan solidaritas pada
kelompok sosial masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan.
Ikhlas dalam melaksanakan puasa, akan mencapai tingkatan yang
lebih tinggi dalam kedekatan seorang hamba pada Allah SWT.
Memperkuat keimanannya, buah dari kesabaran dalam mengendalikan
diri dari perbuatan hawa nafsu.
Sesuai sabda Rasulullah SAW :
“Puasa adalah separuh kesabaran, dan sabar itu separuh iman.” (HR.
Baihaqi)
Puasa yang ikhlas akan memperkuat kesabaran hamba Allah, dan
kesabaran akan memperkuat keimanan sang hamba. Keimanan seorang
hamba akan membawanya pada derajat ketaqwaan, yang akan
memuliakannya disisi Allah. Merekalah orang-orang yang memperoleh
kemenangan, dan sedikitpun mereka tiada disentuh oleh panasnya azab
api neraka.
1.5 Ikhlas Dalam Berhaji
Ikhlas dalam berhaji adalah memurnikan dan tujuan dalam
melaksanakan perjalanan haji, mulai dari Ihram, wukuf, Thawaf, Sa’I hanya
semata-mata untuk mencari keridhoan Allah SWT. Ibadah haji merupakan
puncak pengabdian manusia kepada Allah, karena Ibadah haji menuntut
pengorbanan Lahiriah, batiniah, material, maupun spiritual. Dalam
berhaji, seorang muslim akan menyaksikan tempat-tempat bersejarah
dalam perjuangan islam, merasakan betapa besar pengorbanan dalam
penyebaran islam. Sesuai Firman-Nya :
“…. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji) maka bahwasanya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.“ (QS. Ali Imran : 97)
Pengertian haji secara bahasa adalah pergi ke suatu tempat untuk
mengunjungi. Dalam syariat, istilah haji berarti pergi ke Baitullah (ka’bah)
untuk melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah SWT, di bulan yang
telah ditentukan (Dzulhijjah). Haji adalah rukun islam yang terakhir, untuk
orang-orang yang telah mampu melaksanakannya (fisik dan mental). Haji
tidak diwajibkan, bagi hamba-hamba Allah yang belum memiliki
kemampuan secara fisik maupun ekonomi.
Hamba Allah yang ibadah hajinya ikhlas adalah hamba yang tidak
ada lain yang ia niatkan, dan ia tuju selain Allah SWT. Ia berhaji bukan ingin
dipuji, mendapat gelar atau status sosial dimasyarakat, ingin disebut
orang sholeh, untuk berbangga diri, atau tujuan-tujuan lain selain mencari
keridhoan Allah. Karena seorang hamba yang tujuan hajinya bukan Allah,
berarti ia tidak ikhlas dalam ibadahnya. Hamba yang tidak ikhlas dalam
amalnya, maka amalanya itu sia-sia di sisi Allah.
Ibadah haji mendidik jiwa hamba Allah untuk ikhlas, berkorban
dan sabar menyerahkan diri secara total, atas segala kehendak yang
diperintahkan Allah pada manusia. Menjalankan perintahnya dengan
tulus dan ikhlas, bukan untuk kepentingan pribadi, menyombongkan diri,
atau hal-hal lain yang sifatnya kebanggan sesaat. Karena haji adalah
bentuk pengorbanan hamba atas harta dan waktu yang ia miliki, sematamata
unutuk mengabdikan diri kepada Allah, dengan pengabdian yang
seutuhnya. Tanpa pamrih, tanpa balas jasa yang mengurangi kadar
keikhlasan dalam beramal. Dan hamba yang belum dimampukan, jangan
bersedih sebab sabda Nabi, melaksanakan shalat jum’at bagi kaum miskin,
sama seperti ibadah haji bagi mereka.
1.6 Ikhlas Setiap Waktu
“(41) hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (42) dan bertasbihlah kepada-nya
diwaktu pagi dan petang (43) dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-nya (memohon diampun untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah dia yang maha
penyayang kepada orang-orang yang beriman.“ (QS.AL-AHZAB : 41-43).
Allah SWT memberikan waktu pada manusia 24 jam sehari, sama
dengan 1440 menit, juga 86.00 detik perhari. Tapi dia hanya
memerintahkan hambanya, menyembahnya lima hari sehari, kalau setiap
shalat hamba Allah menghabiskan waktu 5 menit, maka waktu yang
dihabiskan beribadah dalam sehari hanya 25 menit saja. Artinya ia masih
menyisakan waktu 1415 menit, yang sayang sekali apabila waktu tersebut
tidak ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Begitupun dengan
ibadah-ibadah lain, seperti zakat dikeluarkan setahun sekali, atau disaat
seorang hamba memiliki kelapangan harta. Puasa pun hanya setahun
sekali dibulan Ramadhan saja, apalagi ibadah haji yang diwajibkan hanya
seumur hidup sekali, itupun bagi hamba-hamba yang memiliki
kemampuan.
Kalau kita coba bersikap jujur dengan amal-amal kita, apakah
dengan ibadah 25 menit sehari, artinya 750 menit sebulan (12,5 jam), atau
9000 menit setahun (150 jam / 6 ¼ hari). Lalu kita kalikan dengan umur
manusia misalnya 60 tahun, maka amal ibadah kita hanya 375 hari
seumur hidup kita (6 ¼ hari x 60 tahun). Artinya dari 60 tahun yang Allah
berikan pada manusia hanya 1 tahun lebih 10 hari waktu yang di
habiskan beribah kepada Allah. Bukan bermaksud menghitung-hitung
amal, tapi coba renungi, apakah dengan ibadah shalat 1 tahun 10 hari
yang belum tentu sempurna, seorang hamba mampu membayar dosadosanya
selama 60 tahun hidup di dunia.
Begitu banyak waktu yang manusia sia-siakan dalam, hidupnya,
untuk tidak ia gunakan beribadah kepada Allah. Kalau seorang hamba,
hanya mengandalkan amalan shalatnya saja, untuk ia pertanggung
jawabkan di akhirat nanti, artinya ia telah menyai -nyiakan waktu 58
tahun 355 hari dalam hidupnya. Itu pun kalau ibadah shalatnya
sempurna, kalau tidak sempurna (tidak ikhlas), tidak khusu, apalagi
hanya untuk menyombongkan diri, maka hamba tersebut telah
menghabiskan waktu dalam hidupnya, melakukan amal ibadah yang sia –
sia.
Coba baca firman Allah ini:
“ (1) Demi masa (waktu) (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian (3) Kecuali orang –orang yang berimal dan mengerjakan
amal saleh, dan nasehat menasehati, supaya mentaati kebenaran, dan menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (QS. AL ‘ASHR : 1 - 3)
Waktu adalah amanah Tuhan yng diberikan pada manusia, untuk
digunakan sebaik mungkin untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Sesungguhnya merugi manusia yang menyia-nyiakan waktuya, hanya
untuk memuaskan hawa nafsu yang tak pernah ada habisnya. Semakin
manusia mengejar nafsu duniawi, maka duniawi akan semakin menjauhi
dan membudakinya. Hanya orang-orang beriman dan mengerjakan amal
saleh lah yang beruntung, karena menggunakan waktunya untuk
beribadah kepada Allah, dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun.
Ikhlas disetiap waktu adalah memurnikan niat dan tujan hanya
kapada Allah yang dilakukan oleh hamba Allah disetiap aktivitas
kehidupannya mulai ia bangun dari tidur hingga ia tidur kembali. Hanya
Allah yang ikhlas disetiap waktu adalah hamba yang selalu berzikir
menyebut nam Allah sebanyak-banyaknya, ia slalu bertasbih kapada
Allah diwaktu pagi dan petang. Sehingga setiap detik waktu dalam
hidupnya, ia habiskan untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah.
Sesuai firmannya :
“(190) ssungguhnya dalam pencipta langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal (191) yaitu : orang-orang yang mengingat Allah sambl berdii atau duduk,
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS.Ali imran :190-191)
Mengingat Allah dimanapun ia berada, adalah ciri-ciri hamba
Allah yang ikhlas disetiap waktu. Saat ia berdiri, duduk, atau berbaring
dari mulai membuka mata hingga matanya terlelap kembali untuk
mencari keridhaan Allah denga berzikir dan bertasbih kepadanya. Hamba
Allah yang ikhlas, disetiap mengawali aktivitas apapun dalam hidupnya
ia akan memulainya dengan ucapan “bismillah”, sesuai firmannya:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha
penyayang.” (QS.Al-fatihah : 1)
Sebab apapun aktifitas yang di awali bismillah, maka aktifitas
tersebut akan bernilai ibadah di mata Allah. Jadi aktifitas yang dilakukan
hamba Allah, selama 24 jam di luiar ibadah wajib, apabila ia awali dengan
bismillah, maka aktifitas tersebut bernilai pahala di mata Allah. Sungguh
beruntung hamba Allah yang seiap ucapan, tindakan, dan perbuatan
dalam hidupnya bernialai ibadah dimata Allah.
Dan apapun hasil yang hamba tersebut dapatkan dari aktifitasnya,
akan selalu ia syukuri dengan mengucapkan“Alhamdulillah”.
Sesuai firman-Nya dalam surat Al-fatihah:
“Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam” (QS.Al-fatihah: 2)
B. IKHLAS DALAM AMAL MUAMALAH
“Dan kami telah turunkan kepadamu AL-Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja). Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepada, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali, kamu semuanya. Lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu.“ (QS. AL-Maaidah : 48)
Muamalah adalah ibadah sosial yang mencakup aspek aktivitas
manusia dalam kehidupan. Ikhlas seorang hamba dalam bermuamalah
adalah memurnikan niat dan tujuan aktivitas manusia dengan manusia lain,
dalam sebuah masyarakat dan Bangsa, semata-mata untuk mencari keridhoan
Allah SWT. Dan juga menyerahkan segala urusan kehidupan sesuai
aturan-aturan yang telah dikehendakinya, sehingga menghasilkan prilaku
masyarakat yang berdasarkan sistem nilai budaya tertentu yang
bersumber pada kaidah hukum Allah, sampai terbentuknya masyarakat
beragama yang berserah diri atas segala ketentuan Allah SWT.
Risalah Islam adalah risalah yang sesuai fitrah manusia. Ajaran
agama yang sesuai dengan alam dan nurani manusia, manusia sendiri
terdiri dari jasmani, ruhani, dan akal. Artinya muamalah dalam aktivitas
hamba Allah akan memenuhi kebutuhan potensi dasar manusia. Mulai
aspek ideologi, ekonomi, pendidikan, sosial, politik hingga seni budaya.
Masyarakat Islam akan menumbuh kembangkan kebudayaan, melalui
perubahan positif yang membawa kemajuan. Hal tersebut dapat
membawa masyarakat. Pada kehidupan yang berkualitas, mencapai
kesejahteraan, keadilan, kedamaian dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Masyarakat muslim akan selalu memperjuangkan nilai-nilai yang
diperintahkan Allah SWT memperkuat persaudaraan dan persatuan,
saling tolong menolong, berlaku adil, dan dapat hidup berdampingan
umat lain yang tidak mengadakan peperangan. Masyarakat muslim akan
selalu berpegang teguh dan istiqomah pada nilai-nilai yang telah
diperintahkan Allah dan Rosulnya, dalam kitab sucinya yang menjadi
pedoman beragama seluruh umat islam.
Seperti Sabda Rosullullah SAW :
“ Aku tinggalkan padamu dua perkara, yang merupakan pedoman agar
kamu tidak tersesat selama kamu berpegang teguh padanya. Hal itu ialah
kitabullah (AL-Qur’an) dan sunnahku (AL-Hadist).“ (HR. Bukhari Muslim)
AL-Qur’an dan Hadist adalah pedoman beramal Hamba Allah
yang ikhlas dalam bermuamalah. Muamalah sendiri terbagi menjadi
beberapa aktivitas, diantaranya aktivitas ekonomi, pendidikan, sosial,
politik, dan kesenian. Keikhlasan bermuamalah akan tercermin dalam
aktivitas kehidupan hamba-hambanya dalam wujud prilaku menjaga
persaudaraan, saling tolong menolong, saling memaafkan, saling
menyebarkan kasih sayang, berkata-kata yang baik dan lemah lembut,
dermawan, adil, dan mengunjung nilai-nilai perdamaian. Ikhlas memiliki
peranan penting dalam bermuamalah, karena tanpa keikhlasan,
muamalah apapun yang dilakukan seorang hamba tak akan memiliki nilai
ibadah di sisi Allah.
Sesuai Sabda Nabi :
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbutan, kecuali amal
perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih Ridha-Nya.“(HR. Nasai)
1.1 Muamalah Ekonomi
Aktivitas seorang hamba Allah dalam muamalah ekonomi adalah
usaha seorang hamba mencari karunia Allah di muka bumi. Banyak cara
yang dilakukan manusia untuk untuk memperoleh rezeki, mulai aktivitas
pertanian, perikanan, peternakan, perniagaan, jasa, pertambangan dan
profesi pengkayaan lainnya. Mulai proses produksi, distribusi,
pemasaran, hingga konsumsi sumber-sumber ekonomi tersebut. Tetapi
tujuan muamalah ekonomi hamba Allah yang ikhlas, bukan sekedar
mencari keuntungan ekonomi sebesar-sebesarnya dengan modal sekecilkecilnya,
dengan segala cara walaupun harus menipu, berbohong, dan
bermain curang. Tujuan muamalah ekonomi hamba Allah yang ikhlas
adalah mengusahakan rezeki, untuk mensyukuri nikmat karunia Allah, sebagai
sarana beribadah, untuk mencapai kesejahteraan hidup di Dunia dan di Akhirat.
“Siapa yang berpegang teguh kepada Allah SWT, niscaya ia di cukupkan
oleh Allah setiap kebutuhannya. Dan diberikannya rezeki dimana tidak
disangkakannya. Dan siapa yang berpegang teguh kepada dunia, niscaya ia
diserahkan oleh Allah kepada Dunia.“ (HR. Ath-Thabrani)
Walaupun manusia membutuhkan rezeki, tapi bukan berarti
hamba Allah harus terbudaki, terexploitasi, hingga meng-Tuhan-kan
Duniawi. Rezeki hanyalah sarana hamba Allah untuk beribadah, dan
mensyukuri segala nikmat Allah yang ia karuniakan di muka Bumi ini.
Apapun yang manusia usahakan untuk memperoleh rezeki, tak mungkin
berhasil dengan baik, kecuali Allah mengizinkannya. Karena itu, sudah
sepantasnyalah hamba Allah, mengembalikan segala sesuatu yang ia
usahakan hanya kepada Allah saja. Karena hamba yang yang istiqomah,
dan berserah diri secara utuh kepada Allah. Niscaya dia akan
mencukupkan segala kebutuhannya, juga mendatangkan rezekinya dari
tempat-tempat yang tidak disangka-sangkanya.
Rosullullah mencontohkan seekor burung, bagi hamba-hamba
Allah yang ikhlas dalam bermuamalah mencari rezeki untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya. Seluruh makhluk di muka bumi ini telah Allah
tetapkan rezekiya, dan dia tak mungkin salah membagi-bagikan karunia-
Nya. Manusia hanya perlu berikhtiar dengan ikhlas, selebihnya biar Allah
yang menentukan.
“ Jikalau kamu berserah diri kepada Allah ta’ala dengan berserah diri yang
sebenar-benarnya, niscaya dia akan memberikan rezeki kepada kamu, sebagaimana
dai memberikan rezeki kepada burung yang keluar pagi-pagi dengan perut
kempis, dan kembali sore dengan perut kenyang. “ (HR. AT-Tirmidzi)
Allah SWT menilai rezeki dari dua sisi. Pertama, cara mendapatkan
rezeki. Kedua, kemana akan di belanjakan rezeki tersebut. Dua sisi tersebut
harus dijalankan dengan baik sesuai kehendak Allah, apabila salah satu
sisinya diperoleh dengan cara yang salah, maka muamalahnya akan siasia,
dan tidak bernilai ibadah di mata Allah. Muamalah ekonomi hamba
yang ikhlas, adalah ikhtiar yang diperoleh dengan cara yang baik, dan
digunakan pada hal-hal yang telah dihalalkan oleh Allah. Tapi juga jangan lupa
mengeluarkan zakat dan shodaqah, karena dalam rezeki yang Allah karuniakan
pada hamba-hambanya, ada hak kaum fakir miskin.
Karena itu, mengeluarkan zakat dan shodaqah adalah untuk
mensucikan harta, agar amal muamalah kita bernilai ibadah disisi Allah.
Muamalah ekonomi dalam Islam, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, keadilan, kedermawanan, dan keikhlasan. Muamalah ekonomi
yang diridhoi Allah, dengan tegas menolak keserakahan, kerakusan,
ketidakpastian, ketidakadilan, penipuan, pemerasan, penimbunan,
monopoli, dan riba.
Seperti firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.“(QS. AL-Baqarah : 278)
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.“ (QS. ALBaqarah
: 276)
Riba adalah pembayaran lebih yang di syaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Allah telah mengharamkan riba (dan menghalalkan jual
beli). Hamba Allah yang ikhlas dalam bermuamalah ekonomi, ia akan
memusnahkan ekonomi riba, dan lebih meyuburkan sedekah dan zakat.
Karena itu, muamalah ekonomi yang di ridhai Allah adalah ikhtiar yang
akan membawa keberkahan, keadilan, dan keselamatan hamba Allah di
dunia dan di akhirat. Selain cara mendapatkannya, hamba Allah yang
ikhlas juga perintahkan tidak membelanjakan hartanya berlebih-lebihan,
mubazir, boros, dan bermewah-mewahan. Sebaliknya, tidak juga pelit,
kikir, menumpuk hartanya, hingga enggan mengeluarkan zakat dan
shodaqah.
1.2 Muamalah Pendidikan
“(1) Bacalah dengan (Menyebut) nama Tuhan Yang Menciptakan. (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah, dan Tuhan Yang
Maha Pemurah (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Islam (5) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.Al ’Alaq : 1 - 5)
Bermuamalah dalam bidang pendidikan yang dilakukan hamba
Allah yang ikhlas adalah memurniakan niat dan tujuan dalam proses belajar
menuntu ilmu, hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT, sesuai firman
Allah dalam surat Al-Alaq, “Hamba Allah yang menuntut ilmu, harus
memastikan bahwa ilmu yang dituntut benar-benar memperkuat keimanannya
pada Allah, penghambaannya pada Allah, rasa syukurnya pada Allah, dan
ketaqwaannya pada “Sang Maha Pencipta Alam Semesta”. Bukan sebaliknya,
malah membuat seorang hamba semakin sombong, menafikan
keberadaan Tuhan, mengangungkan materialisme, anti agama, anti
risalah, menghamba dunia, hingga menolak keberadaan Allah SWT.
Secara bahasa ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala
sesuatu yang dapat dipelajari oleh indera manusia seperti penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman dan pengecap. Melalui akal dan
proses berfikir, memahami, menganalisis, hingga menyimpulkan sampai
menjadi pengetahuan yang d rumuskan secara sistematis yang disebut
ilmu pengetahuan.
Sedangkan bagi umat muslim ilmu itu tidak sebatas ilmu
pengetahuan saja, sebab mereka memiliki sumber dari segala sumber
pengetahuan, yaitu AL-Qur’an dan AS-Sunnah. Hamba yang ikhlas
meyakini ilmu Allah itu meliputi segala ilmu tentang alam semesta dan
manusia sendiri. Mulai galaksi-galaksi, planet-planet, keseimbangankeseimbangan
di dalamnya, daya tarik-menarik dalam struktur alam,
spesies-spesies yang jumlahnya tak terhitung, cara spesies itu hidup,
bakat-bakat yang mengagumkan di dalamnya, sebuah tatanan sempurna
yang tak mungkin terwujud dengan sendirinya, tetapi pasti memiliki
seorang pencipta. Siapa lagi yang Maha Pencipta alam semesta ini selain “
Allah SWT “. Jadi muamalah pendidikan hamba Allah yang ikhlas, akan
semakin memperkuat keimanan dan penghambaannya kepada
penciptanya (Allah).
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk, dan
tidak tidur, kepunyaannya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang
dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakinya. Kursi (kekuasaan) Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. “ (QS. AL-Baqarah : 255)
1.3 Muamalah Sosial Politik
“(8) Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (9) Allah telah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.“ (QS. AL-Maaidah : 8-9)
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.“ (QS. Ali-Imran : 104)
Muamalah sosial politik hamba Allah yang ikhlas adalah
memurnikan niat dan tujuan dalam melakukan aktivitas bermasyarakat,
berpolitik, berdemokrasi, mengelola kekuasaan, hingga memimpin rakyat, sematamata
hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT. Hamba Allah yang ikhlas
akan selalu menegakkan nilai-nilai kebenaran Ilahi, bersikap adil, beramal
saleh, menyerukan pada kebaikan, perdamaian, mencegah perbuatan
jahat, keji dan merusak.
Karena Islam adalah agama yang diridhoi Allah, dan nilai-nilainya
akan membawa umat manusia pada kemaslahatan mereka di Dunia dan
di Akhirat. Karena itu nilai-nilai yang di perintahkan Allah yang Ikhlas
dalam muamalah sosial politiknya. Jika ia seorang pemimpin rakyat,
maka ia harus memimpin dengan jujur, adil, peduli, memperhatikan
rakyat miskin, memperkuat persatuan umat, menjalankan amanah rakyat
dengan baik, dan tidak menghianati kepercayaan yang telah diberikan.
Kekuasaan politik bagi hamba Allah yang ikhlas adalah amanah
Tuhan dan masyarakat yang dipimpinnya, memperoleh kursi jabatan
kekuasaan tidak dipergunakan untuk menyombongkan diri, sewenangwenang,
tidak adil, berkhianat, melanggar hukum, menyalahgunakan
sarana yang ada karena jabatannya, merugikan kekayaan Negara untuk
memperkaya diri sendiri, dan korupsi.
Pemimpin yang ikhlas adalah pemimpin yang bersih dari korupsi.
Visioner dan konsisten menghayati dan melaksanakan perintah Allah,
penuh kasih sayang dan membela kaum yang termarginalkan, juga
mampu menjadi oase penyejuk ditengah padang tandus kegersangan
Bangsa. Membangun sebuah Negara menjadi Bangsa yang makmur,
sejahtera, adil dan damai. Hingga Bangsa yang diridhoi Allah akan di isi
oleh pemimpin-pemimpin yang bertanggungjawab, bijaksana, jujur,
bermoral baik, dan amanah.
Dunia muamalah sosial politik zaman sekarang, tidak terlepas dari
sistem politik demokrasi, hampir sebagian besar negara-negara di Dunia
menggunakan konsep ini. Demokrasi di adopsi dari Negara adidaya nonmuslim,
dan mulai di jadikan sistem tandingan untuk mematikan sistem
politik masyarakat muslim. Sejauh mana AL-Qur’an bicara tentang sistem
politik, karena Allah SWT tidak pernah bicara model sistem politik dalam
firmannya, tapi yang ia bicarakan dalam firmannya adalah tujuan sistem
politik tersebut. Sesuai yang di jelaskan dalam QS> AL-Maidah ayat 8-9,
dan QS. Ali-Imran ayat 104, tujuan sistem sosial politik yang diridhoi
Allah adalah sistem politik yang arah tujuannya menegakkan hukumhukum
Allah, menegakkan keadilan, menyerukan kebajikan, mengajukan
yang ma’ruf, dan mencegah kemungkaran. Sedangkan persoalan
kemasyarakatan, dia perintahkan hambanya untuk mengembalikan pada
aturan-aturan Allah dan Rosulnya, juga bermusyawarah.
Sesuai firmannya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri darisekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.” (Ali-Imran : 159)
Allah memerintahkan hamba-hambanya yang ikhlas untuk berlaku
lemah lembut, tidak bersikap kasar, dan bermusyawarah untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan muamalah sistem politik. Dan apabila
telah mencapai kesepakatan bersama dan membulatkan tekad keputusan
yang terbaik, Allah memerintahkan untuk bertawakal kepada-Nya.
Karena Allah menyukai orang-orang yang berserah diri dengan tulus
ikhlas kepada-Nya. Musyawarah adalah sarana yang paling efektif utuk
menyelesaikan segala masalah sosial politik, mulai rekrutmen politik,
pemilihan pemimpin, pengelolaan kebijakan-kebijakan yang menyangkut
kepentingan masyarakat, hingga hal-hal yang menyangku ritual
keagamaan.
Ikhlas dalam muamalah sosial politik adalah proses penyerahan diri
seorang hamba secara utuh hanya untuk mencari keridhoan Allah dalam setiap
aktivitas muamalahnya. Bukan untuk kepentingan pribadi, memuaskan
ambisi hawa nafsu, menyombongkan diri dimata Allah, berbuat
kerusakan di muka bumi, mendzolimi rakyat kecil dengan kebijakan yang
sewenang-wenang, berkhianat pada amanah dengan mengkorupsi uang
rakyat hingga penindasan dan kekerasan pemerintah pada rakyatnya.
Karena itu hamba Allah yang ikhlas tidak menghamba dan terbudaki oleh
kekuasaan, sebab baginya kekuasaan adalah alat, amanah, dan ujian yang
harus ia pertanggung jawabkan dihadapan Allah.
Sesuai firmannya :
“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di Bumi dan dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu
amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya dia Maha Penagampun lagi Maha
Penyayang.“ (QS. AL-An’aam : 165)
1.4 Muamalah Berkesenian
Allah SWT mempunyai 99 nama, yang biasa disebut Asma ul husna.
Dari nama-nama yang agung tersebut, ada nama-nama yang
berhubungan dengan pengkaryaan yaitu AL-Kooliqu (Yang Maha
Menciptakan), AL-Barriu (Yang Maha Mengadakan), dan AL-Musowwiru
(Yang Maha Membentuk Rupa). Sebelum karya cipta manusia dan
aktivitasnya, tak ada bandingnya dengan karya cipta Allah. Dialah Allah
Yang Maha Pencipta langit dan bumi dengan segala keindahan dan
kesempurnaannya membentuk pegunungan, pepohonan, pantai, lautan,
hingga langit yang membentang luas. Dia juga yang mengadakan
matahari, bulan, bintang, planet-planet, galaksi-galaksi yang begitu
menakjubkan. Dan dia juga yang membentuk sosok manusia yang begitu
cantik, tampan, dengan kemampuan dan bakat-bakatnya yang luar biasa.
Sesuai firmannya dalam AL-Qur’an :
“ Dialah Allah yang mencipatakan, yang mengadakan,yang membentuk
rupa, yang mempunyai nama-nama paling baik.bertasbih kepada-Nya apa yang
ada di langit dan bumi. Dan dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.
“ (QS. AL-HASYR : 24)
Muamalah dalam berkesenian adalah memurnikan niat dan tujuan
dalam beraktivitas berkarya mulai musik, syair, lukisan, sketsa, tarian, film, dan
macam-macam hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT. Berkesenian adalah
proses kreatif manusia untuk menciptakan karya-karya yang mempunyai
nilai estetika (keindahan) tinggi, yang mampu menghibur dan
mengluspirasi umat manusia.
Allah tidak melarang manusia berkesenian, selama karya-karya
yang dibuat difokuskan pada karya-karya positif, yang bermakna bagi
kehidupan umat manusia. Bukan karya-karya yang liar, membabi buta,
rendahan, amoral, porno, merusak, hingga menghina keberadaan Allah
dan Rosulnya. Karya-karya yang dibuat hamba Allah yang ikhlas akan
selalu membuat penikmatnya tercerahkan untuk lebih mendekatkan diri
pada Allah, memperkuat keimanannya, memotivasi berbuat kebaikan dan
amal soleh, menambah kecintaannya pada Allah dan Rosulnya,
membangun energi positif dan perdamaian untuk kemaslahatan umat
manusia. Semua karya seni manusia itu hakikatnya adalah karunia Allah,
agar umat manusia semakin bersyukur kepada-Nya, seperti karya seni
yang diciptakan para jin untuk Nabi Sulaiman, cerita Allah dalam ALQur’an
:
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya, dari
gedung-gedung yang tinggi, dan patung-patung, dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali
dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.“(QS. Saba ’ : 13)
Muamalah berkesenian bisa menjadi media yang efektif, untuk
menyebarkan risalah Allah, dan Rosulnya. Menyadarkan dan
mencerahkan umat manusia untuk kembali ke jalan Allah, menyadarkan
nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, dan perdamaian. Semuanya dilakukan
semata-mata untuk mencari ridho, cinta, dan ma’rifatnya Allah SWT.
C. IKHLAS DAN SABAR
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranu, tetaplah bersia siaga di perbatasan Negerimu dan bertaqwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung.“ (QS. Ali-Imran : 200)
Sabar adalah berteguh hati, pantang mengeluh, pantang berputus
asa, dan tetap mempertahankan keteguhan hatinya, secara terus menerus.
Sabar merupakan refleksi keikhlasan seorang hamba karena ia menyadari
bahwa Allah ingin menguji, apakah hamba tersebut, tabah menghadapi
tantangan, dan ujian yang ditempatkan kepadanya atau tidak.
Hamba Allah yang ikhlas diperintahkan untuk selalu bersabar, dan
memperkuat kesabaran dalam kondisi hidup apapun. Baik saat lapang
maupun sempit, saat sehat maupun sakit, saat kaya maupun miskin, saat
muda maupun tua. Karena sesungguhnya kebaikan kesabaran itu terletak
pada kesabaran seorang hamba. Sabar akan menolong seorang hamba dari
segala ujian dan cobaan, karena saat hamba Allah mengikhlaskan segala
tujuan dan harapannya kepada Allah, lalu ia memperkuat kesabarannya
dalam tujuannya tersebut, niscaya Allah akan menurunkan
pertolongannya.
Bila seorang hamba ditimpa musibah, hendaklah ia bersabar dan
memperkuat kesabarannya. Bersabar dengan kerendahan hati, memohon
maaf atas segala kekhilafan, agar ia dapat bersikap ridho dan ikhlas atas
takdir yang telah ditetapkan-Nya. Hal tersebut semata-mat agar tindakan
hamba tersebut selaras dengan kehendak Allah SWT, dan amal
perbuatannya selalu dalam naungan cinta dan keridhoaannya. Mereka
itulah hamba-hamba Allah yang ikhlas dan sabar dalam hidupnya.
Kehidupan manusia selalu berada dalam dua kondisi, yaitu kondisi
bahagia dan kondis sedih. Dalam dua kondisi tersebut hamba Allah yang
ikhlas diperintahkan untuk bersabar. Bersabar saat memperoleh
kebahagiaan, dengan bersikap Qonaah untuk tidak menghamburhamburkan
uang untuk keperluan yang sia-sia, berfoya-foya, boros, untuk
sekedar menyombongkan diri. Juga bersabar saat bersedih, kecewa,
sengsara, di waktu tertimpa musibah. Hamba Allah harus tetap bersabar,
karena selama hidupnya ia tidak akan pernah bisa terlepas dari musibah
dan kesenangan.
Hamba Allah yang bersabar, dan ikhlas dalam kesabarannya, ia
tidak akan pernah sekalipun ia mengeluh, resah gelisah, hingga
menghujat Allah. Marah kepada Allah, hingga terlintas kata-kata yang
menyalahkan Allah, meragukan kebijaksanaan kehendaknya, juga
kehendak-kehendak lain yang telah dia tetapkan bagi hamba-Nya.
Apalagi kalau ia sampai berharap, dan bersabar pada Tuhan-Tuhan lain
selain Allah (ciptaan Allah), untuk memperoleh jalan keluar. Sungguh,
bila bukan karena izin dan pertolongan Allah, apakah ada Tuhan-Tuhan
lain selain Dia (Allah) yang dapat mengeluarkan hamba dari kesusahan,
kalau Allah telah menghendaki kesusahan untuknya.
Tidak ada satupun di Dunia ini makhluk yang merasa berhak atas
apa yang ia miliki dan ia kuasai, karena hakikatnya semua yang manusia
miliki adalah milik Allah. Tak ada satupun makhluk yang mampu
memberikan keburukan atau kebaikan kecuali Allah. Tak ada yang
menyebabkan hamba sakit maupun sehat, kecuali Allah. Karena itu,
jangan sekali-kali terjerat oleh ciptaan-Nya. Jika musibah menghampiri
hamba yang ikhlas, maka hendaklah ia meminta tolong kepada Allah
dengan rendah hati, jangan lupa memohon ampun atas kesalahan yang
membuat ia jauh dari kebenaran. Kemudian berserah diri secara utuh, dan
terus menerus tawakal hingga musibah yang menimpa-Nya sirna.
Sebagaimana kesabaran yang dicontohkan Nabi Ayub AS, dalam
menghadapi ujiannya, walaupun dirinya dihinakan, dirinya tidak bosanbosan
bersabar, berdosa, taat, dan sama sekali tidak mengeluh atas
musibahnya, hingga Allah melenyapkan musibahnya itu.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongMu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“(QS. ALBaqarah
: 153)
Cukup sabar dan shalat menjadi penolong hamba-hamba Allah
yang ikhlas. Dan Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar,
karena itu berlomba-lombalah dalam kesabaran, karena kesabaran akan
membawa kebaikan dan keselamatan bagi hamba-hambanya yang ikhlas.
Sesuai Sabda Rosullullah SAW :
“ Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh. “ (Hadist)
Kesabaran tidak akan bisa dipisahkan dari hamba Allah yang
ikhlas, ibarat kepala dengan badannya, keduanya adalah satu kesatuan
yang tak mungkin terpisahkan, hakikatnya, kesabaran adalah sumber
segala kebijakan dan keselamatan di Dunia dan di Akhirat, dengan
kesabaran seorang hambaakan mencapai kepasrahan dan keikhlasan pada
kehendak Allah. Kalau Allah telah menjadi penolong seorang hamba,
siapa yang sanggup menimpakan kemudharatan pada dirinya.
Dalam kehidupan ini setiap muslim tidak akan terlepas dari ujian,
cobaan dan bencana. Karena itu, ketika seorang hamba di uji hendaknya
ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya, jika
demikian, tentu Allah tidaka akan menyia-nyiakan sesuatupun untuknya,
bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Dalam Hadist, diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ummu
Salamah RA, Ia berkata:
“Aku mendengar Rosullullah berkata,“Tidaklah seaorang muslim
yang tertimpa suatu musibah, lalu ia menyatakan apa yang diperintahkan Allah.
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-
Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku
sesuatu yang lebih baik darinya, kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih
baik”. Ummu Salamah berkata, Ketika Abu Salamah meningggal dunia, aku
berkata “ Siapakah orang islam yang lebih baik dari Abu Salamah, (Penghuni)
rumah yang pertama kali hijrah kepada Rosulullah SAW?”. Lalu aku
mengucapkan perkataan diatas, kemudian Allah menggatikan untuk ku
Rosulullah SAW sebagai “Suami.“ (HR. Muslim)
Kisah diatas memberi pelajaran bagi hamba Allah yang ikhlas.
Sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,
niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari
padanya. Siapa yang meninggalkan dari menampar diri sendiri,
mengoyak-ngoyak pakaian, dan berteriak-teriak meratapi penderitaan
dan kesengsaraan. Kemudian ia memohon pahala disisi Allah, niscaya
Allah akan menggantikannya, dan sungguh Allah adalah sebaik-baik
pemberian pertolongan.
Manusia harus berdo’a dan memohon pertolongan saat tertimpa
musibah, tetapi saat Allah menghilangkan bahaya itu, jangan lupa pada
pertolongan-Nya. Apa lagi kalau manusia tersebut kembali pada
kesesatannya yang semula.
Sesuai firman-Nya :
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada kami dalam
keadaan berdiri, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu dari
padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah
berdo’a kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampui batas itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan.“(QS. Yunus : 10)
Jangan menjadi hamba-hamba Allah yang tidak konsisten
berpegang teguh pada jalan Allah. Saat ia diberi kesusahan bantulah ia
kembali shalat, zakatnya dikeluarkan, rajin bershodaqah, puasanya tidak
pernah terlewat. Tetapi saat kesenangan menghampirinya, shalatnya
mulai ia lupakan dengan alasan sibuk, shodaqahnya ia hentikan dengan
alasan tidak mendidik, puasanya pun selalu terlewatkan dengan alasan
butuh stamina agar tetap fit dalam mengejar keuntungan materi. Dimana
Allah saat hamba tersebut dilapangkan rezekinya oleh Allah, padahal
bukannya Allah yang menganugerahinya rezeki, tapi mengapa hamba
tersebut semakin menjauh dari Allah. Lalu mulai menyombogkan diri
dihadapan manusia dan Allah, dan menganggap rezeki yang berhasil
yang mereka dapatkan itu disebabkan oleh kepintaran dan kerja kerasnya
saja. Seolah-olah Allah sama sekali tidak memiliki perasaan apapun dari
rezeki yang ia dapatkan, sesungguhnya Allah menguji hamba-hambanya
yang dilpangkan rezekinya dan akibat buruklah bagi usaha-usaha hamba
tersebut.
Sesuai firmannya :
“(49) Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, kenudian
apabila kamu memberikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata. “
Sesungguhnya aku diberikan nikmat itu, hanyalah kepintaranku “. Sebenarnya
itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (50) Sungguh
orang-orang yang belum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, maka tidaklah
berguna bagi mereka apa yang dahulu meeka usahakan (51) Maka mereka ditimpa
olerh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang dzalim
diantara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat
melepaskan diri.“ (QS. AZ-Zumar : 49-51)
Allah melapangkan rezeki hambanya yang ia kehendaki, dan ia
menyempitkan rezeki hambanya yang ia kehendaki. Disinilah letak
dimana hamba Allah yang ikhlas harus bersabar, karena kondisi lapang
dan sempit itu akan selalu datang silih berganti dalam kehidupan setiap
hamba Allah. Dan seorang hamba tidak akan bisa keluar dari dua kondisi
tersebut, karen hal tersebut adalah bagian dari sunnahtullah dan fitrah
kehidupan manusia.
Sabar adalah kunci menyelesaikan persoalan tersebut, sesuai
firman-Nya :
“Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan
menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
beriman.“ (QS. AZ-Zumar : 52)
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketepatan Tuhanmu, maka
sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.“ (QS. Ath-Thuur : 48)
Hidup adalah perjuangan, dalam melangkah kadang kita harus
terhempas gelombang kehidupan, tertiup angin kencang cobaan dan
musibah. Didalamnya ada kesedihan dan kebahagiaan, keindahan
duniawi hanyalah fatamorgana, yang akan menjebak manusia pada
perbuatan dan kerakusan nafsu. Segala halusinasi dunia hanya akan
membawa manusia dalam kesunyian dan kehampaan, tidak berguna dan
sia-sia bila perbuatannya, bila tidak ditujukan untuk mencari keridhoaan
Allah.
Segala langkah hidup manusia telah ada dalam rencana-Nya,
semua akivitas kehidupan manusia ini sesungguhnya telah berjalan dalam
kehendaknya, nafas hidup, cinta, rezeki, jabatan, karir, jodoh dan segala-
Nya. Karena itu, hamba Allah yang ikhlas akan menjalani takdir hidup
yang dikehendakinya dengan penyerahan diri, dan kepasrahan total
kepad Allah SWT.
Tak pernah mengeluh, menuntut, dan menghujat Tuhan. Ikhlas
dan sabar dalam menjalani segala bentuk cobaan hidup, bila ada ujian
hidup yang membuat luka maka tersenyumlah, dan serahkanlah pada Allah. Bila
ada rezeki yang membuat dirinya bahagia maka bersabarlah, karena itu adalah
ujian bagi hamba untuk dermawan, berzakat, shodaqah, menahan diri untuk boros
dan berfoya-foya, supaya Allah melipat gandakan nikmat dan karunia bagi-Nya.
Bersabarlah, karena kesabaran akan meneguhkan dan menguatkan
hati seorang hamba. Sebaliknya ketidaksabaran akan melemahkan,
membuat kekecewaan, dan putus asa.
Sesuai firman-Nya :
“Dan taatlah kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantah, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah besrta orang-orang yang
sabar.“ (QS. AL-Anfaal : 46)
Kesabaran adalah kunci kekuatan hamba Allah yang ikhlas, agar
pertolongan dan karunia dallah datang, menyelesaikan segala persoalan
hidup seorang hamba.
Rosullullah SAW bersabda :
“Puasa adalah separuh kesabaran, dan sabar itu separuh iman.“ (HR.
Baihaqi)
Sabar itu separuh dari keimanan, dan puasa adalah salah satu
sarana untuk melatih kesabaran. Himpitan hidup dan kesukaran
harusnya bisa menjadi sebuah hal yang positif, yaitu sebagai sarana
melatih diri seorang hamba untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sebab kondisi hina, kemiskinan, rendah, keterbatasan, kebutuhan adalah
sifat-sifat asli manusia yang penuh ketidakberdayaan, dan membutuhkan
penghambaan serta pengharapan.
Sebab hakikatnya, Yang Maha Kaya itu Allah, bukan hamba. Dialah
Allah Yang Maha Pencipta, Maha Sejahtera, Maha Memelihara, Maha Kuasa,
Maha Kuat, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Agung, Maha Mengadakan,
Maha Membentuk Rupa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Besar, Maha
Mulia, yang pertama dan yang terakhir, Allah adalah Maha Segala-galanya. Dan
hamba Allah yang sabar dan ikhlas, hidup dalam karunia, rahmat,
pertolongan, cinta dan keridhoan “Allah“SWT.
Pengakuan ketidakberdayaan seorang hamba adalah pengharapan agar ia
di bantu Allah dengan kekuasaan-Nya. Pengakuan kelemahan seorang hamba
adalah bentuk penyerahan diri hamba tersebutu agar Allah membantunya dengan
kekuatan-Nya. Pengakuan kefakiran seorang hamba adalah bentuk do’a hamba
tersebut agar Allah membantunya dengan kekayaan-Nya. Hanya kepada Allahlah
hamba tersebut menyembah, dan hanya kepada-Nya pula dia
memohon pertolongan dan keselamatan.
Seperti ucapan yang disampaikan Syekh Ibn ATHA’ILLAH :
“Sadarilah sifat-sifatmu, niscaya Allah akan membantumu dengan sifatsifat-
Nya. Akuilah kehinaanmu, niscaya Allah membantumu dengan kemulian-
Nya. Akuilah ketidakberdayaanmu, niscaya Allah membantumu dengan
kekuasaan-Nya. Akuilah kelemahanmu, niscaya Allah membantumu dengan
kekuatan-Nya.“
Pengakuan kerendahan, keterbatasan, kebutuhan, dan
penghambaan manusia yang ikhlas dan sabar akan terpantul ke dalam
cermin sempurna dari kekuasaan dan cahaya Allah yang tak terbatas.
Hingga pantulannya akan terpancar dalam diri hamba-hamba Allah yang
ikhlas dalam kesabaran, sehingga hidup hamba tersebut akan selalu
dipenuhi energi positif yang akan membawanya pada keberuntungan,
kebahagiaan, ketenangan, kedamaian dan kepasrahan hidup. Dan Allah
pasti akan membalas baginya dengan pahala yang lebih baik, sesuai
firman-Nya :
“Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah
kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
sabar, dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“ (QS.
An-Nahl : 96)
D. IKHLAS DAN SYUKUR
“(32.) Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan
itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (33.) Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (34.) Dan
Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).”
(QS. Ibrahim: 32-34)
Syukur adalah upaya mengingat seorang hamba, atas segala nikmat dan
karunia yang di berikan Allah kepada diirinya. Begitu banyak nikmat dan
karunia yang di berikan Allah kepada manuisa mulai dari udara yang ia
hirup, makanan yang ia makan, suara yang ia dengar, pandangan Alam
Dunia dengan segala warna dan bentuk-bentuk yang ia lihat, hingga
sentuhan menyejukkan, dan membahagiakan yang ia rasakan melalui
interaksinya dengan sesama manusia, hewan-hewan, dan Alam Raya ini.
Semua nikmat Allah itu tak dapat tergantikan, bahkan tak sedikit pujian
yang harus seorang hamba panjat kapada sang Penciptanya, kalau sedikit
saja mau merenungkan .
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)
Rasa syukur hamba Allah yang ikhlas adalah pemurnian niat dan
tujuan hamba tersebut atas segala nikmat dan karunia Allah yang di anugrahkan
kepadanya. Agar Dia selalu di ingat dan di puji, sebagai bentuk terima kasih
seorang hamba, yang di implementasikan dalam bentuk ketaatan dan ketaqwaan
pada Allah SWT. Seandainya manusia, menghitung-hitung nikmat Allah
yang di berikan kepadanya, sungguh tak akan terhitung jumlahnya.
Sungguh terlalu banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan pada
seorang hamba, tetapi ia tidak menyadarinya. Terlalu banyak nikmat
Allah yang diberikan pada hambanya, bahkan terkadang hal tersebut
membuat ia lalai, menjauh dari Allah, sombong, bahkan terlalu cintai dan
tergila-gila pada ciptan-ciptaan Allah ( Harta Benda, Wanita dan
Kekuasaan).
Jika Allah telah menghendaki nikmat dan karunianya pada seorang
hamba, jangan karunia tersebut membuat ia memalingkan diri dari Allah
SWT yang Maha Kuasa dan Maha Kaya. Manusia yang tidak bersyukur,
cenderung melupakan Allah jika ia di limpahi harta. Kenikmatan dan
harta yang ia peroleh melalui usahanya, membuat manusia berpaling dari
kepatuhan, dan ketaatannya kepada Allah. Hamba-hamba Allah yang
sombong dan kufur, sesungguhnya mereka telah mengingkari nikmat
Allah. Manusia tersebut adalah hamba-hamba yang dzalim, dan adzab
Allah sangat pedih hamba-hamba tersebut!.
Akan tetapi hamba Allah yang ikhlas dan bersyukur, dirinya
senantiasa patuh dan tunduk atas segala perintah Allah. Ia sama sekali
tidak terpesona dan terbudaki oleh kekayaan yang Allah karuniakan
kepadanya. Kesungguhan syukurnya itu, akan menambahkan karunia
dan nikmat Allah kepada hamba tersebut, dan sedikitpun Allah tidak
mengurangi nikmatnya.
Ia jadikan harta bendanya yang di karuniakan kepadanya sebagai
alat untuk mencapi keridhoan Allah, sebab ia adalah Hamba Allah. Dan
kekayaannya adalah Hamba Manusia. Bukan sebaliknya, harta benda
malah di jadikan Yuhannya manusia. Nikmat dan karunia Allah, adalah
bukti kasih sayang Allah bagi hamba-hambanya di Dunia. Dan sebagai
Hamba Allah, sudah sepantasnya lah ia membalas dengan rasa syukur
yang tak terhingga. Adakah pencipta laian selain Allah yang punya
kekuatan memberikan rezeki pada manusia. “???”
Seperti keterangan firmannya:
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?
Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari
ketauhidan)?.” (QS. Faathir : 3)
Hamba Allah yang ikhlas tidak akan terjebak oleh pentuhanan
kepada ciptaan-ciptaan Allah. Karena segala sesuatu selain Allah itu tidak
dapat memberikan mudharat dan manfaat, keuntungan atau kerugian,
kebaikan atau kejahatan, memuliakan atau menghinakan, meninggikan
atau merendahkan, mengkayakan atau memiskinkan, menggerakan atau
mendiamkan. Karena segala sesuatu selain Allah yang di anggap Tuhan,
sesungguhnya hanyalah ciptaan-ciptaan Allah, dan berada di bawah
kekuasaan dan kehendak-Nya Allah.
Segala sesuatu di Bumi ini tidak abadi dan akan punah, segala nya
telah di tentukan oleh Allah. Apa yang telah di dahulukan, tidak dapat di
akhirkan. Jika Allah hendak menimpakan bahaya kepada seorang hamba,
maka tidak ada yang dapat mengelak bahaya tersebut selain Allah.
Bagitupun sebaliknya bila Allah menghendaki karunia rezeki kepada
seorang hamba, maka tiodak ada yang dapat menghalangi karunia rezeki
tersebut datang kepadanya, selain Allah.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim : 7)
Jika hamba Allah ingin nikmat dan karunianya di tambahkan oleh
Allah, maka bersyukurlah sebab dengan bersyukur, rezeki seorang hamba
akan di tambahkan sesuai janjinya dalam QS Ibrahim ayat 7. dan bagi
hamba Allah yang mengingkari nikmat-nikmat Allah, sesungguhnya
Allah Maha kaya dan Kekuasaannya meliputi segala sesuatu. Allah akan
mencabut nikmat dan karunia bagi hamba-hamba yang kufur nikmat, dan
tak ada kebahagiaan hidup bagi hamba tersebut. Apabila ia tidak bertobat,
sesungguhnya azab Allah amat sangat pedih.
Di Zaman Nabi Musa AS, ada kisah menarik seputar persoalan
syukur diantara umatnya yang Kaya dan yang Miskin. Mabi Musa AS
memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak, dan umur mereka
panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu
hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa AS. Ia begitu
miskinnya, pakaiannya compang-camping, dan sangat lusuh berdebu. Si
miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa AS,
"Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah SWT
doa ku ini, agar Allah SWT menjadikan aku orang yang kaya?.”
Nabi Musa AS tersenyum dan berkata kepada orang
itu,"Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah SWT.”
Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, “Bagaimana
aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku
gunakan pun hanya satu lembar ini saja!".
Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang di
inginkannya. Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap
Nabi Musa AS. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya.
Ia berkata kepada Nabi Musa AS, "Wahai Nabiullah, tolong
sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini, agar dijadikannya aku
ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku
itu.”
Nabi Musa AS pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku,
janganlah kamu bersyukur kepada Allah SWT.”
Mendengar jawaban Nabiulllah, si Kaya pun menjawab.
“Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Alah SWT?.
Allah SWT telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat.
Telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah SWT telah
memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja, dan telah
memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin
aku tidak mensyukurinya,” jawab si Kaya itu.
Akhirnya si Kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadi
adalah si kaya itu semakin Allah SWT tambah kekayaannya karena ia
selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah SWT
mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki
selembar pakaian pun yang melekat di tubuhnya. Ini semua karena ia
tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, akibatnya penderitaannya
semakin berat.
Kisah tadi menjelaskan secara gamblang, bahwa Allah
menganugrahi nikmat dan karunianya yang berlipat ganda pada hambahambanya
yang bersyukur. Sedangkan bagi hamba-hamaba Allah yang
meragukan, bahkan mengingkari nikmatnya, maka Allah akan cabut
nikmat yang ia berikan pada hamba tersebut, dan ia timpakan
penderitaan hamba tersebut, lebih berat dari penderitaan yang biasa ia
terima.
Karena itu, janganlah seorang hamba Allah muram, mengeluh,
kecewa, tidak puas, tak terima, hingga menghujat, mengkritisi, dan
menyalahkan Allah. Karena dirinya tidak puas dam kecewa atas anugrah
nikmat, karunia kesenangan, dan kemewahan yang ia terima. Dan hamba
tersebut bersikap seperti itu, lantaran ia menginginkan suatu yang lebih
banyak dari rezeki yang telah ia dapatkan. Hamba tersebut secara
langsung telah menutup mata atas limpahan nikmat yang di berikan Allah
kepadanya, Allah dengan tidak sopan menuduh bahwa Allah SWT
bersikap tidak adil padanya.
Sungguh, sikap hamba tersebut tidak akan membuat Allah
melimpahkan kekayaan padanya. Justru Allah akan murka dengan sikap
hambanya tersebut, danakan memutuskan nikmat juga keberkahan rezeki
darinya. Walaupun ia hidup di gedung-gedung mewah, dengan istri-istri
yang cantik, anak-anak yang manis rupawan, hingga nikmatnya makanan
yang lezat, tapi itu semua bisa jadi bencana untuk hamba tersebut bila ia
kufur nikmat.
Harta, istri, anak hingga makanan yang lezat tidak akan membawa
kenikmatan dan keberkahan dalam hidupnya. Justru semua itu malah
membawa kesengsaraannya dan penderitaan baginya, hingga ia hidup di
dalam dielema kebahagiaan, dan itu membauat hidupnya semakin sulit,
dan mengalami penderitaan hidup yang lebih berat dari kondisi saat ia
belum mengeluh, kecewa, hingga menghujat segala nikmat Allah yang di
berikan pada dirinya sebelumnya.
Bagi hamba Allah yang ikhlas, walaupun hidupnya dalam keadaan
ekonomi yang pas-pasan, lalu hatinya merasa iri ketika melihat keadaan
hidup orang lain lebih baik. Perasaan kecewa itu hendaknya jangan
membuat hamba tersebut mengeluh, dan menghujat takdir, walaupun
kekecewaan hatinya seperti di sayat-sayat pisau. Harusnya dengan
keikhlasannya, ia bisa memelihara hatinya untuk tetap bersyukur dan
memperkuat rasa syukurnya, dengan keridhoan dan ketaatannya kepada
Allah. Karena hal tersebut adalah ujian bagi hamba Allah yang bersyukur,
agar rasa syukurnya teruji, hingga ia mencapai titik kemurnian yang tulus
dalam syukurnya, semata-mata bersyukur untuk mencari keridhoan Allah
saja, tanpa pamrih.
Jadi, banyak sekali bencana dan musibah dalam kehidupan
manusia, sesungguhya bukan berasal dari murkanya Allah. Tapi di
sebabkan hati dan tindakan yang salah seorang hamba, di saat Allah
menguji dirinya. Karena, sikap, dan tindakan yang salah dalam
menghadapi ujian, justru malah membawa dirinya pada kesulitan hidup
yang lebih berat lagi bagi manusia tersebut, dan hal itu menyebabkan
musibah dan bencana dalam hidupnya semakin banyak, dan bertubi-tubi
menimpa manusia-manusia yang ingkar.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah
kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)
Segala kenikmatan hidup di Dunia ini berasal dari Allah, Dialah
satu-satunya yang berhak memberi kenikmatan pada hamba, sekaligus
mencabutnya kembali apabila di kehendaki. Dan apabila seorang hamba
di cabut nikmat-nikmatnya oleh Allah, maka hanya Allah pula lah yang
dapat meng anugrahkan kembali nikmat-nikmat tersebut. Dan hanya
kepada Allah sajalah hamba tersebut minta pertolongan, agar nikmatnikmatnya
kembali ia anugrahkan kepada hamba-hambanya. Karena
hanya Allah lah yang Maha Pengasih, Maha Penyeyang, Maha Adil, Maha
Tau, Maha Bijaksana, Maha Kaya, dan Maha Segala-galanya. Lantas
kenapa seorang hamba tersebut harus mengeluh, kecewa, tak puas hati,
hingga menghujat kepada-Nya.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia
ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman : 20)
Hamba Allah yang ikhlas, akan senantiasa bersyukur di setiap
keadaan. Baik saat senang maupun sedih, saat lapang muapun sempit,
saat kaya mauapun miskin. Sebab dalam kondisi apapun yang di
kehendaki Allah pada seorang hamba, di sana pasti terdapat kasih
sayang-Nya yang tak terhingga.
Sesuai Sabda Rosullullah:
“Kasih Allah terhadap hamba-hambanya, melebihi kasih Ibu kepada
anaknya.” (Hadist)
Syukur adalah sarana sorang hamba untuk memelihara dan
mengikat karunia-Nya. Hati yang bersyukur akan memperkuat dan
memantapkan kebaiakan yang telah ada, dan akan menghasilkan
kebaikan yang belum ada. Ibnu Athaillah menjelaskan hakikat bersyukur
dalam Al-Hikam:
“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat, berarti menginginkan hilangnya
(karunia). Dan siapa mensyukurinya, berarti telah secara kuat mengikatnya
(karunia).”
Hamba Allah yang tidak bersyukur atas segala karunia yang di
berikannya padanya, berarti ia tengah mengharapkan karunia Allah
tersebut di cabut darinya. Sebaliknya hamba Allah yang bersyukur,
artinya ia telah mengikat kuat karunianya, dan Allah akan menambahkan
nikmat tersebut lebih banyak lagi. Sungguh beruntung, karunia yang
Allah berikan pada hamba-hamabanya yang bersyukur. Nikmatnya tak
akan pernah terputus, hingga Allah tak henti-hentinya menganugrahkan
rahmat kepadanya!!!.
Bersyukur terhadap keadaan apapun yang di berikan Allah, adalah cara
yang tepat agar hamba Allah senanatiasa hidup di dalam rahmat Allah. Ada
sebuah kisah menarik yang mengajarkan hamba Allah untuk senantiasa
hidup di dalam rahmat Allah. Ada sebuah kisah menarik yang
mengajarkan syukur seorang kerbau, kelelawar dan cacing dalam
mengsikapi penciptaan mereka.
Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril AS untuk
pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan
pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai
seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai.
Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya
kepada si kerbau, "Hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh
Allah SWT sebagai seekor kerbau?".
Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur
kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari
pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan
kencingnya sendiri".
Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui
seekor kelelawar. Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar
yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa.
Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "Hai kelelawar
apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor
kelelawar?".
"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang
telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-
Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya
saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar.
Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi
menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil
apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing?".
Si cacing menjawab,"Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur
kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari
pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak
memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka
mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Kisah di atas memberikan hikmah. Pertama, kondisi apapun yang
di kehemdaki Allah pada setiap hamba, senantiasa harus di terima
dengan rasa syukur dan ikhlas. Puapaya Allah SWT menembahkan lebih
banyak lagi nikmat dan karunianya. Kedua, bahkan cacing pun bersyukur
dengan keberadaannya yang tinggal di tanah dan berjalan dengan perut.
Dari pada ia harus hidup sebagai manusia yang tidak beriman dan
beramal soleh. Sering berbuat dzalim, sombong, serta merusak. Karena
hamba tersebut setelah mati, Allah akan menyiksanya selama-lamanya.
Karena itu, beruntunglah bagi hamba-hamba Allah yang beriman dan bersyukur.
E. URGENSI IKHLAS DALAM QODO DAN QODAR
“(20.) Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup,
dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezki kepadanya.(21.) Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi
Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu.” (QS. AL-Hijr : 20-21)
Qodha dan Qodar adalah dua hal yang saling bertautan dalam
takdir kehidupan hmba Allah. Qadha secara bahasa berarti ketetapan
Allah sejak zaman azali, dengan iradah-Nya tentang segala sesusatu yang
berkenaan dengan makhluknya.
Sesuai Sabda Rosulluallah:
“Sesungguhnya seorang manusia itu di ciptakan dalam perut Ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nutfah (mani), 40 hari menjadi segumpal darah, 40
hari menajadi segumpal daging. Kamudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh kaedalamnya. Dan menuliskan empat ketantuan, yaitu rezekinya,
ajalnya amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.“ (HR.
Bukhari-Muslim)
Sedangkan Qadar menurut bahasa berarti, kepastian, peraturan,
dan ukuran. Menurut istilah aqidah Qadar adalah perwujudan ketetapan
(qadha) Allah terhadap semua makhlusk dalam kadar dan bentuk tertentu sesuai
iradah-Nya.
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.” (QS. AL-Furqan : 2)
Qadar adalah perwujudan dari Qadha, sebab qadha adalah
ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah
pelaksanaan dari ketetapan Allah, jadi hubungan antara Qadha dan Qadar
ibarat hubungan anatara rencana dan pelaksanaan. Dari rencana tersebut,
Qadha dan Qadarnya Allah merupakan iradah (kehendak) Allah, oleh
sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan dirinya, hendaklah
ia bersyukur karena itu merupakan nikmat yang di berikan Allah kepada
dirinya.
Sebaliknya apabila takdir seorang hamba tidak menyenang dan
selalu di uji, maka hendaklah ia menerimanya dengan kesabaran. Sebab di
balik ujian mungkin saja ada hikmah yang baik, hanya mungkin hamba
tersebut belum menyadarinya. Sesungguhnya Allah, Maha Mengetahui
atas apa yang di kehendaki-Nya.
Artinya, ketika seorang hamba memaksimalkan ikhtiarnya dalam
beribadah dan bermuamalah. Tapi ikhtiarnya belum membuahkan hasil
yang di harapkan, maka hamba Allah yang ikhlas harus menyerahkan diri
secara utuh atas segala ketetapan Allah atas hasil akhir dari ikhtiarnya. Di
sinilah letak keikhlasan seorang hamba dalam beriman pada qadha dan
qodarnya Allah. Jika seorang hamba Allah ingin mencapai takdir yang
baik, maka ia harus berikhtiar ke arah kebaikan tersebut, sama halnya
apabila seorang hamba ingin memperoleh karunia Allah di muka Bumi.
Sesuai keterangan firmannya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. ARRA’D
: 11)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS. AL-Jumuah :10)
Nasib sebuah kaum tidak akan Allah rubah, kecuali kaum tersebut
merubah diri mereka sendiri. Karena itu, hamba Allah harus berikhtiar
sekuat tenaga, agar Allah menetapkannya dalam takdir yang baik. Dan
dia memerintahkan untuk banyak-banyak mengingat Allah, agar hamba
tersebut mendapat keuntungan.
Karena itu, seorang hamba sebaiknya tidak mengharapkan sesuatu
yang berlebihan, melebihi dari apa yang di tetapkan Allah kepada dirinya.
Terimalah ketetapan Alllah dengan tenang, ridha, dan ikhlas. Sebab bila
sesuatu hal telah di tentukan oleh Allah pada seorang hamba. Maka
sesuatu itu akan datang padanya, walaupun hamba tersebut tidak suka.
Oleh karena itu seorang hamba, tak perlu rakus pada hal-hal yang di
miliki orang lain. Sebab apabila sesuatu hal telah di takdirkan kepada
orang laian, hamba tersebut tak perlu bersusah payah untuk meraihnya,
karena itu bukan untuknya, sekalipun ia suka.
Terkadang, hamba terjebak dalam kesibukan mengejar takdir yang
telah di jamin, di bandingkan memperjuangkan takdir yang di
perintahkan oleh Allah. Karena keimanan dan amal soleh seorang hamba
lah, yang akan menyelamatkannya di Dunia dan Di akhirat. Ibnu-
Athaillah mengungkapkan seputar hal ini dalam Al-Hikam:
“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah di jamin untukmu, dan
kelalaianmu melaksanakan apa yang di tuntut darimu, adalah bukti dari
rabunnya mata bathinmu.”
Rezeki, ajal, dan jalan hidup manusia adalah sesuatu yang telah di
jamin oleh Allah SWT. Sedangkan beriman dan beramal soleh, adalah
tuntutan hidup hamba Allah selama ia menjalani kehidupan di Dunia.
Kenapa kebanyakan manusia lebih sibuk mengejar sesuatu yang telah di
jamin Allah “???”.
Sejalan dengan Firmannya :
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak
(pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiaptiap
umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan
(nya).” (QS. Yunus : 49)
Bab 3. Manfaat-Manfaat Ikhlas
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28)
Ikhlas selama ini di pandang sebagai sebuah misteri, ulama melihat
persoalan ikhlas hanyan di lihat dari kondisi mentaln psikis manusia saja.
Ikhlas sendiri adalah kondisi pikiran dan hati manusia, dimana ia
memurnikan dan menyerahkan dirinya hanya kepada Allah SWT. Ikhlas
juga bisa di simpulkan sebagai proses penyerahan diri manusia sebagai
makhluk (ciptaan) pada Sang Khalik (Pencipta) secara utuh, untuk segala
aktifitas usaha dan ikhtiarnya, dalam segala ketetapan yang di putuskan
Sang Khalik (pencipta) pada makhluknya (ciptaan).
Ikhlas, membawa ketentraman hati dalam diri manusia. Hati yang
tentram adalah bukti “Rasa Ber-Tuhan” ada dalam diri manusia, rasa itu
juga akan membawa nilai-nilai positif dalam kehidupan manusia. Ikhlas
sendiri, juga bisa membawa manusia pada pennyerahan diri secara total
atas keberadaan Allah sebagi sang Pencipta.
Dan keberadaan Tuhan dalam diri manusia bukanlah mitos atau
spekulasi belaka, motivasi ilmiah ilmu pengetahuan modern berusaha
mencari keberadaan “Rasa Ber-Tuhan” dalam diri manusia. Keikhlasan
manusia, bisa diartikan sebagai bukti hadirnya “Rasa Ber-Tuhan”, dan hal
tersebut tidak di persepsikan sebatas semangat dan potensialnya saja.
Tapi juga ke-hancef-an(kecenderungan pada yang baik), para ilmuwan
Noeorusains, telah mengkaji bahwa keberadaan “Rasa Ber-Tuhan” itu, ada
dalam otak manusia.
Vilyanur Ramachandran (2002), ahli otak yang menyebut adanya
God Spot dalam otak manusia ketika melaporkan kasus 'melihat' Tuhan
yang dialami oleh Dr Michael Persinger, neoro-psikolog dari Kanada,
ketika otaknya dipasangi kabel-kabel magnetik perekam aktivitas bagianbagian
otak. Persinger, meski sekular seratus persen, tapi dengan
perangsangan magnetik pada lobus temporal-nya, ia dapat 'melihat' Tuhan.
Melihat-Nya bukan secara objektif dengan indra manusia, tapi adanya
perasaan mistis yang dialaminya.
God Spot ini bertempat di bagian dahi yang di dalamnya terjadi
pemaknaan terhadap apa yang didengar dan apa yang dicium. Aktifitas
lobus temporal ini meningkat ketika seseorang diberi nasihat-nasihat
religius. Ramachandran meyakini keberadaan jalur khusus syaraf yang
berhubungan dengan agama dan pengalaman religius. Rasa beragama ini
melalui ''proses kimiawi''dalam jaring syaraf tertentu dan karenanya tidak
bersifat kosmis, seperti keyakinan banyak para penganut tasawuf.
Ilmuan lain, Erich Fromn (1989) menuturkan tentang aktivitas
khusus lobus temporal sebagai bukti bahwa beragama, memang sudah
menyatu (built in) dengan manusia. Sifat religiusitas ini tidak bisa hilang,
walau seseorang tidak menganut satu agama (secara formal). Meski
perasaan ini bisa di alami setiap orang kapan dan dimanapun, seperti para
mistis yang biasa menciptakannya. Tapi para ilmuwan telah
melakukannya dengan cara yang berbeda, yakni menyentuh bagian
tertentu dengan perangsangan magnetik pada otak hingga perasaan itu
muncul.
Dalam model yang berbeda, belakangan populer istilah kecerdasan
spiritual (Spiritual Quotien, SQ), yang ada dalam setiap individu temuan
Danah Zohar dan Ian Marshal (2002). Ini melengkapi temuan dua
kecerdasan sebelumnya yakni kecerdasan intelektual (Intellectual Quotien,
IQ) yang diperkenalkan oleh Wilhelm Stern dan kecerdasan emosional
(Emotional Quotien, EQ) yang di temukan oleh Joseph deLoux yang
kemudian di populerkan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan Spiritual (SQ)
setingkat lebih tinggi dari kecerdasan emosional (EQ) yang mengelola
perasaan pemiliknya.
Kecerdasan Spiritual atau SQ itu adalah kecerdasan yang berkaitan
dengan hal-hal yang transenden. Ia melampaui kekinian dari pengalaman
manusia dan merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia,
yang oleh ilmuan neorosains dibuktikan berbasiskan pada otak manusia.
Basis itu adalah; (1) Osilasi 40 Hz, (2) Penanda Somatik, (3) Bawah Sadar
Kognitif, dan (4) God Spot. Keempatnya melukiskan kesatuan kerja
jaringan saraf yang menyatukan kepingan-kepingan pengalaman menjadi
sesuatu yang utuh. Mereka menjadi substrak kehadiran Tuhan yang
sekian lama hanya dapat 'diraba-raba' dengan piranti teologis.
Selain pencarian jejak Tuhan melalui otak, kondisi keikhlasan juga
dapat di temui melalui jasmani dan ruhani manusia. Karena jati diri
manuisa itu terdiri dari tiga bagian penting, yaitu jasmani, ruhani, dan akal.
Ikhlas seorang manuisa akan mempengaruhi prilaku positif, yang
mengarah pada kecenderungan seseorang berbuat kebaikan. Energi
positif ikhlas dalam diri manusia, lambat laun akan membawa aktivitas
hidup manusia tersebut, pada kualitas hidup terbaiknya. Apabila proses
ikhlas itu terus berlangsung berulang-ulang, maka pengaruhnya akan sangat
baik bagi kesehatan jasmani manusia dengan meningkatnya sistem imunitas dan
keseimbangan hormon, yang akan memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia.
Juga kesehatan ruhani, membangun mental psikis yang positif. Dan kesehatan
akal, dengan pikiran-pikiran positifnya juga.
A. Mensehatkan Jasmani Manusia
“(1.)Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (2.) dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, (3.) yang memberatkan punggungmu?.”
(QS. Alam Nasyrah :1-3)
Ikhlas adalah keajaiban dalam diri manusia yang di anugrahkan
Allah dalam kehidupan. Ikhlas juga kunci yang dapat membuka pintupintu
jawaban atas segala persoalan kehidupan. Manuisa hari ini terlalu
menggungkan-agungkan kemajuan peradaban modern, dengan segala
pembangunan dan teknologi yang di ciptakannya. Modernisasi memang
membawa dampak positif bagi manusia, dengan segala kemudahankemudahan
teknologinya dalam kehidupan. Tapi modernisasi juga
ternyata membawa sisi negative, yaitu terjadinya krisis makna hidup,
kehampaan spiritual, yang membuat tersingkirnya nilai-nilai Agama dan
Tuhan dalam kehidupan. Akibatnya “Kehampaan Spiritual” tersebut
menjadi sumber krisis peradaban modern, yang akarnya berawal dari
penolakan manusia terhadap hal-hal yang bersifat rohaniah (spiritual) dan
menyingkirkannya secara gradual dalam kehidupan manusia.
Manusia modern, menjadi semakin sulit menemukan ketenangan
bathinnya. Hal tersebut disebabkan manusia modern, sulit menjaga
keseimbangan dan keharmonisan hidupnya. Baik keseimbangan dan
keharmoniasan hubungan antara manusia dengan Alam Semesta, atau
dengan manusia lain, dan yang paling utama hubungannya dengan
Tuhan (Allah). Kehidupan modern tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok manusia dalam nilai-nilai transeden (Ketuhanan), kebutuhan vital
yang hanya bisa di gali melalui sumber “Wahyu Ilahi”. Hal tersebut
membuat beberapa ilmuan, seperti Sayyd Hossein Nasr menyerukan
kepada masyarakat modern untuk kembali kepada hikmah spiritual
agama, dan membatasi diri dalam mengexploitasi kesenangan hidup
duniawi. Sebab kondisi manusia ketika menghadirkan keberadaaan
Tuhan, terbukti menghasilkan pengaruh baik (Ke-hancef-an) yang
menyelubungi persepsi manusia terhadap realitas objektif Ilahi.
Hal di atas membuktikan bahwa manusia modern harus
memikirkan kembali kehadiran Tuhan yang menjadi dasar (landasan)
kebijakan hidup meraka. Manusia modern membutuhkan agama untuk
mengobati krisis hidup yang di deritanya, agar mereka dapat menemukan
kembali integritasnya dengan Alam dan Tuhan secara utuh. Sebab
peradaban modern tidak dapat membuktikan dirinya mampu terlibat
dalam proses perubahan dan menjadi (becoming) secara utuh.
Akibat dari “kehampaan Spiritual” tersebut terlalu banyak manusia
modern yang hidup di dalam kadar stres yang cukup berat, emosi yang
labil, hidup dalam ketakutan, rasa cemas yang berlebihan, mudah marah,
sedih, dan panik. Akibatnya banyak manusia modern yang hisup dalam
gangguan mental, yang dampak konflik kejiwaan tersebut mempengaruhi
fisik manusia yang dapat menimbulkan penyakit fisik (psikomatis). Hal
tersebut, berakibat pada ketidakbahagiaan hidup (krisis) manusia
modern.
Stress adalah respon fisiologis, psikologis, dan prilaku dari seorang
untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal
maupun ekternal. Stress tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tetapi
juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh.
Gangguan umum yang terkait denga stres dan depresi adalah
beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan obat, gangguan
tidur, gangguan pada kulit, perut tekanan darah, pilek, penyakit tualang,
ketidak seimbangan ginjal, kesulitan bernafas, alergi, serangan jantung,
hingga pembengkakan otak. Walaupun penyakit-penyakit tersebut
bukanlah satu-satunya di sebabkan stres, tetapi secara ilmiah telah
membuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam
itu, biasanya bersifat kejiwaan.
Stres merupakan keadaan batin yang di liputi kekhawatiran akibat
perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan,
cemas, dan tekanan-tekanan lain yang dapat merusak keseimbangan
hormon dalam tubuh manusia. Akibatnya tubuh manusia bereaksi dan
membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam
reaksi biokimia di dalam tubuh.
Mulai kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat, penggunaan
energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi. Gula, kolesterol, dan
asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah. Tekanan darah
meningkat, dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa
tersalurkan ke otak dan kadar kolesterol naik, maka hal tersebut dapat
menunculkan masalah dan penyakit bagi tubuh manusia.
Stres juga dapat mengubah fungsi-fungsi tubuh normal tubuh, dan
hal tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan jasmani manusia. Sebab
stres membuat kadar adrenalin dan kortisol didalam tubuh meningkat di
atas batas normal. Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama
berujung pada kemunculan dini gangguan-gangguan penyakit, seperti
diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada
dinding saluran pencernaan, penyakit pernafasan, eksim dan psoriasis.
Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya sel-sel
otak.
Stres dan penegangan saraf, serta rasa sakit yang ditimbulkannya.
Penegangan yang disebabkan stres berdampak pada penyempitan
pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah di daerah tertentu di
sekitar kepala, dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah
tersebut.
Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah, hal tersebut akan
berakibat pada rasa sakit. Sebab suatu jaringan mengalami penegangan,
sangat membutuhkan banyak darah, sedangkan pasokan darah dalam
jumlah yang kurang akan merangsang ujung-ujung saraf penerima rasa
sakit. Disaat yang sama zat-zat seperti adrenalin dan norepinetrin, yang
mempengaruhi sistem saraf selama stres berlangsung ternyata juga di
keluarkan. Hal tersebut, secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan dan mempercepat penegangan otot.
Demikianlah rasa sakit akibat penegangan pada stres, penagangan
pada kecemasan, dan kecemasan yang memperparah rasa sakit. Salah satu
ddampak negatif dari serangan stres yang merusak jasmani manusia
adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan, bahwa orang yang
agresif, khawatir, cemas, tak sabaran, dengki, suka memusuhi, dan mudah
tersinggung, memiliki peluang terkena serangan jantung lebih besar, dari
pada orang-orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat negatif
tersebut.
Penyebabnya adalah, rangsangan berlebihan pada sistem syaraf
Simpatetik, yaitu sistem saraf yang mengatur percepatan jantung,
perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan
makanan, dan sebagainya. Yang di mulai oleh hipotalamus, juga
mengakibatkan pengeluarkan insulin yang berlebihan, sehingga
menyebabkan penimbunan kadar insulin dalam darah. Hal ini amat
sangat penting, sebab tak ada satupun keadaan yang berujung pada
penyakit jantung koroner, yang memainkan peranan penting dan
berbahaya pada penyakit tesebut, selain kelebihan insulin darah.
Para ilmuwan modern kedokteran telah mengakui, bahwa semakin
parah tingkat stres seorang manusia, maka semakin lemah juga peran
positif sel-sel darah merah di dalam darahnya. Menurut sebuah penelitian
yang di kembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan alih teknologi
Univesitas Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada sistem
kekebalan tubuh manusia dapat di ukur. Pengkajian terhadap stres
kajiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan tubuh dan
berujung pada kerusakannya.
Saat dilanda stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol
dalam tubuh, hormon yang tidak seimbang akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh manusia. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan
langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon. Para ilmuwan
di bidang ini menyatakan, pengkajian tentang stres kejiwaan dan raga
menjelaskan, bahwa kemunculan dan kemampuan bertahan tubuh dari
berbagai penyakit termasuk kanker terkait dengan “Stres”.
Kesimpulannya stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia,
mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus menerus akan
merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan
fungsi tubuh manusia.
Ternyata “Kehampaan Spiritual” yang menjadi sumber krisis
peradaban modern, mempunyai andil besar membentuk manusia modern
yang rentan pada penyakit stres dan depresi. Stres adalah sumber
rusaknya keseimbangan alamiah jasmani manuisa, yang berdampak
munculnya banyak penyakit mematikan dalam diri manusia. Dan ikhlas
adalah air suci yang mampu menyembuhkan segala penyakit yang di akibatkan
“Kehampaan Spiritual”, yang menjadi sumber penyebab stres yang menjangkiti
kehidupan manusia-manusia modern.
1.1 Ikhlas Menyembuhkan Stres dan Kanker
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-R’ad : 28)
“(1.)Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (2.) dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, (3.) yang memberatkan punggungmu?.”
(QS. Alam Nasyrah :1-3)
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)
Stres adalah bagian dari kehidupan, apapun yang terjadi pada fisik
dan di sekelilingnya, merupakan gelombang-gelombang kehidupan
menuntut seorang manusia untuk menyesuaikan diri. Stres merupakan
reaksi awal dari penyelesaian diri tersebut. Sedikit stres perlu, agar
manusia menjadi waspada, bertambah kuat, dan mampu menyesuaikan
diri.
Stres kenyataannya adalah akumulasi dari reaksi tubuh terhadap
situasi, atau lingkungan sekitar yang tampak berbahaya atau
menyulitkan. Stres membuat tubuh memproduksi hormon adrenalin yang
berfungsi untuk mempertahankan diri. Jadi sebenarnya stres merupakan
reaksi tubuh yang alami, hampir sama dengan reaksi spontan tubuh lain,
seperti rekasi tubuh saat menghindar dari panas misalnya?. Atau saat saat
kita berselimut ketika hawa dingin menerpa tubuh?.
Beberapa penyebab stres bisa bersumber dari masalah kehidupan.
Baik yang sifatnya fisik biologik seperti panas, dingin, infeksi, rasa nyeri,
pukulan, kehidupan metropolitan yang sumpek (cruded, polusi, dan
kepadatan). Juga yang sifatnya psikologis seperti takut, khawatir, cemas,
marah kekecewaan, kesepian, putus cinta, akibat dari ketidakharmonisan
rumah tangga, beban study, beban pekerjaan, atau ketidakterimaan diri
pada kenyataan hidup yang kadang tak sesuai dengan harapan. Atau
yang sifatnya sosial budaya seperti menganggur, bercerai, koflik,
permusuhan yang disebabakan perubahan hidup pernikahan, pindah
sekolah, pindah kerja, atau ditinggalkan orang-orang yang di cintai.
Sedikit stres sesungguhnya sangat bermanfaat bbagi manusia
apabila memacu sesorang untuk berfikir dan berusaha lebih tangguh
menghadapi tantangan hidup. Tetapi kegagalan seorang dalam
menyesuaikan diri terhadap stress, mengakibatkan ia tak mamapu
menyelesaikan persoalan kehidupannya. Seperti tak berhasil mencapai
harapannya, menderita, dan merasa tertekan.
Nah, stres tersebut sesungguhnya telah membahayakan bagi
dirinya. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa hampir semua penyakit
yang di derita oleh manusia muaranya di sebabkan oleh stres. Karena
kondisi jiwa yang tertekan dapat membuat sirkulasi darah dan metabolisme
menjadi tidak sempurna sehingga membuat kita sakit. Ketika seseorang
mendapat impuls rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang
melampau batas adaptasi, membuat seorang mengalami stres yang berat,
yang biasa di sebut distress.
Stres juga bisa bermula dari kondisi psikis, jika kita menemukan
orang yang sakit, pada dasarnya kondisi kejiwaannya juga sedang
terganggu. Kondisi jiwa yang tertekan akan mempengaruhi pikiran dan
perasaan. Jadi sebenarnya, penyakit yang di derita manusia telah
cenderung ke arah psikis atau kejiwaannya yang sedang mengalami
gangguan.
Ketika kita sedang stres, tubuh kita secara otomatis akan
menghasilkan hormon adrenalin dan kortisol. Kedua hormon tersebut
akan mengakibatkan jantung berdetak lebih cepat dari pada keadaan
normal. Darah pun akan mengalir dengan cepat. Keadaan ini tertentu
menguras tenaga karena kadar gula darah akan terkuras cepat. Otot pun
menjadi tegang, terutama otot di sekitar mata dan kepala.
Stres tidak bisa di obati, bebrapa dokter kadang hanya memberi
obat penenang sejenis chlordiazepoksida, diazepam, dan nipam. Jika penderita
mulai mengalami gangguan mental, dan tidak bisa tidur. Jenis obatobatan
tersebut sekedar mengurangi intensitas detak jantung,
mengendorkan otot tegang, dan mengurangi ketegangan saraf. Dan obatobat
tersebut sama sekali tidak menyembuhkan stres adalah
mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT.
Surat Ar-Ra’d ayat 28, telah gamblang menjelaskan bahwa dengan
mengingat Allah saja lah, hati seorang manusia akan tenang dan tentram. Ketika
seseorang mengingat Tuhannya (Allah), maka ia akan menyerahkan
dirinya secara utuh sebagai makhluk (ciptaan) Kepada sang Khalik
(Allah), atas segala ketetapan yang di putuskan kepadanya. Penyerahan
diri tersebut akan menambahkan sikap ikhlas pada diri seorang manusia.
Ikhlas akan membuat seorang menjadi tenang, rileks, ridha, bersyukur,
bersabar, pasrah, tawakal, tawadhu. Husnu’dzon (prasangka baik),
mampu mengendalikan diri, berfikir positif, fokus, bijaksana, bahagia dan
damai.
Seorang yang ikhlas tidak akan mengalami penegangan pada otototot
syarafnya yang akan berdampak pada penyempitan pambuluh darah
nadinya, kadar adrenalin dan hormon kortisol yang meningkat di atas batas
normal, kelebihan insulin dalam darah. Penegangan yang menyebabkan
kecemasan, dan kecemasan yang menambah parah rasa sakit.
Bagi seorang yang ikhlas, segala tekanan fisikologis dan psikologis
baik yang bersifat internal maupun eksternal akan selalu ia hadapi dengan
tenang dan positif. Ia akan selalu menahan diri dari sikap mencari
maslaah, ia akan memandang hidupnya secara realistis, terbuka, positif
dan teratur sebagaimana yang sudah menjadi sunnatullah. Ujian dan
tekanan hidup tidak akan pernah berhenti, karena itu kualitas pribadi
seseorang yang ikhlas di perlukan untuk menghadapi segala
permaslahan kehidupan.
Keikhlasan merupakan faktor utama agar seseorang terhindar dari
stres, sehingga kualitas hidupnya, baik secara fisiologis mauapun
psikologis meningkat. Sebab mengingat Allah di sepanjang waktu dalam
hidup, dan berserah diri pada kehendak Allah, adalah sikap dasar yang
dapat mengobati segala permasalahan kehidupan yang menyebabkan
stres.
Selain menyambuhkan stres, ikhlas juga ternyata punya kemampuan
untuk menuambuhkan penyakit kanker“???”. Ikhlas selama ini di pandang
sebagai persoalan misterius, tetapi melalui kemajuan teknologi
kedokteran, dapat di buktikan secara ilmiah bahwa ikhlasnya seorang
manusia secara kualitataif dapat di ukur malalui reskresi hormon korsitol,
yang para meternya di ukur melalui kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon korsitol dalam diri manusia
normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau
setelah pukul 24:00 WIB normalnya antara 69-345 nmol/liter. Kalau
jumlah hormon korsitolnya tidak normal, isa di indikasikan orang itu
tidak ikhlas karena tertekan, begitupun sebaliknya.
Hasil penelitian Muhammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya.
Keikhlasan dalam melaksanakan shalat tahajud secara rutin dan benar
bisa memnghindarkan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit
kanker. Dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Sholat Tahajud
terhadap peningkatan perubahan response katahanan tubuh imonnologik: suatu
pendekatan Psiko-nouroimunologi”.
Beliau mengungkapkan, “Sholat Tahajud selain bernilai ibadah,
juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif
dan coping mechanism yang efektif. Emosi yang positif dapat
menghindarkan sesorang dari Stres”.
Orang stres itu rentan sekali terhadap penyakit infeksi dan kanker,
stres yang berkepanjangan akan di tandai dengan tingginya sekresi
korsitol. Maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif
yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin
tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya
tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.
Dengan keikhlasan dalan shalat tahajud yang di lakukan secara
rutin dan tanpa paksa, seorang akan memiliki respons imun yang baik,
yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker.
Dan berdasarkan hitungan teknik medis menunjukan, shalat tahajud yang
dilakuakan dengan ikhlas membuat seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang
baik.
Ikhlas bisa mendatangkan ketenangan dan ketentraman hidup.
Sedangkan ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan
ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung,
dan meningkatkan usia harapan hidup. Muhammad Soleh juga
menyatakan “Keikhlasan anda dalam shalat tahajud dapat di monitor lewat
irama srikandi, terutama pada sekresi hormon korsitolnya”
Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum
darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol
tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan turun sehingga
berakibat mensulnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang.
Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya
produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang.
Kanker, seperti di ketahui adalah pertumbuhan sel yang tidak
normal. Nah, keikhlasan adalam shalat tahajud yang dilakukan secara
kontinyu dapat merangsang pertumbauhan sel secara normal sehinggga
membebaskan seseorang yang senantiasa ikhlas dari berbagai penyakit
dan kanker (tumor ganas).
Muhammad Soleh juga melakukan penelitian terhadap 41
responden siswa SMU Luqman hakim Pondok Pesantren Hidayatullah,
Surabaya. Dari 41 sisiwa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan
menjalankan sholat tahajud selama satu bulan penuh. Setelah di uji lagi,
tinggal 19 sisiwa yang bertahan sholat tahajud selama 2 bulan. Mereka
sholat mulai pukul 02.00-03.00 WIB sebanyak 111 rakaat, masing-masing
2 rakaat, empat kali salam, plus 3 rakaat Witir.
Selanjutnya “Hormon Kortisol” mereka diukur di 3 labolatorium di
Surabaya. Hasilnya, di temukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang
shalat tahajud dengan ikhlas secara kontiniyu, dengan orang yang tidak
melakukan tahajud. Mereka yang ikhlas dan rajin bertahajud memiliki
ketahanan tubuh, dan kemampuan individual untuk menanggulangi
masalah-masalah kehidupan yang di hadapi dengan “Stabil”.
Respon emosional yang positif atau coping mecanism dari pengaruh
“IKHLAS” ini berjalan mengalir dalam tubuh dan di terima oleh batang
otak. Setelah di format dengan bahasa otak, kemudian di trasmisikan ke
salah satu bagian otak besar yakni “Talamus”. Kemudian, talamus
menghubungi hipokampus (Pusat memori yang vital untuk
mengkoordinasikan segala hal yang di serap indera) untuk menkeresi
GABA yang bertugas sebagi pengkontrol respon emosi, dan menghambat
Acetylcholine, Serotonis, dan Neurotrasmiter lain yang memproduksi sekresi
koertisol. Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan
mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin.
Setelah terjadi kontak timbal balik antara talamus-hipokampus-amigdalaprefrotal
kiri-kanan, maka talamus mengontak ke hipotalamus untuk
mengendalikan sekresi kortisol. Disinilah kondisi “IKHLAS” seorang
manusia, menurut kajian ilmiah modern.
1.2 Ikhlas Menyeimbangkan Hormon
Hormon adalah sistem komunikasi kimiawi dalam diri manusia
yang berlangsung di dalam tubuh. Bila saja seseorang melakukan aktifitas
misalkan saja membaca, maka sel-sel mata manusia membutuhkan
glukosa untuk memberi makan sesl-sel tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, sebuah sistem di bentuk dalam tubuh anda yang akan
menghitung berapa banyak gula di dalam darah anda, dan menjaga agar
jumlah tersebut tetap mantap.
Ada perencanaan besar, yang di kelola lewat komunikasi jaringan
antar sel, yang menghitung beberapa kali jantung anda harus berdetak
per-menit, kadar kalsium yang di simpan dalam tubuh anda, jumlah
darah yang di saring oleh ginjal anda dan ribuan hal rinci lainnya. Sistem
komunikasi kimiawi ini yang membuat 100 triliun sel berkerja saling
selaras yang di sebut “Sistem Hormon”.
Sistem hormon bersama sistem syaraf, menjamin penyelarasan sel
di dalam tubuh. Jika kita menganalogikan sistem syaraf dengan pesanpesan
yang di kirim melelui internet, sistem hormon dapat di setarakan
dengan sebuah surat yang di kirim melaui pos, lebih lambat, namun
pengaruhnya bertahan lama. Abad ke-20, terjadi ribuan pertemuan
tentang sel dan sistem di dalamnya. Kini telah di ketahui bahwa sel
memiliki rancangan yang sangat rumit, komunikasi anatara hormonhormon
dan sel-sel saja cukup untuk melanjutkan betapa luar biasanya
sistem yang ada dalam sel. Sistem hormon telah mengendalaikan tubuh
manusia demi kepentingan manusia, dan merupakan perwujudan
keajaiban Pencipta, dan menyeksikan betapa hebat karya cipta Allah SWT.
“...Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-Imran
:191)
Tiap-tiap dari 100 triliun sel dalam diri manusia, di kendalikan dan
di arahkan oleh molekul-molekul kecil. Dan molekul-mulekul kecil yang
di sebut hormon ini menjalankan kendalinya terhadap sel. Sel-sel yang
ada pada tubuh kita, tanpa kita sadari ternyata memiliki tingkah laku
yang sangat rumit dan cerdas.
Sejumlah sel mengukur jumlah cairan di dalam tubuh manusia. Selsel
lain mengukur jumlah gula di dalam darah anda berulang kali, dan
ribuan sel anda bekerja mandiri untuk menyeimbangkan jumlah itu.
Sejumlah sel memastikan bahwa tulang-tulang anda mencampurkan
kalsium ke dalam darah anda dengan jumlah yang tepat. Pada beberapa
kejadian, proses kebalikannya terjadi, dan kelebihan kalsium di dalam
darah anda. Di kembalikan ke tulang. Begitu pula sel-sel dalam kulit
manusia.
Sel-sel kulit di betuk untuk menggantikan yang mati. Untuk itu,
sejumlah sel di perintahkan agar membelah dan berkembang biak. Untuk
mengatur suhu tubuh, triliunan sel berfungsi sebagai pemanas renik.
Kecepatan berfungsi setiap sel di awasi, dan dikendalikan satu demi satu.
Juga sel-sel yang menentukan jumlah natrium di dalam darah manusia,
dan jumlah yang di butuhkan di pasok lewat suatu mekanisme khusus.
Ada lagi sel-sel yang mengukur tekanan darah manusia, untuk mencegah
naik atau turunnya tekanan darah ke tingkat yang membahayakan dan
bekerja siang dan malam untuk membuat penyesuaiaan yang tepat.
Kemudian sel-sel otot disekitar pembuluh darah terkadang mengerut
untuk di kecilkan, terkadang mengendur untuk melebarkannya. Lalu
sejumlah sel di dalam ginjal manusia yang menyerap cairan atau molekul
natrium dari air seni dan mencampurnya dengan darah manusia.
Dan ribuan tugas seperti di atas di jalankan oleh hormon-hormon
dalam diri manusia. Kesimpulan penjelasan di atas, sesungguhnya
manusia bertahan hidup, setiap titik didalam tubuhnya dikendalikan satu
demi satu, segala kebutuhan dipenuhi, kekurangan di hilangkan, dan
ketertiban ditegakkan. Saat manusia beraktifitas apapun di dunia ini,
molekul-molekul dalam diri manusia, memastikan berjalan semua fungsi
menakjubkan di dalam tubuh manusia.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.
Ar-Rahman : 13)
Sistem hormon yang beroperasi di dalam tubuh manusia tanpa di
sadari oleh manusia itu sendiri adalah sebuah petunujuk tanda-tanda
kebesaran Allah SWT. Menyadarkan manusia, betapa besar nikmat dan
keajaiban yang terjadi dalam tubuh manusia. Mengetahui cara semuanya
terjadi, dan cara sistem yang terbentuk akan mendekatkan diri kita
kepada Allah. Disinilah fungsi ikhlas, agar manusia tidak menjadi hambahamba
yang mengingkari nikamat Allah (Kufur Nikmat). Sesuai firman
Allah, bagi hamba-hamba yang mengingkari nikmat Allah, maka adzab
Allah sesungguhnya sangat lah pedih.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)
Kajian ilmiah kedokteran modern membuktikan, bahwa banyak
penyakit yang muncul dari stres dan depresi. Sebab saat manusia di landa
stress, otak manusia meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh,
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh manusia dapat melemahkan
sisitem kekebalan tubuh. Dan hal tersebut menyebabkan munculnya
penyakit mematikan.
Ikhlas akan menyeimbangkan kadar hormon kortisol dalam tubuh
manusia. Semakin manusia Ikhlas, mak akan semakin merangsang sel-sel
tubuh tumbuh secara normal. Keikhlasan sendiri bisa di monitor lewat
irama sirkandian, terutama sekresi hormon kortisol-nya. Respon emosional
yang positif (Ikhlas), akan berjalan mengalir dalam tubuh dan di terima
oleh batang otak.
Setelah di format dengan bahasa otak, kemudian di trasmisikan ke
salah satu bagian otak besar yakni “Talamus”. Kemudian, talamus
menghubungi hipokampus (Pusat memori yang vital untuk mengkoordinasi-
kan segala hal yang di serap indera) untuk menkeresi GABA
yang bertugas sebagi pengkontrol respon emosi, dan menghambat
Acetylcholine, Serotonis, dan Neurotrasmiter lain yang memproduksi sekresi
koertisol. Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan
mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin.
Setelah terjadi kontak timbal balik antara talamus-hipokampus-amigdalaprefrotal
kiri-kanan, maka talamus mengontak ke hipotalamus untuk
mengendalikan sekresi kortisol. Kadar hormon kortisol yang normal, akan
menyeimbangkan sistem hormon, dan akan menjaga homeostasis di dalam
tubuh manusia. Terjaganya homeotasis dalam tubuh, akan memperkuat
sistem imun yang dapat membuat tubuh manusia kebal dari segala
penyakit.
Hanya dengan keikhlasan stres yang menghinggap manusia dapat
di sembuhkan, karena ikhlas menyehatkan bagi tubuh manusia. Orang
yang ikhlas tubuhnya akan senantiasa rileks, tenang, fokus, dan mampu
mengendalikan diri. Sikap positif ikhlas akan terbawa di dalam ucapan,
tindakan, dan perbuatan seseorang yang ikhlas. Sehingga jiwanya akan
senantiasa ridha, bersyukur, sabar, tawakal, pasrah, tawadhu,
hus’nudzon, bijaksana, bahagia dan damai.
Sikap positif ikhlas itulah, yang akan menormalkan kadar hormon
kortisol dalam tubuh manusia. Dan keseimbangan hormon adalam tubuh
pun akan terjaga. Orang-orang yang ikhlas jiwa dan raganya akan
senantiasa sehat. Apa pun aktifitas dalam hidupnya, energi positif akan
senantiasa memancar dari dalam dirinya. Dia tidak hanya kan
menyehatkan dirinya, tetapi juga akan menyehatkan jiwa orang-orang
yang bersama dirinya keikhlasan akan membuat hati seorang manusia
semakin tenang, lembut, jernih, dan berenergi positif tinggi. Memiliki
kecerdasan spiritual yang mampu menempatkan prilaku dan hidupnya,
dalam konteks makna yang lebih tinggi, luas, dan kaya nilai-nilai spiritual
yang bersumber pada Ilahiah. Kecerdasan untuk menilai bahwa sesuatu
tindakan atau jalan hidup, akan lebih bermakna di Dunia maupun
Akhirat, dibandingkan tindakan di jalan yang rusak dan juga
menjerumuskan.
1.3 Ikhlas Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Sebelum penulis jelaskan manfaat ikhlas pada peningkatan sistem
kekebalan tubuh, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan apa itu sistem
kekebalan tubuh? Dan keajaiban apa yang di miliki sistem pertahanan
tubuh dan elemen penyusunnya?. Penjelasan ilmuwan besar abad ini
Harun Yahya tentang rahasia kekebalan tubuh, sangat menarik.
Sistem kekebalan tubuh manusia di analogikan sebagai “Prajurit
yang sangat disiplin, teratur, dan pekerja keras melindungi tubuh manusia dari
cengkraman musuh eksternal (bakteri dan virus) dalam medan perang, tugas
utama dari elamen yang berperang di garis depan adalah untuk mencegah sel
musuh, seperti bakteri atau virus memasuki tubuh.”
Meskipun tidak mudah bagi organisme musuh memasuki tubuh
manusia, mereka akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan
akhirnya, yaitu menjajah tubuh. Kalau mereka berhasil melakukannya,
setelah melewati berbagai penghalang seperti kulit, saluran pernafasan,
dan pencernaan. Mereka akan mendapati prejurit-prajurit tangguh yang
tengah menanti. Prajurit tangguh ini di hasilkan dan di latih di pusat
pendidikan khusus seperti sumsusm tulang, limpa, timus, dan kelenjar
getah bening. Para prajurit ini adalah “Sel-Sel Pertahanan” yang di sebut
Makrofag dan Limposit.
Pertama-tama, berbagai jenis fagosit yang di sebut “Sel Pemakan”
akan langsung bereaksi. Kemudian Makrofag, jenis spesifik lain dari fagosit,
mendapat gilirannya. Makrofag ini menghancurkan semua musuh (Bakteri
dan Virus) dengan jalan menelannya. Makrofag juga menjalankan tugas
lain seperti mengajak sel-sel pertahanan lainnya ke arena pertempuran,
dan menaikkan suhu tubuh. Meningkatnya suhu tubuh atau demam di
awal sakit sangat penting, karena orang yang mengalaminya akan merasa
kelelahan dan perlu istirahat, hal ini menghemat energi yang di perlukan
untuk memerangi musuh.
Apabila unsur-unsur sistem kekebalan ini terbukti tidak memadai
untuk musuh yang memasuki tubuh, maka limfosit sang jagoan sistem ikut
bermain. Ada dua jenis limfosit, Sel B dan Sel T. Keduanya ini kemudian
juga terbagi ke dalam dua kelompok. Setelah Makrofag yang datang
berikutnya adalah Sel T “penolong”. Ia mungkin di anggap agen
administratif sistem.
Setelah sel T “penolong” mengenali musuh, mereka
memperingatkan sel-sel lain supaya mengangkat kapak perang untuk
melawannya. Begitu di beri tahu, sel T “pembunuh” memainkan
peranannya menghancurkan musuh yang menyerbu. Sel B merupakan
pabrik senjata dalam tubuh manusia. Mengikuti rangsangan dari Sel T
“penolong”, sel B segera mulai produksi semacam senjata yang di sebut
“anti bodi” kalau tanda peringatan sudah berakhir, Sel T penekanan
menghentikan kegiatan semua sel pertahanan, dan karena itu mencegah
pertempuran langsung lebih lama dari pada yang di perlukan.
Akan tetapi, misi pasukan pertahanan ini belum berakhir. Sel-sel
prajurit, yang di sebut sel pengingat, menyimpan informasi yang di
perlukan tentang musuh itu dalam memori mereka selama bertahuntahun.
Hal ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh, untuk segera
menyusun pertahanan melawan musuh yang sama jika suatu saat nanti
datang lagi.
Bicara sistem kekebalan, tidak akan terlepas dari pasukan
pertahanan, bernama Antibodi. Antibodi merupakan senjata yang
tersusun dari protein dan di bentuk untuk melawan sel-sel asing yang
masuk ke dalam tubuh manusia. Senjata ini di produksi oleh sel-sel B,
sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan
menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi mempunyai dua
fungsi, pertama untuk mengikat diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
Fungsi kedua yaitu membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu
menghancurkannya.
Dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikat diri
kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekulmolekul
asing tempat mereka mengikat diri dengan demikian sel prajurit
tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya, layaknya tank
yang hancur dan tak dapat bergerak atau melepaskan tembakan setelah di
hantam rudal saat pertempuran. Antibodi bersesuaian dengan tubuhnya
(antigen) secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya yang di
pasang dalam struktur tiga dimensi.
Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing anti bodi
yang cocok untuk hampir setiap musuh yang di hadapinya. Antibodi
bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh
menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi si
musuh. Hal ini karena anti bodi, yang di hasilkan untuk suatu penyakit
belum tentu cocok bagi penyakit lain.
Membuat anti bodi spesifik untuk masing-masing musuh
merupakan proses yang luar biasa, dan pantas di cermati. Proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik.
Dan, di Alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Hal ini seperti
membuat masing-masing kunci untuk jutaan lubang kunci. Perlu di ingat,
dalam hal ini si pembuat kunci harus mengerjakannya. Tanpa mengukur
kunci atau menggunakan cetakan apapun. Dia mengetahui polanya
berdasarkan perasaan.
Setiap satu sel B yang sedemikian kecil untuk di lihat oleh mata,
menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan
formula dalam suatu sel yang sangat kecil, merupakan keajaiban yang
diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan lagi adalah
bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindung
kesehatan manusia.
Antibodi sendiri bagian dari protein, dan protein tersusun dari
asam amino. Dua puluh jenis asam amino berbeda di susun dalam
urutan yang berbeda untuk membntuk protein-protein yang berlainan,
seperti membuat berbagi kalung dengan dua puluh warna yang berbeda.
Perbedaan utama antara protein-protein tersebut adalah urutan asam
aminonnya. Perlu di ingat, setiap kesalahan dalam urutan asam amino
menjadikan protein tidak berguna, bahkan berbahaya. Karena itu, tidak
boleh ada kesalahan sekecil apapun dalam urutannya.
Jadi bagaimana penghasil protein dalam sel, dapat mengetahui
bagaimana urutan asam amino yang menyusun mereka, dan protein apa
yang akan di haislkan?. Intruksi untuk setiap protein dengan ribuan tipe
yang berbeda di lakukan oleh gen yang di temukan di bank data genetik
pada anti sel. Dengan demikian, gen-gen ini di butuhkan untuk
memproduksi anti bodi.
Ada suatu keajaiban penting di sini, di dalam tubuh manusia hanya
ada seratus ribu gen, padahal antibodi yang dihasilkan 1.920.000 (satu juta
sembilan ratus dua puluh ribu). Lalu, bagaimana mungkin sekelompok
kecil gen, mampu memproduksi anti bodi sebanyak sepuluh kali lipat dari
jumlahnya?. Disinilah keajaiban antibodi tersingkap, sel menggabungkan
seratus ribu gen yang di kandungnya itu dengan kombinasi berbeda
untuk membentuk suatu antibodi baru. Sel tersebut menerima informasi
dari beberapa gen dan menggabungkan dengan informasi gen lain dan
membuat produksi yang di inginkan berdasarkan kombinasi. Proses ini
memperlihatkan suatu kearifan dan perncanaan yang terlalu hebat untuk
di pahami otak manusia, apalagi untuk merancangnya.
Semua sel sistem imun, atau sistem kekebalan tubuh pada awalnya
adalah sel normal, yang melalui tahapan pelatihan yang berbada dan di
akhiri dengan suatu ”ujian kecakapan”. Hanya sel yang mampu
mengenali sel musuh dan tidak mengalami konflik dengan sel tubuh
normal yang di izinkan hidup. Bagaimana dan kapan sel pertama di
kembangkan, dan siapa yang melakukan “Ujian Kecakapan” pertama?.
Jelas kita tidak bisa berharap sel dan organ terkait berunding
dengan bebas satu sama lainnya, bekerja dengan kesepakatan penuh,
membuat rencana, dan melaksanakan rencana itu dengan efisien. Jangan
lupa yang kita bicarakan adalah berbagai oragan tubuh dan satu triliun
sel. Tak terbayangkan jika satu triliun sel. Tak terbayangkan jika satu
triliun orang dapat di atur dengan begitu sempurna dan dapat memenuhi
tugas mereka tanpa ada sesuatu yang lewat, terlupakan, membingungkan,
atau menyebabkan kekacauaan dalam melaksanakan pertahanan seperti
ini, yang merupakan tugas super sulit. Hanya Dialah (Allah) yang
sanggup mengatur itu semua, Tuhan yang Maha Menguasai segala
sesuatu.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali-Imran :191)
Ikhlas akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang,
karena dengan ikhlas produksi hormon kortisol dalam tubuh akan berjalan
normal. Produksi hormon yang normal akan menjaga homeostasis tubuh
manusia, homeostasis yang terjaga akan meningkatkan sisitem imunitas
yanga kan memperkuat kekebalan tubuh manusia dari serangan bakteri
dan virus. Sedangkan ketidakikhlasan seseorang, akan menyebabkan
seseorang mudah stres. Saat seseorang terkena stres, itu akan
meningkatkan kadar adrenalin dan hormon dalam tubuh di ats batas
normal. Produksi hormon di atas batas normal akan membuat homeostasis
yang terjaga akan meningkatkan sistem imunitas tubuh, juga penurunan
daya kekebalan tubuh, yang dampaknya pada beragam gangguan fungsi
tubuh. Dan itu akan mengakibatkan berbagai penyakit mematikan seperti
kanker, serangan jantung, dan stroke.
Keikhlasan seorang hamba akan membuat sistem pertahanan
dalam tubuhnya bekerja dengan baik. Sistem kekebalan tubuh yang baik,
akan menambah kualitas kesehatan dalam tubuh manusia. Emosional dan
spirituallitasnya pun akan terjaga dengan baik, lebih tegar dalam
mengendalikan diri saat menghadapi tekanan, juga mampu memotivasi
diri dan bertahan menghadapi frustasi. Sehingga segala kesulitan dan
konflik dapat di selesaikan, serta di temukan solusinya.
Ikhlas akan memperbaiki respon emosional positif dan
mengefektifkan coping. Keikhlasan akan membuat seseorang selalu
bersikap positif, optimistic, penuh percaya diri, dan menyehatkan tanpa
harus merasa sombong dan takabut pada Sang Pemberi Kebahagiaan dan
kesehatan pada dirinya. Seseorang yang Ikhlas akan selalu menyerahkan
segla ketetapan akhir dalam usahanya, pada kehendak Allah SWT.
Sehingga dirinya selalu bisa mengikhlaskan harapannya, walupn
harapannya itu tidak tercapai pada akhirnya.
Seseorang yang ikhlas akan selalu dapat menghindarkan dirinya, dari
penegangan otot-otot syaraf akibat kekecewaan, kegagalan, tekanan, dan kesulitan
yang menghampiri hidupnya. Hidupnya akan selalu di warnai dengan
kesabaran di saat ujian dan musibah datang menghampiri. Ia juga akan
senantiasa bersyukur apabila kebahagiaan dan rezeki ia peroleh, tanpa
harus takabur, sombong, dan berfoya-foya. Sehingga hidupnya selalu
stabil, seimbang, sehat, positif, penuh cinta, bijaksana, bahagia dan damai.
B. Mensehatkan Ruhani Manusia
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS. AL-Anfal : 2)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. AR-R’ad : 28)
Ikhlas dapat menyehatkan ruhani manusia, karena ikhlas
merupakan suatu bentuk perasaan positif yang sangat tinggi, suatu betuk
perasaan yang sullit di gambarkan, karena menandakan kepercayaan
yang sangat tinggi bahwa segala sesuatu yang di jalani manusia mulai
ucapan, tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya pasti memmiliki nilai
positif. Ikhlas adalah sebuah energi perasaan hati yang sangat kuat, yang
mampu merubah semua perasaan negative, menjadi perasaan positif di
segala situasi dan keadaan hidup manusia.
Seseorang yang ikhlas baru akan tentram hatinya, setelah ia
mengingat Allah SWT di dalam hatinya. Hati adalah kekuatan yang Maha
Dahsyat, yang akan di anugerahkan Allah pada diri manusia.
Transformasi pengembangan diri manusia saat ini, akan menuntut
pemberdayaaan potensi ruhiah manusia yang lebih besar lagi, banyak
temuan baru di bidang genetika prilaku dan neurobilologi. Seperti yang di
ungkapkan Dean Hamer dalam buku “Gen Tuhan” menjelaskan bahwa
setiap manusia sudah di warisi dalam dirinya, kecenderungan yang
membuat otaknya haus sekaligus siap menerima tuntunan “kekuatan
yang lebih tinggi” yaitu kekuatan Tuhan yang maha kuasa (Allah).
Karena itu sudah saatnya lah kita fokus pada pengembangan diri
yang berbasis pada ruhani manusia. Sebuah proses pengambangan diri
yang memfokuskan kepasrahan total manusia pada kekuatan dan
motivasi ketuhanan. Kita sudah sering mendengar proses transformasi
diri yang malah melambungkan ego dan kesombongan manusia.
Mungkin telah berhasil menciptakan kemudahan dan kenyamanan hidup,
tetapi sedikit berhasil dalam memberi sumbangsih untuk kebahagiaan
hidup.
Kita sering menyaksikan kesuksesan duniawi seseorang, malah
semakin menjauhinya dari rasa kebahagiaan yang dia cari. Seperti
menggali sumur tanpa dasar untuk menyegarkan dahaga yang tak
terpuaskan. Sebab sejengkal kesuksesan yang berhasil di raih manusia,
harus di bayar oleh jurang penderitaan yang menganga di antara
pengorbanan hasil yang di peroleh.
Manusia perlu proses pengembangan diri yang bisa merubah
manusia sampai ke tingkat sel DNA-nya. Suatu proses yang mampu
menggabungkan kekuatan IQ (Inteleqtual Quotien), EQ (Emotional Quotien),
dan SQ (Spiritual Quotien) yang cerdas, Ilmiah dan Efektif. Perasaan positif
(positive Feeling) dan terkabulnya doa (Goal Praying) justru secara
komprehensip dan integratif mengandalkan kekuatan diri dan Tuhan akan
menghasilkan power (ikhlas), untuk menciptakan kebahagiaan hidup saat
ini juga.
Manusia sering mengalami stres di karenakan masalah-masalah
yang di hadapinya, juga kecewa karena hasil dari yang ia kerjakan tidak
sesuai dengan apa yang ia harapkan. Terkadang seseorang merasa berhak
untuk menentukan masalah yang datang, juga keberhasilan pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan pribadi dia. akibatnya ketika masalah
datang, juga hasil pekerjaan tidak sesuai dari apa yang ia harapkan,
dirinya menjadi stres, marah, kecewa, hingga putus asa.
Manusia terkadang sering lupa bahwa sebenarnya masalah yang
datang menguji dirinya, juga keberhasilan pekerjaan dari sesuatu yang
kita usahakan adalah mutlak kewenangan Allah SWT. Manusia hanya di
perintahkan untuk “Berikhtiar” Sekuat tenaga dengan langkah-langkah
terbaiknya, tetapi setelah itu ia di perintahkan juga “Berserah Diri” dalam
Ibadah, pengharapan, dan do’a-doanya untuk menerima segala hasil, juga
keputusan yang telah di tetapkan Allah SWT kepadanya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. AN-Nisaa : 125)
Seperti yang tadi di jelaskan ikhlas adalah sebuah kepercayaan
yang tinggi bahwa apa yang ada di hadapi manusia dalam hidupnya (baik
masalah maupun hasil akhir usaha), memiliki nilai-nilai positif yang pasti
akan membawa kebaikan. Karena dengan ikhlas, manusia dapat melihat
sesuatu yang baik di balik semua yang ia hadapi, walaupun sesuatu yang
ia hadapi itu buruk dan mengecewakan menurut dirinya. Kalau seperti
itu, dengan ikhlas atomatis semua pikiran dan perasaan negative akan
berubah menjadi pikiran dan perasaan yang positif.
Dengan ikhlas seseorang akan hidup dengan hati dan pikiran
positif. Energi positif dalam diri seorang ikhlas akan memancar ke Alam
Semesta, dan getarannya akan memantul ke setiap jiwa-jiwa yang
bersentuhan dengannya, mendamaikan jiwa di antara manusia,
menyejukkan lingkungan di sekitarnya, membahagiakan setiap insan
yang memandang, dan menebarkan cinta di hati jiwa-jiwa yang cemas,
gelisah, takut, khawatir, marah, kecewa, dan kesepian. Karena ikhlas akan
menetramkan hati manusia-manusia yang berada dalam “Kehampaan Spiritual”.
Karena itu, mulai lah saat ini jadilah manusia-manusia yang ikhlas.
Sebab keikhlasan akan menyehatkan ruhani manusia, dengan keikhlasan
sukses dan kebahagiaan hidup tidak akan menjadi angan-angan.
Mengikhlaskan ruhani ternyata memiliki kekuatan yang amaat sangat
luar biasa. Ilmu pengetahuan modern berhasil menemukan kekuatan
ruhani manusia, para ahli saraf (neurolog) menemukan bahwa jantung
manusia memiliki 40.000 sel saraf, hal tersebut membuktikan bahwa hati
manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan
membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh.
Selain itu, para ilmuwan juga menemukan bahwa kualitas
elektromagnetik jantung, 5000 kali lebih kuat dari pada otak.
Dengan kata lain, apabila sesorang mengeluarkan enargi ikhlas
dengan kekuatan pikirannya sebesar 1 watt (positif thingking), maka
kemampuan energi ikhlas dengan kekuatan ruhani bisa di maksimalkan
hingga 5000 watt. Coba bayangkan, seberapa besar kekuatan ruhani,
untuk menyembuhkan penyakit dalam diri manusia, baik yang bersifat
fisik maupun psikis.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kekuatan sadar manusia
itu hanya 12% dari total kekuatan, sebab 88% kekuatan manusia di kelola
oleh kekuatan alam bawah sadar. Dan alam bawah sadar sesungguhnya
memiliki hubungan yang erat dengan ruhani manusia, di sinilah
pentingnya mengikhlaskan ruhani. Untuk memaksimalkan kualitas
kehidupan, agar seseorang segera mencapai kesuksesan, kebahagiaan, dan
ketentraman hidup.
Kekuatan ikhlas merupakan kekuatan besar bagi manusia dalam
memenuhi harapannya. Hal tersebut di sebabkan karena perasaan
merupakan wilayah “tak tampak” sebagaimana teori kuantum yang
memiliki mekanisme kerja sendiri (mekanisme kerja Tuhan). Erbe Sentanu
seorang pakar positive feeling mengemukakan, bahwa perasaan merupakan
bagian paling mendasar pada diri manusia. Perasaan mempunyai
gelombang yang pengaruhnya lebih besar di bandingkan pikiran. Orang
yang berusaha berfikir positif, tetapi perasaannya belum positif maka
keinginannya akan sulit tercapai. Berbeda ketika perasaannya belum
positif, maka pikirannya akan ikut menjadi positif secara otomatis. Erbe
pula menjelaskan bahwa perasaan yang positif (positive feeling),
merupakan zona ikhlas yang jika senantiasa di jaga akan menarik hal-hal
positif dari Alam Semesta.
Sabda Rosulullah SAW, diriwayatkan Imam Ja’far dalam kitab Al-
Bihar:
“Apabila seorang hamba berkata, “Tiada daya dan kekuatan kecuali
dengan Allah”. Maka Allah SWT akan menjawab,”Hai para malaikat-ku,
hamba-ku telah ikhlas berpasrah diri, amak bantulah dia, tolonglah dia, dan
sampaikan (penuhi) hajat keinginannya.”
Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani, Ulama Sufi yang juga Guru
Mursyid Tarekat Qodiriyah. Menyebutkan bahwa “Seorang Mukmin Itu
Ibarat Cermin”, cermin yang memantulkan nur (cahaya) dari Allah SWT.
Kalau kita mempelajari Ilmu Bahan, sebenarnya peristiwa pemantulan
bukanlah peristiwa pembelokan gelombang, akan tetapi energi gelombang
datang di serap atom-atom yang dekat kepermukaan sehingga tambah bervibrasi,
kemudian di pakai untuk memancarkan gelombang balik (Law Of Attraction).
Jadi apabila seorang hamba Allah yang ikhlas mendapat siraman
nur dari Allah SWT, karena permukaan cermin ruhani bersih. Maka
cahaya Ilahi tersebut masuk secara maksimal kemudian menggetarkan
qolbunya sehingga hidup, lalu getaran tersebut akan memancarkan
kembali kepada khalayak. Nah apabila cermin ruhani buram oleh debudebu
kealfaan, cahaya Ialhi tersebut masih dapat memantul dan masuk.
Sehingga qolbu manusia yang telah keras, kotor dan busuk oleh penyakit
hati maupun psikis dapat merasakan sentuhan Ilahi, denyut kembali pada
pancaran ruhani, seolah-olah menerima sesuatu yang mencerahkan dan
menyadarkan hakikat dirinya.
Sensasi ini, bisa kita rasakan apabila kita bertemu seseorang
mukmin yang ikhlas, hamba Allah yang hatinya benar-benar murni
sehingga pancaran ruhaninya kuat. Pernah ada kisah pada sebuah makjlis
pengajian, saat majelis tersebut sedanbg seru membahas persoalanpersoalan
agama, tiba-tiba ada orang yang masuk masjid tersebut untuk
shalat. Sang Ustadz mendadak berhenti, padahal orang yang baru shalat
itu tidak dikenal dan penampilannya biasa-biasa saja. Tapi sang Ustadz
terpana sekali ketika orang tiu sholat, kemudian setelah orang tersebut
keluar, sang ustadz penasaran ingin mengetahui siapa orang itu. Setelah
di cari tau, ternyata orang tersebut adalah Ketua DKM sebuah masjid
yang prilakunya rendah hati, dan suka menolong orang lain. Kisah
tersebut menyimpulkan bahwa resonansi gelombang ruhani mukmin yang
ikhlas, dapat memukau Sang Ustadz yang barang kali tidak kalah kuat
pancaran gelombang ruhaninya.
Dalam Al-Quran surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman:
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan
mu dan jadi penyembuh bagi penyekit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Yunus : 57)
Rusullullah SAW bersabda, “Sesungguhnya untuk segala perkara itu
ada obatnya pencucinya, sedangkan pencuci hati tiu adalah dzikir (mengingat)
kepada Allah.”
Dalam hadist lain Rosullullah SAW juga bersabda:
“Ingat kepada Allah itu menjadi obat yang mustajad, guna
menyembuhkan segala penyakit hati.” (HR. Bukhari Musllim)
Sesungguhnya kondisi marah, sedih, takut, panik, cemas, kecewa,
khawatir, putus asa, merupakan kondisi ruhani negative yang menjadi
faktor penyebab stress dan depresi, yang merupakan sumber awal
penyakit- penyakit yang berbahaya bagi fisik maupun psikis.
Untuk mempositifkan ruhani yang negatif, seorang manusia harus
melakukan sebuah aktivitas ruhani “Mengingat Allah”, agar kondisi
spiritual ruhaninya kembali dalam keadaan positif, yang di sebut ikhlas.
Keikhlasan akan membuat spiritual ruhani seseorang menjadi positif, dan
membawa ia pada perasaan damai, pasrah, tenang, tentaram, berani,
fokus, bijaksana, ridha, tawakal, hus’nudzon, sabar, syukur, jujur, qonaah
dan bahagia.
Keikhlasan akan senantiasa membawa seorang hamba selalu
mengingati Allah SWT, dan ingat kepada Allah adalah obat mustajab
yang mampu menyembuhkan segala penyakit hati. Itu artinya ikhlas
dapat menyehatkan spiritual ruhani manusia, karena hanya dengan
mengingat Allah lah hati manusia menjadi ikhlas.
Jika seorang manusia berada dalam kondisi ruhani marah
(negative), maka hendaklah ia mangingat Allah dengan mengucapkan
“Astagfirullah” (Ya Allah ampuni aku) maka kondisi ruhaninya akan
berubah damai (positif), dengan kondisi spiritual “memaafkan”. Begitu
pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani sedih (negative),
maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “Inalilahi
wainnailaihi rojiun” (Segalanya berasal dari Allah, dan segalanya pun akan
kembali pada Allah), maka kondisi ruhaninya akan brubah
pasrah/berserah diri (positif), dengan kondisi spiritual “Sabar”.
Begitu pun apabila seseorang berada dalam kondisi ruhani “Takut”
(negative), maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan
“Allah hu Akbar” (Allah Maha Besar) maka kondisi ruhaninya akan
berubah “Berani”, dengan kondisi spiritual “Tawakal”. Juga apabila
seseorang berada dalam kondisi ruhani “Panik/Khawatir” (negative),
maka hendaklah ia mengingat Allah dengan mengucapkan “La Haula
Walaa Quwwata Illa Billah.” (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan
kehendak Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah “Stabil/Normal”,
dengan kondisi spiritual “Tawadhu”. Lalu apabila seseorang berada
dalam kondisi ruhani “Cemas” (negative), maka hendak lah ia mengingat
Allah. Dengan mengucapkan “La Ilaaha Illallah” (Tiada Tuhan yang
Layak di Sembah Kecuali Allah) maka kondisi ruhaninya akan berubah
“Tenang/tentaram”, dengan kondisi spiritual “Qona’ah”.
Selain kondisi negative karena hal-hal yang menyakitkan,
kesenangan yang berlebihan juga akan menggiring pada kondisi ruhani
yang negartive, karena kondisi itu akan mengarah pada sikap “sombong”
dan “lupa diri”. Tetapi kondisi ruhani tersebut dapat di atasi dengan
mengucapkan “Alhamdulilah dan Subhanallah” (Segala Puji bagi Allah dan
Maha suci Allah), maka kondisi ruhaninya akan berubah “terkendali”,
dengan kondisi spiritual “Syukur”. Untuk lebih jelasnya akan di
gambarkan, melalui kolom aplikasi penngendalian ruhani keikhlasan:
Aplikasi Pengendalian Ruhani Keikhlasan
Kondisi
Emosi
NEGATIF
Gel.
Otak
Aktivitas Hasil
Emosi
POSITIF
Gel.
Otak
Kondisi
Spiritual
Marah Beta Astaghfirullah Damai Alfa Ma’af
Sedih Beta Innalillahi
Wainnailahi
Roji’un
Pasrah Alfa Sabar
Takut Beta Allahu Akbar Berani Alfa Tawakal
Panik Beta Laa Haula
Walaa
Quwwata illa
Billah
Normal Alfa Tawadhu’
Cemas Beta Laa Ilaaha
Illalloh
Tenang Alfa Qona’ah
Kagum
Senang
Beta Subhanalloh
Alhamdulillah
Terkendali Alfa Syukur
“...Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS. Ar-Ra’d :11)
Dalam memahami aplikasi keikhlasan, ada hukum daya tarik
menarik (law of attraction) yang penting di pahami. Hukum Ketertarikan
adalah hukum yang menjelaskan bahwa “Sesuatu akan menarik pada
dirinya, segala hal yang satu sifat dengannya.” Pengertian sederhananya, diri
kita itu merupakan suatu getaran yang terhubung di Alam Semesta ini,
apabila seseorang memberikan sebuah getaran ke Alam Semesta (baik
positif maupun negative), maka Alam Semesta akan memberikan getaran
balik, dan mewujudkan kepada dirinya sesuai dengan getaran yang di
berikan (baik positif maupun negative). Jadi keikhlasan bukanlah takdir,
tetapi sebuah pilihan menurut teori ini.
Jika saeorang manusia dalam perasaan dan pikirannya
memancarkan gelombang ketakutan, maka hal-hal yang menakutkan lah
yang akan tertarik olehnya. Begitu pula jika yang di pancarkan adalah
kegembiraan, maka yang tertarik pada dirinya adalah kegembiraan. Teori
ini lah yang menjelaskan mengapa orang yang selalu mengeluh,
menuntut, mengumpat, menghujat saat di uji justru semaikin sering
mengalami kesialan, karena saat ia di uji lalu memancarkan energi
negative tanpa sadar, sesungguhnya ia telah menarik, dan meminta
kesialan tersebut. Sebaliknya orang yang selalu merasa beruntung dan
menikmatinya (bersyukur), justru ia akan selalu mengalami
keberuntungan, karena saat ia di uji lalu tetap memancarkan energi positif
(bersyukur), dengan sadar atau tanpa sadar sesungguhnya ia telah
menarik dan meminta keberuntungan pada dirinya. Kesimpulannya,
perasaan dan pikiran yang positif (ikhlas), untuk mencapai kualitas hidup
yang paling baik.
Allah berfirman dalam hadist Qudsy “Sesungguhnya aku sesuai
dengan prasangka hamba ku” (Hadist).
Jadi pikiran dan perasaan yang terpancar ke Alam Semesta adalah
doa, dan setiap doa itu pasti akan di kabulkan, oleh Dia (Allah ) yang
Maha Mengabulkan doa.
Sesuai firmannya :
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS.
AL-Mu’min : 60)
Pikirannya dan perasaan, baik dalam bentuk positif maupun
negative adalah do’a. Dan Allah mengabulkan do’a hambanya sesuai apa
yang ia pinta dan ia sangkakan (baik positif maupun negatif). Ingat,
karena setiap do’a pasti di kabulkan, manusia harus berhati-hati dalam
berdoa. Sebab ucapan, tindakan, dan perbuatan negatif yang terpancar
dari dalam diri manusia, akan menjadi doa negative (keburukan) bagi
dirinya, dan berdampak negative (buruk) pula bagi hidupnya. Sebaliknya
ucapan, tindakan, dan perbuatan yang positif, akan menjadi doa yang
positif dan pasti akan berdampak positif pula bagi kehidupannya.
Hukum daya tarik menarik (Law Of Attraction) energi ikhlas, sejalan
dengan ilmu fisika quantum. Yang menjelaskan bahwa “Getaran yang kita
keluarkan, akan di respon oleh lingkungannya, dan akan memberikan getaran
balik yang sama atau lebih besar dari pada getaran yang di berikan...”
Karena itu, ikhlaskan selalu hati agar ruhani manusia sehat dengan
nilai-nilai positif, yang akan seanntiasa memancar di setiap ucapan,
tindakan, dan perbuatan dalam hidupnya. Pancaran cahaya yang bersumber
dari kekuatan Tuhan yang Maha Kuasa, dengan motivasi Spiritual Ilahiah, yang
merupakan sumber segala sumber kekuatan segala kekuatan, penolong segala
penolong, penyembuh segala penyembuh setiap ujian dan musibah yang menimpa
manusia.
C. Mensehatkan Pikiran Manusia
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali-Imran : 191)
Selain mensehatkan jasmani dan ruhani manusia, ikhlas juga
ternyata mensehatkan pikiran manusia. Keikhlasan ternyata dapat
membuat pikiran seseorang berada pada posisi relaks, nyaman, khusu, dan
meditatif. Karena itu ikhlas ternyata dapat merubah pikiran seseorang
menjadi positif (positive thinking). Orang yang hidup dengan pikiran
positif cendrung bahagia, jika ia harus memberi, maka ia yakin pemberian
tersebut akan bermanfaat, dan ia sendiri tidak akan merasa kekurangan
saat memberi. Karena itu, ia cenderung mudah bahagia.
Dampak kesehatan pola pikir juga bagus, orang yang selalu berfikir
positif cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Sebaliknya
orang yang sering berfikir negative relative lebih mudah stres dan depresi.
Jika seorang yang berfikir negative ada yang memberi hadiah, ia akan
berfikir itu sebagai bujuk rayu. Dia akan mudah curiga, karena terus
berfikir buruk. Curiga pada orang lain sesungguhnya akan berdampak
buruk pada dirinya. Akibatnya, ia tertekan atas ke khawatiran dan pikiran
negatifnya.
Orang yang berfikir negatif cenderung memiliki kesehatan buruk.
Saat pikiran negatif menguasai diri, maka sistem syaraf bekerja lebih
berat, aliran darah dan detak jantung pun tidak akan teratur. Dentak
jantung tidak teratur bisa berakibat buruk pada tubuh, penelitian SUMS
pada 1012 pria dan wanita yang di lakukan pemantauan selama 8 tahun
menunjukan sifat pemarah seseorang 3 kali beresiko serangan jantung,
dan menjadi 5 kali bila ia mengidap kolesterol tinggi.
Sesungguhnya berfikir positif adalah impian setiap orang di dunia
ini, karena dengan berfikir positif berarti seseorang hanya mengizinkan
pemikiran yang baik dalam pikirannya. Pikiran positif juga
memungkinkan dia untuk berfikir segala yang baik, seputar kehidupan
dan hasil yang ia capai. Orang yang berfikir positif akan memperoleh
perasaan menyenangkan dan konstruktif, ia akan menvisualisasikan halhal
yang positif, dan membangun kehidupan untuk memperoleh hasil
yang maksimal. Bahasa tubuhnya akan menunjukan kapsitas besar, untuk
mencapai segala sesuatu yang di anggap mustahil, karena ia percaya pada
kekuatan Tuhan yang Maha Memelihara.
Keikhlasan seseorang akan menghasilkan pikiran positif, yang
mampu menghilangkan pengaruh buruk dari pikiran negatif. Dalam
dunia medis, pengaruh buruk dari pikiran negatif di sebut dengan
Psikoneuroimunologi. Sebagai contoh, saat kita melihat sesuatu yang
menjijikan, tiba-tiba kita merasa mual dan muntah. Hal itu bukan karena
diri kita mual dan muntah akibat lambung yang sakit, namun di
sebabkan karena pikiran negatif kita mempengaruhi lambung, hingga
timbul rasa mual dan muntah tersebut.
Begitu juga saat kita melihat sesuatu yang menakutkan, tiba-tiba
jantung kita berdebar-debar, atau mungkin juga sampai pingsan, hal ini
juga bukan karena fungsi jantung yang tidak normal, namun lebih pada
pikiran negative mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia. Begitu pun
sebaliknya, pikiran positif akan membantu jantung dan lambung anda
untuk lebih rileks, nyaman, dan normal.
Ketika seseorang berfikir, merenung, dan berdoa, maka otaknya
akan berlangsung suatu proses psikodinamika, yang menghasilkan
gelombang elektromagnetik. Nah gelombang tersebut bisa terpencar
keluar, dan menimbulkan resonansi pada orang lain. Begitu ia beribadah,
contohnya sholat, maka konsentrasi yang tinggi dalam kekhususan
shalatnya, akan menghasilkan gelombang elektro magnetik yang
berkorelasi dengan kualitas sholatnya. Keikhlasan seseorang dalam sholat
akan menentukan kualitas ibadahnya, dan hal ini dapat di ukur dari
pancaran gelombang elektromagnetik dalam otaknya.
Semakin resonansi gelombang gitar yang bila dua pasang manusia
saling jatuh cinta, pandangan pertama, atau teks SMS sekali pun, bisa
menimbulkan resonansi rasa kasmaran satu sama lain. Hal yang sama
berlaku antara Ibu, dan anak, bila seorang anak menangis maka walaupun
sang Ibu berada di tempat jauh, akan merasakan resonansi rasa gelisah dari
tangisan anak tersebut. Hal yang sama apabila kita berdoa secara khusu
dan ikhlas, maka doa tersebut akan sampai ke alam trasedental. Aktivitas
berfikir positif melalui keikhlasan seseorang akan bernilai tinggi secara
trasedental, dan memberi damapak yang positif bagi mereka yang
melaksanakannya, efectnya akan tercermin pada prilaku sehari-harinya.
1.1 Ikhlas Mengaktifkan Gelombang Otak Alpha dan Theta
Ikhlas akan mengaktifkan gelombang otak Alpha dan Theta. Dua
gelombang itu merupakan gelombang relaksasi, meditasi, imajinasi, alam
bawah sadar, intuisi, dan keheningan yang mendalam. Gelombang Alpha
dan Theta adalah gelombang keikhlasan, yang merupakn output dari
positif thingking. Gelombang energi yang menciptakan keyakinan diri,
pancaran optimisme yang kokoh dan hidup dengan penuh rasa syukur.
Dengan ikhlas kita di tuntut untuk memperkuat api optimisme, agar
kita mampu merawat pola pikir yang positif pada Tuhan yang Maha
Kuasa. Menginjeksikan daya positif ke dalam sel-sel otak manusia, ternyta
tak semudah membikin indomie rebus. Sebab ujian dan tantangan hidup
menciptakan kerumitan masalah, yang selalu memancing emosi
keikhlasan, agar tak langsung layu saat badai kehidupan menghadang
bertubi-tubi.
Para ahli saraf (neurolog) telah menemukan beberapa jawaban, dan
jawabanya terletak pada gelombang otak kita. Melalui serangkaian
eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG (Elactro Encephalo Gram).
Kalu kita pergi ke labolatorium atau ke pusat penelitian fungsi otak
manusia. Maka kita bisa menemui EEG dan Brain Mapping. Kedua alat
tersebut di gunakan untuk mengamati aktivitas tak manusia.
Perbedaaannya Brain Mapping hanya memeriksa secara fisik, untuk
mengetahui adanya gangguan, kerusakan atau kecacatan otak, misalnya
tumor otak, pecahannya pembulu darah otak, dan benturan kepala.
Sedangkan EEG memeriksa getaran, frekuensi, sinyal, atau gelombang
otak, yang kemudian di kelompokkan ke dalam beberapa kondisi
kesadaran.
Getaran atau frekuensi adalah pulsa (implus) perdetik dengan
satuan Hz. Berdasarkan riset selama bertahun-tahun di berbagai Negara
maju, frekuensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks,
tidur ringan, tidur nyeyak, trance, panik, dan sebagainya. Melalui
penelitian yang panjang, akhirnya para ahli syaraf (otak) sependapat
bahwa gelombang otak berkaitan dengan kondisi pikiran. Berikut ini
adalah jenis-jenis frekuensi gelombang otak manusia, dan pengaruhnya
terhadap kondisi otak manusia.
Pertama, GAMMA (16 hz-100 hz). Adalah gelombang otak yang
terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi.
Misalnya saat berada di arena perebutan kejuaraan, tampil di muka
umum, sangat panik, ketakutan, kondisi ini dalam kesadaran penuh.
Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thomson (Center For
Acoustic Research), diatas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi
yaitu gelombang hypergamma (tepat 100 hz) dan gelombang Lambada
(tepat 200 hz), yang merupakan gelombang supernatural atau
berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa.
Kedua, BETA (12 hz- 19 hz). Adalah merupakan gelombang otak
yang terjadi pda saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga
penuh, sadar, dan di dominasi oleh logika. Inilah kondisi normal yang
kita alami sehari-hari ketika sedang terjaga dan berinteraksi dengan orang
lain di sekitar anda. Kita berada pada frekuensi ini ketika kita
bekerja,berkonsentrasi, berbicara, berfikir tentang masalah yang kita
hadapi. Gelombang Beta di bagi menjadi 3 kelompok yaitu high beta (lebih
dari 19 hz) yang merupakan transisi dengan getaran gamma, lalu getaran
beta (15 hz-18 hz) yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma,
dan selanjutnya low beta (12 hz-15 hz).
Ketiga, ALPHA (8 hz-12 hz) adalah gelombang otak yang terjadi
pada saat seseorang yang mengalami relaksasi, atau mulai istirahat
dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Ketika
otak kita berada dalam getaran frekuensi ini, kita akan berada pada posisi
khusyu, relaks, meditatif, nyaman, dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja
otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan bahagia.
Seseorang akan menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya
masa peralihan antara sadaran tidak sadar. Fenomena Alpha setiap akan
tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena
Alpha banyak di manfaatkan oleh pakar hypnosis untuk mulai
memberikan sugesti pada pasiennya.
Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan
gelombang alpha. Frekuensi alpha 8-12 hz merupakan frekuensi
pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Seseorang bisa
mengingat mimpinya, karena ia memiliki gelombang alpha. Kabur atau
jelas sebuah mimpi yang bisa seseorang ingat, tergantung kualitas dan
kuantitas gelombang alpha pada saat ia bermimpi.
Keempat, THETA (4 hz-8 hz). Adalah gelombang otak yang terjadi
pada saat seseorang mengalami tidur ringan atau sangat mengantuk.
Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada pada kondisi
sangat khusyu, keheningan yang mendalam, depp-meditation, dan mampu
mendengar nurani bawah sadar. Tanda-tanda nafas mulai melambat dan
dalam, inilah kondisi yang di raih saat Ulama Sufi sedang melamtunkan
doa dan dzikir di tengah keheningan malam pada Sang Ilahi. Selain di
ambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan gelombang otak ini saat
trance, hypnosisi, meditsi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan
khusyu. Orang yang mampu mengalirkan energi Chi dan Prana juga
menghasilkan gelombang otak theta pada saat mereka melakukan latihan.
Bayi dan balita yang rata-rata tidur lebih dari 12 jam sehari, selalu
berada dalam fase gelombang otak alpha dan theta. Perlu di ingat,
gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh
sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima
perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang otak ini juga
menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa. Ketika mereka
bermain mobil-mobilan misalnya,imajinasi mereka aktif dan permainan
pun akan menjadi seru.
Gelombang theta juga di kenal sebagai gelombang ajaib, karena
gelombang ini berkaitan dnegan kekuatan psikis. Berdasarkan
penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara,
tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut yang menewaskan banyak
orang. Namun ada keanehan, beberapa anak balita bisa selamat. Hal ini di
karena kan anak-anak hampir akan terjadi apabila kita dapat memasuki
fase gelombang theta. Seseorang meungkin pernah mengalami saat
berdo’a, sholat, dan berdzikir. Dengan dasar ini pula lah “God Spot” di
temukan.
Kelima, DELTA (0,5 hz-4 hz). Adalah gelombang otak yang
memiliki amplitudo yang besar dan frekuensi yang rendah, yaitu di
bawah 3 hz. Otak manusia menghasilkan gelombang ini ketika anda
tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan
fikiran, frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik
bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil,
kualitas tidurnya sangat tinggi. Saat tersebut tubuh seseorang melakukan
proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif
memproduksi sesl-sel baru saat ia tertidur lelap. Karena itu meski tertidur
hanya sebentar, ia akan bangun dengan tetap merasa segar bugar.
Penyelidikan di atas menunjukkan bahwa proses penumbuhan
keyakinan positif dalam pikiran manusia akan berlangsung dengan
optimal jika otak kita tengah berada pada kondisi Alpha dan Theta. Dalam
frekuensi inilah, jika ia menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel
saraf kita secara mulus. Apabila kita kita merajut keyakinan positif dan
visualisasi keberhasilan dalam kondisi Alpha maka rajutan itu benar-benar
akan menembus alam bawah sadar kita.
Bagi seorang muslim saat seseorang berdoa, shalat dan berdzikir,
ferkuensi gelombang otaknya aakn berada pada kondisi Alpha dan Theta.
Disinilah moment-moment kontemplatif seorang makhluk, saat ia bersujud di
hadapan Sang Khalik (Allah). Ada perasaan keheningan yang
menggetarkan, perasaan khusu yang mendamaikan. Perasaan itu muncul
karena saat itu ia berada dalam kondisi gelombang otak Alpha dan Theta.
Dalam meomentum seperti itulah seseorang dengan mudah memasuki
hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta, dengan rasa syukur yang
mengalir dalam jiwa, ia juga bisa merajut butiran-butiran keyakinan
positif keikhlasan dalam segenap jasmani, ruhani, dan pikirannya secara
utuh.
Gelombang otak Alpha dan Theta adalah gelombang yang
resonansinya paling kuat. Namun gelombang ini juga termasuk yang
paling sulit di bangkitkan, dibandingkan gelombang Beta yang kita
aktifkan saat kita berfikir sehari-hari, sebagimana halnya susah untuk
berkonsentrasi. Pancaran gelombang otak Alpha dan Theta dari pikiran
inilah yang akan menyebar keluar, hingga menggerakkan orang lain
melakukan hal-hal positif.
Pancaran resonansi gelombang otak dari seseorang bisa terlihat
pada sorot mata dan wajah seseorang. Saat kita bertemu dengan seseorang
yang baru, kok rasanya akrab dan ramah. Atau sebaliknya kok rasanya
nggak nayman. Itu menandakan pancaran resonansi gelombang otak yang
kita terima, berbeda tergantung pancaran resonansi gelombang otak orang
tersebut.
Hal yang sama juga di alami saat orang lain bertemu kita, kalau
kita selalu positive thingking, berjiwa tenang dan tulus, oranglain pun akan
merasakan nyaman saat bertemu kita. Sebaliknya kalu kita negative
thingking, hati gelisah dan marah, maka akan mengeluarkan sinyal
gelombang negative, sehingga membuat orang lain tak nyaman.
Keihlasan akan membuat resonansi gelombang otak manusia berada
pada kondisi positif (Alpha dan Theta). Hal tersebut apabila di aktifkan,
akan berangsur-angsur menyehatkan mental, karena hidup seseorang
yang berfikiran positif akan selalu jujur, dapat di percaya, adil, konsisiten,
dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Kinerjanya selalu produktif,
berinisiatif, bersemangat, berfikir jauh ke depan, mampu mengelola
konflik, sehingga tindakan positifnya akan menghasilkan hal-hal yang
positif pula. Orang yang berfikir dan berprilaku positif, selalu akan
berbuat sesuatu yang besar, lebih bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain
dan masyarakat. Semua hal tersebut, akan terjadi apabila seseorang
berada dalam kondisi “Ikhlas”.
1.2 Ikhlas Mengaktifkan Produksi Zat Endhorphin
Hasil penelitian aliran Goldstein: di temukan adanya Zat endhorphin
dalam otak manusia, yaitu zat yang memberikan efect menenangkan yang
di sebut endogegonius morphin. Endhorphin adalah bahan boikimia alami
yang di hasilkan otak pada saat seseorang melakukan olah raga. Ia dapat
membuat seseorang bersemangat, tetapi tahukan endhorphin juga dapat di
hasilkan ketika kondisi gelombang otak berada pada gelombang
Alpha/Theta, dan juga dapat meningkatkan kemampuan belajar dan daya
ingat.
Ilmuwan percaya bahwa otak yang menghasilkan endhorphin
berada pada area yang sama, yang terlibat dalam proses belajar dan
mengingat. Hasil penelitian di Nort Westren University membuktikan
bahwa ketika seseorang sedang mempelajari sesuatu, otak manusia
menghadiahkan dirinya dengan menghasilkan endorphin. Hal ini di
yakini, sebagi penyebab hal-hal baru lebih gampang untuk di ingat dan di
ulang kembali.
Dengan kata lain, belajar mengingat akan lebih mudah di lakukan
apabila terdapat cukup banyak endhorphin dalam otak, suatu kondisi
yang dapat terjadi apabila otak barada pada gelombang Alpha dan Theta.
Ada keuntungan lain yang dapat anda peroleh apabila anda fokus pada
konfigurasi gelombang otak Alpha dan Theta ini, yaitu seseorang akan
lebih mudah untuk mengubah citra diri atau gambaran melalui mental
negatif dirinya menjadi citra diri atau mental positif diri manusia baru.
Drs Subandi MA, menjelaskan bahwa kelenjar endorfina dan
enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata
mempunyai efek mirip dengan opiat (candu) yang memiliki fungsi
menimbulkan kenikmatan (pleasure principle), sehingga disebut opiat
endogen. Apabila seseorang sengaja memasukkan zat morfin ke dalam
tubuhnya, maka akan terjadi penghentian produksi endorphin. Jika
pengguna narkoba, menghentikan secara tiba-tiba, orang tersebut akan
mengalami sakau (ketagihan yang menyiksa dan gelisah); karena otak
tidak memproduksi zat tersebut.
Gelombang Alpha dan Tetha yang menghasilkan zat endhorphin
sangat baik untuk relaksasi. Untuk mengembalikan produksi endhorphin
di dalam otak bisa dilakukan dengan meditasi, shalat yang benar atau
melakukan dzikir, juga berdoa dengan khusyu sampai seseorang bisa sampai pada
kondisi keikhlasan, yang memang dapat memberikan dampak ketenangan,
ketentraman dan juga kedamaian.
Bab 4. Hakikat Ikhlas
“Semakin seseorang mencari kesempurnaan hidup, maka kehidupannya semakin
tidak akan sempurna. Sebab kesempurnaan hidup itu ada, saat seorang hamba
berserah diri secara total pada Allah SWT, dalam ketidak sempurnaan
hidupnya...”
(Muhammad Gatot Aryo Al-Huseini)
Kesempurnaan hidup adalah hal yang paling cita-citakan, dan di
impikan setiap manusia di Dunia ini. Kesempurnaan hidup setiap orang
berbeda-beda, karena setiap manusia memiliki cita-cita dan keinginan
masing-masing. Artinya kesempurnaan hidup manusia tergantung
seberapa besar pencapaian hidupnya atas cita-cita, dan harapan hidupnya
di Dunia. Apabila cita-cita dan harapannya tak sesuai dengan pencapaian
hidupnya maka hidup seorang manusia tidak akan merasa sempurna. Dia
kan kecewa, tidak bahagia, putus asa, tidak ada kepastian, menderita,
tidak di perlakukan adil, hingga memaki dan menghujat Tuhan. Padahal
mungkin apa yang telah ia capai, tak seburuk yang ia pikirkan. Hanya
mungkin beberapa hal yang di inginkan, tak seratus persen berhasil ia
dapatkan, walaupun perjuangannya sudah maksimal.
Sesungguhnya hakikat kesempurnaan hidup bukanlah pada apa
yang seseorang capai atau dapatkan dalam hidupnya, tetapi letaknya
pada apa yang ia ikhlaskan dan ia syukuri. Karena saat seseorang mampu
mengikhlaskan dan mensyukuri apa yang ia capai, dan menyerahkan
segala ketentuan takdir pada kehendak Allah. Maka saat tiu hidupnya
sesungguhnya telah sempurna, karena Allah hanya akan menolong
hamba-hambanya yang berserah diri.
Sejalan dengan ungkapan Ibn Athaillah dalam Al-Hikam :
“Apa pun bersandar pada kehendak Allah SWT, sementara kehendak
Allah tidak bersandar pada apapun.”
Ketika seorang hamba bergantung dan menyadarkan hidupnya
pada kehendak Allah, maka saat itu sesungguhnya hidupnya telah
sempurna. Sebab apapun yang Allh kehendaki tak ada satupun kekuatan
yang mampu menghalanginya. Dan Allah hanya memberikan rehmatnya
pada hamba-hambanya yang berbuat baiak. Bersabar saat di uji, dan
bersyukur saat karunia nikmat datang kepadanya, adalah sikap hamba
Allah yang ikhlas. Ia juga kan berikhtiar semaksimal mungkin dengan
cara-cara yang baik, tapi ia juga tak lupa menyerahkan segala ketentuan
akhir pada kehendak Allah.
Sesungguhnya Allah SWT itu adalah Tuhan yang Maha Berdiri
sendiri, sementara segala makhluk di muka Bumi ini hanya bergantung
pada Allah. Apabila penyadaran atas penyerahan diri seorang hamba
Allah sempurna, maka pengetahuan tentang Zat-Nya yang esa akan
bangkit dari dalam hatinya. Keputusan, kebutuhan dan perbuatannya
adalah bagian dari kehendak dan rencana Allah SWT. Tuhan segala yang
kasat mata dan kasat mata, yang menguasai masa lalu, masa sekarang dan
masa yang akan datang.
“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya, dan
Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. AL-Baqarah : 105)
Tidak ada satu pun kejadian yang terjadi di Muka Bumi ini, kecuali
atas izin dan kehandak Allah. Tetapi bukan berarti hal tersebut membuat
seseorang malas berusaha, diam tak bergerak, menunggu nasib yang
datang padanya. Sebab dengan kehendak-Nya pula lah, bila seorang
hamba ingin memperoleh rahmatnya-Nya ia harus berikhtiar ke arah
kebaikan. Artinya hamba tersebut harus bergerak menjalankan perintah-
Nya, mejauhi segaloa larangan-Nya, mencari nafkaf yang halal dan baik,
hingga rahmat dan karunia Allah menghampiri hamba tersebut.
Sesuai firman-Nya :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. A’ Raaaf : 56)
Menyatukan kehandak hamba dengan kehendak Allh, adalah
hakikat sesungguhnya keikhlasan. Apa-apa yang di cintai olah Allah
SWT, maka hamba itu pun akan mencintainya. Sebaliknya apap yang di
benci oleh Allah SWT, maka hamba itu pun akan membencinya. Pada
akhirnya, ikhlas atau tidak ikhlasnya seorang hamba di tentukan oleh 3
hal.
Pertama, kemurnian niat dan tujuan seorang hamba semata-mata
hanya pada Allah SWT. Kedua, penyerahan diri seorang hamba Allah
secara total, atas segala ketantuan dan kehendak Allah SWT. Dan yang
ketiga, Bersyukur dan Bersabar di segala keadaan. Baik senang maupun
sedih, lapang maupun sempit, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin,
sukses maupun gagal. Saat ujian kelapangan, kekayaan, kesehatan,
kebahagiaan, kenikmatan dan cinta ia sikapi dengan rasa syukur kepada
Allah. Sebaliknya juga saat musibah datang, ia hadapi dengan bersabar
kepada Allah SWT.
A. Memurnikan Niat Dan Tujuan Kepada Allah
Memurnikan niat dan tujuan kepada Allah adalah tahapan pertama
seorang hamba apabila ingin belajar mencapai kondisi ikhlas. Niat dan
tujuan amat menentukan kualitas amal perbuatan seorang hamba Allah,
apabila niat dan tujuannya buruk maka amal perbuatannya pun di
pastikan akan buruk, seindah apapun kemasannya.
Niat dan tujuan amat menentukan arah tindakan seseorang.
Anggota DPR yang niat dan tujuannya untuk memperjuangkan
kesejahteraan rakyat kecil, berbeda perbuatannya dengan anggota DPR
yang niat dan tujuannya sekedar mencari kekuasaan dan memperkaya
diri (korupsi). Lelaki yang mendekati wanita dengan niat dan tujuan
menikah secara baik-baik, berbeda dengan lelaki yang niat dan tujuannya
mendekati wanita utuk berbuat maksiat.
Hamba Allah yang niat dan tujuan hidupnya hanya sekedar
memenuhi hawa nafsunya, berbeda dengan hamba Allah yang niat dan
tujuan hidupnya utuk mencari keridhoan Allh. Karena itu, niat dan tujuan
seseorang, sangat menentukan ikhlas tidaknya seseorang tersebut.
Karena itu, hal pertama yang di lakukan seorang hamba ikhlas
adalah memurnikan niat dan tujuan hidupnya hanya untuk mencari
keridhoan Allah. Saat ia beribadah, ia niatkan tujuan ibadahnya hanya
kepada Allah. Juga saat ia bekerja, niat dan tujuan bekerjanya hanya
untuk mencari keridhoan Allah, akan selalu menjaga tindakannya pada
hal-hal yang disukai Allah, dan akan menjauhi pada hal-hal yang di benci
Allah SWT.
Hamba yang ikhlas, akan menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai
pedoman hidupnya. Jiwa raganya, akan ia fokuskan pada tindakan yang
mendatangkan cinta dan marifatnya Allah. Bukan tindakan-tindakan
yang membuat ia semakin terbudaki oleh nafsu Duniawi, seperti harta
benda, yang membuat ia semakin terbudaki oleh nafsu Duniawi, seperti
harta benda, kekuasaan, dan libido. Tindakan-tindakan yang semakin
menjauhinya dari Allah akan di bencinya, karena niat dan tujuan
hidupnya semata-mata hanya untuk Allah.
Hamba Allah yang ikhlas, akan selalu menjaga kemurnian niat dan
tujuan hanya kepada Allah SWT. Hatinya akan selalu ia jaga dari pada
hal-hal yang membuat ia semakin menghamba pada hal-hal selain Allah.
Harta benda, keluarga, dan popularitas tidak ia jadikan tujuan hidupnya,
tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu
ridho dan cintanya Allah SWT.
Seperti air susu yang berada diantara tahi dan darah, susu tetap
terjaga kemurniannya tidak bercampur anatara tahi dan darah, susu tetap
terjaga kemurniannya tidak bercampur antara tahi dan darah. Kemurnian
niat dan tujuan kepada Allah, dan tidak bercampur atas hal-hal lain selain
Allah adalah hakikat Ikhlas yang sesungguhnya.
Rosullullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal
perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih ridha-Nya. “ (HR. Nasa’i)
“ Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung pada niat!. dan setiap
orang hanya memperoleh menurut apa yang di niatkan. Barang siapa hijrahnya
pada dunia yang ingin di dapatkannya, atau wanita yang hendak di nikahinya,
maka hijrahnya kepada apa yang di tujunya. “ (HR. AL-Bukhay, Muslim, Abu
Daud, At-Tirmiday, dan An-Nasa’i)
Segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan hanya amal yang
diniatkan dengan ikhlas dan mencari keridhaan Allah lah yang akan di
terima di sisi Allah. Tetapi niatnya telah terkotori, dan keikhlasan hamba
tersebut di ragukan. Seperti pendapat Al-Ghazali tentang ikhlas :
“Ketahuilah bahwa segala sesuatu digambarkan mudah bercampur dengan
sesuatu selainnya. Jika bersih dari percampurannya dan bersih darinya, maka
itulah yang disebut murni. Perbuatan yang pernah dan murni disebut ikhlas“
Sesuai firman Allah :
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam
perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan
bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An-Nahl : 66)
Ikhlas adalah sebuah kemurnian niat, ucapan, tindakan, dan
perbuatan yang benar-benar di tujukan untuk mengharap keridhaan
Allah SWT. Cuma Allah tujuannya, bukan yang lain, tak boleh bercabang,
tak boleh ternodai oleh tujuan-tujuan yang lain. Kalau bercampur atau
bercabang, apapun tindakannya, keikhlasannya atau luntur, dan tidak
diterima oleh Allah. Selain itu, ternyata ikhlas menempati posisi penting
dalam beragama.
Sebab menurut AL-Ghazaly:
“Semua orang itu binasa kecuali orang-orang yang berilmu, dan orangorang
berilmu juga binasa kecuali orang yang mengamalkannya, dan para
pengamal juga akan binasa, kecuali orang-orang yang ikhlas”.
Artinya, sebanyak apapun ilmu dan amal yang manusia lakukan
dalam kehidupannya tak ada gunanya, kecuali ada keikhlasan di dalam
hatinya. Ilmu dan amal seseorang akan menjadi tak berguna bahkan siasia
apabila tidak ada keikhlasan dalam ilmu dan amalnya.
Sebagian ulama juga berpendapat:
“Ilmu itu laksana benih, Amal perbuatan itu laksana tanaman, dan airnya
adalah Ikhlas.”
Amal tanpa ikhlas di ibaratkan raga tanpa jiwa, raga tak akan
berguna tanpa jiwa yang memberikan makan dan arti. Begitu pun amal
perbuatan seoarang hamba tak akan memiliki makna dan arti, tanpa
keikhlasan.
Untuk menanam, menumbuhkan, dan merawat pohon keimanan.
Seorang hamba harus menanam benih ilmu yang bersumber pada Al-
Qur’an dan hadist, lalu mengamalkannya me lalui amal ibadah maupun
amal muamalah dengan memurnikan tujuan hanya kepada Allah, lalu
menumbuhkan dan merawatnya dengan air keikhlasan, yang akan
mengokohkan keimanan seorang hamba Allah, hingga memperoleh cinta
dan makrifat-Nya Allah.
Sesuai dengan pernyataan hadist qudsy :
“Allah berfirman ; kecintaan-Ku layak di miliki orang-orang yang saling
mencintai karena aku, kecintaan-Ku layak dimiliki orang-orang yang saling
menyembung tali persaudaraan karena Aku. Kecintaan-Ku layak dimiliki orangorang
yang saling memberi nasihat karena Aku, kecintaan-Ku layakdi miliki
orang yang saling memberi (Shadaqah) karena Aku. Orang-orang yang saling
mencintai karena Aku berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya,
yang kedudukan mereka sama dengan kedudukan para Nabi, Shiddiqin, dan
Syuhada.” (Hadist Qudsy, riwayat Ahmad dan Ath-Thabrany)
Dari abu Ummah, Rosullullah juga bersabda:
”Barang siapa mencintai karena Allah, emmbenci akrena Allah, memberi
(shadaqah) karena Allah, dan menahan diri akrena Allah, amak imannya menjadi
sempurna.” (H.R Abu Daud)
Jadi hakikat ikhlas adalah menurnikan niat dan tujuan tindakan
apapun hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Baik pada amal
ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan shadaqah. Juga pada amal
muamalah seperti aktivitas Sosial, Budaya, Ekonomi, Politik, Pendidikan
dan Seni.
1.1 Mengawali Seseatu Dengan Bismillah
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
(QS. AL-Fatihah : 1)
Niat dan tujuan kepada Allah, harus selalu di ingatkan dan di
murnikan setiap waktu, juag di segala keaadaan. Sebab potensi
melencengkan keikhlasan niat dan tujuan seseorang, akan selalu mengntai
melalui hawa nafsu dan tipu daya syetan. Karena itu seorang hamba
harus senantiasa mengontrol niat dan tujuannya, hanya untuk mencari
keridhaan Allah SWT. Agar ke ikhlasan di hatinya senantiasa terjaga, tak
mudah di goyang, dan tetap kokoh berdiri hanya kepada Allah SWT.
Cara termudah agar seorang hamba mampu manjaga keikhlasan di
hatinya adalah dengan mengawali segala aktifitas dalam kehidupannya
baik ibadah maupun muamalah dengan ucapan “Bismilah” (Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lag Maha Penyayang). Ketika
seorang akan tidur, maka ia akan mengawalinya dengan ucapan bismillah.
Saat hamba tersebut akan mulai bekerja , maka ia akan mengawalinya
dengan ucapan Bismillah.
Mangawali setiap aktifitas dengan Bismilah, akan membuat aktifitas
hamba bernilai ibadah, dan hal tersebut merupakan ciri-ciri hamba Allah
yang ikhlas. Hamba yang ikhlas akan mengawali segal langkah, dan
tindak-tanduk dalam hidupnya sebelum ia ambil keputusan, ia
kembalikan terlebih dahulu kepada Allah. Sebab apa bila sebuah tindakan
telah di ridhai Allah, di cintai Allah, dan Allah tidak membencinya. Paling
tidak di pastikan tindakannya tersebut, tidak bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Hadist. Sebab apabila sebuah tindakan yang di benci Allah,
walaupun di awali dengan Bismillah, maka ucapan itu tetap sia-sia.
Mnusia itu di wajibkan shalat oleh Allah hanya 25 menit sehari,
apabila sekali shalat menghabiskan waktu 5 menit. Ibadah puasa hanya 30
hari setahun, ibadah zakat setahun sekali, dan ibadah haji hanya seumur
hidup sekali. Di luar itu, hamba Allah di berikan waktu yang luas dan
banyak sekali untuk beribadah serta mencari ridha Allah SWT. Kalau
ibadah shalat hanya 25 menit sehari, berarti ada 23 jam 35 menit waktu
yang tersisa, dan waktu luang itu sangat luar biasa bila di pergunakan
untuk mengejar makrifat dan cintanya Allah.
Sungguh lalai manusia yang hanya mengandalkan ibadah wajibnya
untuk menghadap Allah di akhirat nanti. Apalagi kalau hamba tersebut
menyadari, ibadah wajibnya masih belum sempurna. Kalau seorang
hamba menyadari pencapaian penghambaannya, dan merasakan ibadah
wajibnya masih belum cukup untuk mempertanggung jawabkan amal
perbuatannya di hadapan Allah. Maka hendaklah hamba tersebut
memperbanyak Ibadah dan pengabdian lain di luar ibadah wajib.
Manfaatkan 23 jam 35 menit sisa waktu yang di berikan Allah
untuk memperbanyak pengabdiannys, dengan memurnikan niat dan
tujuan setiap aktifitasnya untuk mencari keridhoan Allah SWT. Sebab
ketika sebuah amal di niatkan karena Allah dengan mencari keridhoan
Allah SWT. Dan di niatkan karena Allah dengan bismillah, maka amal
tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah. Tetapi sebaliknya, apabila amal
perbuatannya di niatkan hanya untuk menyombongkan diri, atau sekedar
memenuhi hawa nafsunya, maka amalnya itu sia-sia di mata Allah,
walaupun amalnya itu berupa shalat, puasa, dan zakat.
Karena itu ikhlas amat sangat penting, untuk mengawali segala
aktifitas manusia dalam kehidupan, baik ibadah maupun muamalah.
Dengan ikhlas, ibadah, dan muamalah apapun yang di kerjakan manusia
pasti akan bernilai ibadah di sisi Allah. Tetapi ibadah dan muamalah
apapun yang di kerjakan dengan niat kesombongan atau hawa nafsu,
maka amalnya tersebut akan sia-sia, bagai debu-debu yang berterbangan.
Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 264)
Mengawali segala aktifitas dan perbuatan dengan “Bismillah”,
sangat penting untuk menjaga keikhlasan seorang hamab dalam ber
amal. Sebuah kata sederhana “Bismillahirrormanirrohim” (Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), tapi memiliki makna
yang sangat luar biasa bagi kehidupan manusia. Bahkan bisa jadi
kebiasaan mengawali aktifitas dengan “Bismillah” secara ikhlas, akan
menyelamatkan hidup hamba Allah tersebut di Akhirat nanti.
Para Ulama menjelaskan keistimewaan “Bismillah” ini begitu
menakjubkan. Di terangkan bahwa inti dari Al-Quran yang terdiri 6666
ayat, 114 surat, dan 30 juz itu ada di dalam surat Al-Fatihah. Dan inti dari
surat Al-Fatihah, terdapat pada ayat pertamanya. Yanga berbunyi
“Bismillah hirrormanirrohim” (Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang). Jadi kalau hamba Allah bisa memahami
makna “Bismillah”, maka ia akan otomatis memahami makana surat Al-
Fatihah. Dan apabila hamba Allah tersebut telah memahami makana surat
Al-Fatihah, maka otomatis ia pun akan mudah memahami 666 ayat dalam
Al-Qur’an baik secara tersurat maupun tersirat.
Dan hakikat “Bismillah” adalah “ikhlas”, hamba yang senantiasa
ikhlas hatinya, akan selalu memurnikan niatnya kepada Allah pada
semua aktifitas hidupnya. Ikhlas akan membawa ketentraman dalam
segala aktifitas hidupnya. Apapun hasil yang di tetapkan Allah melalui
usahanya, hamba tersebut akan ia terima dengan ikhlas. Keikhlasan
menerima segala hasil yang Allah tetapkan, akan membeuat hamba Allah
tersebut tentram hatinya.
Ketentraman tersebut akan membuat hamba tersebut menjalanai
hidup dengan pikiran, hati dan tindakan yang positif. Menebarkan nilainilai
positif dalam kehidupan, sekaligus memancing umpan balik energi
positif dalam lingkungan kehidupan hamba tersebut. Orang yang hatinya
ikhlas, akan senantiasa menjalani hidup dengan tentram dan positif.
Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an :
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya, dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus?.” (QS. An-Nisa : 125)
1.2 Memperbaharui Ikhlas Dengan Mengingat Allah
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Rad : 28)
Ikhlas itu tidak mudah, butuh perjuangan dan istiqomah untuk
mancapainya. Setiap manusia mungkin pernah berada dalam kondisi
ikhlas, tetapi tak lama kemudian ujian hidup membawa kemabali dirinya
dalam hawa nafsu dan keosmbongan. Jadi keikhlasan itu harus senantiasa
di jaga, dan menjaga keikhlasan itu lebih sulit dari mencapai ikhlas itu
sendiri. Mencapai kondisi ikhlas itu tidak semudah membalikkan dua
belah tangan, karena hanya orang-orang yang telaj mencapai keilmuan
yang utuh kepada Allah lah, yang dapat derajat keikhlasan.
Karena itu, ikhlas harus selalu di jaga dan di perbaharui, agar
keikhlasan itu tidak hilang dan luntur. Cara memperbaharui ikhlas yang
ampuh, Cuma dengan satu cara yaitu “Mengingati Allah”. Sebab sesuai
firman Allah, hanya dengan mengingat Allah lah hati seorang hamba
menjadi tentram dan damai. Mengingat Allah di setiap waktu akan
membuat seorang hamba senantiasa ikhlas, dan keikhlasan akan membuat
hatinya tentram. Hamba Allah yang selalu mengingati Allah, hatinya akan
selalu tentram di sepanjang waktu.
Hamba Allah yang ikhlas, akan selalu memperbahrui
keikhlasannya dengan mengingat Allah SWT di setiap detik. Hamba
hamba tersebut akan selalu menjaga hatinya, agar tidak ada sedikit pun
dalam hidupnya dirinya melupakan dari mengingat Allah. Hamba yang
ikhlas sesungguhnya adalah, hamba yang selalu menjaga hatinya untuk
selalu mengingat Allah.
Bukan hanya di dalam shalat saja ia mengingat Allah, setelah shalat
pun ia harus selalu menjaga hatinya utnuk selalu mengingat Allah.
Dimanapun ia berada, dalam keadaan apapun hidupnya, dalam situasi
sesulit apapun ujian hidupnya, hamba tersebut akan selalu menjaga
hatinya utnuk selalu mengingat Allah. Karena hanya dengan mengingat
Allah lah, keikhlasan seorang hamba dapat terjaga dan di pelihara dari
segala bentuk tipu daya setan, tipu daya orang-orang kafir dan munafik,
dan perbudakan hawa nafsu dalam diri manusia.
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-
Nisaa’:103)
Allah memerintahkan pada hamba-hamba yang beriman dan
ikhlas untuk selalu mengingat Allah (Dzikrullah) setelah shalat. Baik saat
berdiri, dududk, dan berbaring. Dimana pun dan kapan pun hamba yang
ikhlas harus memperbanyak bertasbih kepada Allah baik pagi hari
maupun sore hari. Dan jangan lah hamba-hamba tersebut masuk ke dalam
golongan orang-orang yang sering lupa hatinya kepada Allah.
Dalam ayat lain, Allah juga berpesan pada hamba-hamba yang
beriman, jagalah dirimu jangan sampai harta benda, istri, dan anakmu
membuat kamu lupa untuk mengingat Allah (Dzikrullah). Karena orangorang
yang demikian termasuk orang-orang yang rugi, merka di bodohi
oleh tipu day setan dan hawa nafsu, saat mereka lupa pada Dzikrullah,
lambat laun mereka akan menjadi tentara-tentara syetan, dan
sesungguhnya menjadi orang-orang yang nyata merugi.
Sesuai firman Allah:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiquun : 9)
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata.” (QS. AZ-Zumar :22)
Mengingat Allah (Dzikrullah) adalah tugas mulia yang amat sangat
penting bagi hamba-hamba Allah yang Ikhlas. Mustahil seorang hamba
mencapai nilai-nilai keikhlasan apabila hatinya membatu kepada
mengingat Allah. Karena itu bagi hamba Allah yang ingin mencapai
hakikat ikhlas, bertasbih lah kepada Allah selalu dengan memujinya di
waktu pagi, petang, siang maupun malam.
Sesuai firman Allah:
“(39.) Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenam (nya). (40.) Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan
setiap selesai sembahyang.” (QS. Qaff : 39-40)
B. Berserah Diri Secara Total Kepada Allah
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.”
(QS. Luqman : 22)
“Semakin seorang manusia mencari kepastian hidup, maka hidupnya akan
semakin tidak akan pasti. Sebelum ia berserah diri secara total kepada Allah SWT,
dalam ketidak pastian hidupnya.”
(Muhammad Gatot Aryo Al-Huseini)
Terkadang dalam kehidupan, manusia selalu ingin mencari
kepastian di dalam hidupnya. Untuk memperoleh kepastian itu, manusia
melakukan berbagai macam cara untuk mencapai kepastian tersebut.
Seperti kepastian rezeki, kepastian karir, kepastian jodoh, kepastian
keselamatan, kepastian kebahagiaan, kepastian dicintai, sampai kepastian
tidak dikhianati pasangan. Tapi dalam kenyataannya, semakin seseorang
berusaha memastikan kepastian tersebut, yang terjadi justru kepastian
tersebut semakin tidak pasti. Akhirnya manusia tersebut semakin hidup
dalam ketidakpastian, dalam perncarian kepastian-kepastian tersebut.
Ternyata penyebab ketidakpastian tersebut, disebabkan manusia
tersebut salah menggunakan cara dan langkah untuk mencapai kepastiankepastian
tersebut. Manusia terkadang terlalu mengandalkan usaha dan
kerja kerasnya sendiri untuk mencapai sebuah kepastian, dan sedikit
menafikan aspek doa yang hanya akan datang kepada dirinya, di saat
manusia tersebut berserah diri secara total kepada Allah SWT dalam
ketidakpastian hidup.“???”(coba evaluasi keberhasilan-keberhasilan dalam
hidup anda?)
“Kenapa begitu?”, Karena sesungguhnya Allah hanya akan memberi
pertolongan hambanya yang berserah diri dalam berbuat kebaikan.
Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat sangat dekat bagi hambahambanya
yang berserah diri. Karena itu apabila seorang hamba ingin
mudah mencapai kepastian hidup, maka hendaklah ia ikhlas dengan
berserah diri, bertaqwa, dan bertawakal kepada Allah.
Sesuai Firman-Nya:
“(2.)...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar.(3.) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya.
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap
sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq : 2-3)
Di zaman modern ini manusia mudah sekali melalaikan
keberadaan dan kekuasaan Allah. Terutama ketika banyak manusiamanusia
modern terlalu mengagung-agungkan kemewahan materialisme,
yang membuat mereka menafikan aspek-aspek spiritual ketuhanan. Dan
dampaknya, pentuhanan “Materi” tersebut berakibat pada kerusakan
moral, kekeringan jiwa, dan kelumpuhan vitalitas dalam manusia.
Sebenarnya “Materi itu apa sih?” dan seberapa besar pengaruhnya dalam
kehidupan manusia, di bandingkan Allah SWT. Ilmuwan Besar Abad 21
Harun Yahya membongkar ini dalam risetnya, beliau membongkar secara
ilmiah modern, hakikat materi yang sesungguhnya “???”.
Seseorang yang sungguh-sungguh dan bijaksana biasanya senang
merenungi Alam Semesta yang di huninya, galaksi-galaksi, planet-planet,
keseimbangan-keseimbangan di dalamnya, daya tarik-menarik dalam
struktur atom, keteraturan yang ditemuinya disegenap pelosok Semesta,
tak terhitung spesies di sekelilingnya, cara spesies-spesies itu hidup,
bakat-bakatnya yang mengagumkan, dan akhirnya, tubuhnya sendiri,
akan seketika menyadari bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang
semua hal itu. Ia akan dengan mudah memahami bahwa tatanan
sempurna dan kepelikan-kepelikan di sekitar dirinya tak mungkin
terwujud dengan sendirinya, namun pasti memiliki seorang Pencipta.
Karena sesungguhnya “Materi” tidak memiliki keberadaan yang hakiki?.
“ Sebenarnya, apa sifat materi sesungguhnya?.”
Materi yang kita lihat, dengar, hirup, kecap dan rasakan selama ini
sesungguhnya hanyalah rangsangan-rangsangan dari sesuatu benda yang
di ubah menjadi isyarat-isyarat listrik, dan isyarat listrik itu menyebabkan
suatu pengaruh di otak kita. Artinya saat kita “Melihat” sebenarnya kita
sedang melihat “Efect Sinyal Listrik” dalam benak kita.
Temuan-temuan ilmiah mutakhir menyatakan, bahwa apa yang
selama ini kita sebut sebagai “Dunia Materi” hanyalah hasil dari otak kita
yang terangsang oleh isyarat-isyarat listrik yang di kirimkan oleh organorgan
indra kita. Manusia hanyalah sebuah citra, segala yang di alaminya
fana dan memperdaya. Dan Alam Semesta ini sebenarnya hanyalah
sebuah bayangan.
Saat kita melihat, seberkas cahaya (foton) bergerak dari benda ke
mata dan melewati lensa di bagian depan mata, lalu dibiaskan dan jatuh
terbalik di retina di bagian belakang mata. Di sini, cahaya yang menerobos
ini di ubah menjadi isyarat-isyarat listrik yang diteruskan oleh neuronneuron
ke bintik kecil yang disebut pusat penglihatan di bagian belakang
otak. Tindakan melihat sebenarnya terjadi di bintik kecil di bagian
belakang otak ini, yang sangat gelap dan kedap cahaya.
Otak itu kedap cahaya; bagian dalamnya gelap gulita. Otak sendiri
tak bersentuhan dengan cahaya. Tempat yang disebut pusat penglihatan
adalah sebuah tempat yang gelap gulita, cahaya tak pernah mencapainya,
begitu gelap sehingga mungkin Anda sendiri belum pernah berada di
tempat seperti ini. Akan tetapi, Anda merasa Dunia benderang dan
berwarna-warni dalam kegelap-gulitaan ini. Alam aneka warna, bentang
Alam yang menyilaukan, semua nuansa hijau, warna-warni buah-buahan,
pola-pola bunga-bungaan, terangnya matahari, semua orang di jalan yang
ramai, kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat, ratusan
pakaian di pusat-pusat perbelanjaan, dan yang lain-lainnya, semuanya
citra-citra yang terbentuk di tempat yang gelap gulita ini. Bahkan saat kita
merasakan cahaya dan panasnya api, bagian otak kita gelap gulita, dan
suhunya tak pernah berubah.
Hal yang sama terjadi pada semua indera kita. Suara, sentuhan, dan
bau. Semuanya itu hanya sebuah kesan yang di sampaikan isyarat-isyarat
listrik di otak. Seperti Indra Pendengaran, telinga luar menangkap suara
dengan daun telinga dan mengarahkannya ke telinga tengah. Telinga
tengah meneruskan getaran-getaran suara ke telinga dalam dan
memperkuatnya. Telinga dalam menerjemahkan getaran-getaran menjadi
isyarat-isyarat listrik, yang lalu dikirimkan ke otak. Sama seperti mata,
proses mendengar akhirnya terjadi di pusat pendengaran di otak.
Sama juga dengan Indra Penciuman, molekul-molekul mudahmenguap
di pancarkan oleh benda-benda seperti vanili atau bunga mawar
mencapai dan berinteraksi dengan reseptor-reseptor di rambut-rambut
halus pada daerah epitel hidung. Interaksi ini diteruskan ke otak sebagai
isyarat-isyarat listrik dan dikesani sebagai bau. Semua yang kita cium,
yang menyenangkan atau pun tidak, tak lain hanyalah kesan otak
terhadap interaksi molekul-molekul mudah-menguap setelah diubah
menjadi isyarat-isyarat listrik dan mengesani sebagi bau.
Hal yang sama terjadi dengan Indra Pengecap, ada empat jenis
reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Reseptor-reseptor ini
terkait dengan empat rasa: asin, manis, asam dan pahit. Reseptor-reseptor
rasa kita mengubah kesan-kesan ini menjadi isyarat-isyarat listrik melalui
serangkaian proses kimiawi dan meneruskannya ke otak. Isyarat-isyarat
ini dikesani sebagai rasa oleh otak. Rasa yang Anda alami ketika makan
coklat atau buah yang Anda sukai merupakan tafsiran isyarat listrik oleh
otak. Anda tak pernah dapat menyentuh benda di dunia luar; Anda tak
pernah dapat melihat, mencium, atau mencicipi coklat. Misalnya, jika
syaraf-syaraf perasa yang berjalan ke otak dipotong, rasa benda-benda
yang Anda makan tak akan mencapai otak; Anda akan sepenuhnya
kehilangan indera pencicip.
Selanjutnya Indra Peraba, ketika menyentuh sebuah benda, semua
informasi yang akan membantu kita mengenali dunia luar dan bendabenda
di dalamnya diteruskan ke otak oleh syaraf-syaraf indera di kulit.
Kesan sentuhan terbentuk di dalam otak kita. Berlawanan dengan
keyakinan umum, tempat kita mengesani sentuhan bukan di ujung-ujung
jari, atau di kulit, namun di pusat pengesan sentuhan di dalam otak kita.
Karena tafsiran otak atas rangsangan listrik yang berasal dari bendabenda,
kita mengalami benda-benda itu secara berbeda, misalnya,
mungkin keras atau lunak, panas atau dingin.
“Materi” hanyalah Dunia kesan yang menipu, tidak mutlak dan
tidak abadi. Sebab ada hal yang lebih mutlak dan lebih abadi di balik
Materialisme yaitu “Allah SWT”. Dan sebenarnya, tak ada beda antara
dunia mimpi dan dunia nyata, karena keduanya kita alami di dalam otak.
Bedanya, Dunia nyata adalah mimpi yang lebih panjang.
“Jadi siapa Sang Pengesan itu, apakah otak???.”
Ketika mengurai otak, kita melihat bahwa otak tersusun dari
molekul-molekul lemak dan protein, yang juga ada pada organismeorganisme
hidup lain. Sebagaimana telah diketahui, intisari proteinprotein
ini sebenarnya adalah atom-atom. Ini berarti di dalam sekerat
daging yang kita sebut “otak” kita, tak ada sesuatu untuk mengamati
citra, membentuk kesadaran, atau menciptakan suatu wujud yang kita.
Atom-atom adalah material yang tak mampu mengamati citra,
membentuk kesadaran, berfikir, merasakan senang dan sedih. Otak juga,
bukan supra material yang mampu melihat, mendengar, menyentuh, dan
merasakan.
“Jadi siapakah Wujud Itu?“
Wujud yang mampu mengesani segal citra di dalm Semesta ini?
Wujud yang memiliki kehendak mengesani semua citra di belantara
Peradaban ini? Wujud tersebut tidak lain adalah “RUH“. Dunia materi
yang di penuhi sekumpulan kesan ini di amati oleh “RUH“ ini. Wujud
yang nyata di alam semesta ini adalah RUH, “Materi“ semata-mata
hanyalah terdiri dari kesan-kesan yang terlihat oleh RUH. Wujud cerdas
yang membaca kalimat ini bukanlah sekumpulan atom dan molekul dari
reaksi kimia antara keduanya (otak), tetapi sesosok “RUH“.
RUH dalam tubuh manusia inilah yang membuat kita hidup.
Lantas kemana ruh tersebut saat kita mati?, kemana perginya RUH
tersebut saat jasad manusia tak bernyawa?. Satu yang harus kita yakini
adalah, RUH tersebut kembali kepada Pencpta-Nya (Allah SWT).
Sosok Pencipta yang menciptakan Materi dan Ruh kemudian
membentuk sosok wujud manusia. Dan RUH tidak tercipta dengan
sendirinya, tetapi ia di ciptakan dan dimatikan oleh Pencipta-Nya
(ALLAH). Pencipta yan tidak akan kita temukan dengan mata telanjang di
Alam Materi (Semesta), karena Dia berada di luar Alam Materi. Tetapi Dia
seungguhnya adalah “Wujud Nyata Yang Sesungguhnya“ sedangkan Materi
(termasuk manusia) hanyalah wujud-wujud semu ciptaan-Nya, yang
harus kita sadari hakikat keberadaannya!!!.
Allah adalah satu-satunya “WUJUD MUTLAK“ yang nyata bagi
hamba Allah yang Ikhlas. Segala sesuatu selain Allah SWT adalah
“Wujud-Wujud Semu“. Dia dimana-mana dan Dia meliputi segala sesuatu.
Dia tidak dapat di lihat oleh mata, tetapi Dia melihat segala yang kelihatan.
Dialah ALLAH Tuhan yang mengendalaikan pendengaran dan
penglihatan. Dan Dia sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher kita
sendiri. Di adalah Tuhan setiap manusia yang meliputi segala sesuatu.
Sesuai firman-firmannya dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat (dengan mereka)...” (QS. Al-Baqarah :
186)
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya
(ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia".” (QS. Al-Isra : 60)
“Dialah yang mengendalikan pendengaran dan penglihatan.“ (QS.
Yunus :31)
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Anaam : 103)
Sesungguhnya Allh itu Maha Dekat, dan Dia Menguasai seluruh
Alam Semesta ini. Atas kehendaknya lah Alam semesta ini bergerak
sesuai orbitnya, kenapa kebanyakan manusia masih ingkar. Sesungguh,
bagi Allah mengelola Alam semesta ini sangatlah mudah.
Sesuai firmannya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit
dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah : 255)
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap;
dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat
menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi
Maha Pengampun.” (QS. Al-Fathiir : 41 )
Jadi untuk apa jutaan manusia di Dunia ini, hidupnya hanya
terbudaki dan ter-exploitasi hawa nafsunya sendiri, terjebak dalam
mengejar harta, kekuasaan, dan libido. Bahkan tanpa sadar ada banyak
manusia yang telah menjadikan tiga hal tadi sebagai berhala-berhala baru
baginya. Yang membuat mereka berpaling dari penghambaan kepada
Allah, padahal berhala-berhala tersebut hanya wujud-wujud semu, yang
menipu dan tidak abadi.
Hanya Allah lah Zat yang maha mutlak dan abadi. Dan dia telah
menurunkan kitab suci Al-Quran di muka Bumi sebagai penerang bagi
hamba-hambanya yang seriman. Kitab yang menjelaskan tentang diri-
Nya, ciptaan-Nya, mulai Alam Semesta, manusia, Peradaban, dan
tanggung jawab serta tujuan pasti akan ia lenyapkan, dan tak ada hal
yang paling pantas di lakukan manusia sebagai ciptaannya selain berserah
diri secara total kepada Allah SWt, dan tulus dan ikhlas menerima segala
ketantuan akhir dari hasil usaha yang manusia lakukan. Dan sudah
sepantasnya lah seorang hamba ciptaan Allah, menggantungkan
hidupnya secara utuh pada penciptaanNya (Allah).
Sesuai firman-Nya :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan” (QS. Ali Imran : 83)
Allah SWT adalah wujud mutlak yang sesungguhnya, dan segala
sesuatu selain Dia adalah wujud-wujud semu, hal ini telah di pahami
sejumlah agamawan dan filusuf sepanjang sejarah. Kaum cendikiawan
Islam seperti seperti Imam Rabbani, Muhyidin Ibn al ‘Arabi, dan Maulana
Jami menyadari hal ini dari ayat-ayat Al Qur’an dan lewat menggunakan
penalaran mereka. Imam Rabbani menulis di dalam kitab Maktubat (Surat-
Surat) bahwa keseluruhan alam materi adalah sebuah “khayalan dan kesan”
dan bahwa wujud yang mutlak adalah Allah :
“Allah…
Hakikat wujud-wujud yang Ia ciptakan semata-mata ketiadaan…
Ia menciptakan semua yang ada di dalam ruang kesan dan khayalan…
Keberadaan alam semesta adalah di dalam
ruang kesan dan khayalan, dan tidak hakiki…
Dalam kenyataan,
Tidak ada apa-apa di luar kecuali Sang Wujud Agung (Ialah Allah)“.
Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam, memperkuat pernyataan Imam
Robbani:
”Alam Semasta itu serba gelap, ia terang hanya karena tampaknya Allah
di dalamnya. Siapa yang melihat Alam Semsta namun tidak menyaksikan Tuhan
(Allah) di dalamnya, padanya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka ia benarbenar
memerlukan cahaya. Dan “Surya“ marifattullah terhalangi baginya oleh
“awan“ benda-benda ciptaan“
Kalau telah jelas Allah adalah wujud mutlak yang hakiki, kenapa
manusia masih ragu beserah diri kepada-Nya “???“.
Dalam penjelasannya yang lain Ibn Athaillah juga mengungkapkan
soal keberadaan Al-Haqq :
“Bagaimana bisa di bayang kan kalu sesuatu dapat menghalang-Nya,
sementara Dialah (Allah) yang menampakkan segala sesuatu?. Bagaimana bisa di
bayangkan kalau sesuatu mampu menghalanginya, bila Dialah (Allah) yang
tampak pada segala sesuatu? Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat
menghalangi-Nya, bila Dialah (Allah) yang ada sebelum ada segala sesuatu?.
Bagaimana bisa di bayangkan kalau sesuatu sanggup menghalangi-Nya, bila Dia
lebih jelas ketimbang segala sesuatu? Bagaimana bisa di bayangkan kalau sesuatu
mampu menghalangi-Nya, sedangkan Dia yang Maha Esa, dan tiada di
sampingnya sesuatu apapun?. Bagaimana bisa di bayangkan kalau sesuatu kuasa
menghalangi-Nya, padahal Dia (Allah) lebih dekat kepadamu dari pada segala
sesuatu?. Bagaimana bisa di bayangkan kalau sessuatu dapat menghalanginya,
sementara seandainya Dia (Allah) tak ada, niscaya tak akan ada segala sesuatu?
Betapa ajaib, bagaimana keberadaan bisa tampak dalam ketiadaan? Atau,
bagaimana sesuatu yang baru bersanding dengan yang Maha Dahulu“.
Adakah sesuatu yang bisa menghalangi kekuasaan dan
kemutlakan Allah di muka Bumi ini. Baik itu materi, harta kekuasaan,
syahwat, cinta, atau apapun yang biasa digunakan untuk pengingkaran
eksistensi Allah, karena hal tersebut hanyalah makhluk-makhluk ciptaan
Allah yang sewaktu-waktu yang mengingkari ketentuan Allah.
Karena itu ikhlas adalah satu-satunya jalan agar keinginan hamba
selaras dengan kehendak Allah. Agar apa yang Allah cintai merupakan
hal yang hamba tersebut juga cintai, agar tindakan manusia tidak terjebak
pada pembangkangan perintah Allah, yang hal tersebut dapat merugikan
manusia tersebut. Cukup Allah saja lah tempat manusia mengambalikan
segala urusan hidupnya. Berserah diri secara total pada segala anugerah
dan karunia yang Allah tetapkan pada hamba tersebut. Jadilah hambahamba
Allah yang ikhlas, dengan berserah diri secara utuh kepada Allah
SWT.
Sesuai firmannya :
“(162.) Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (163.) Tiada sekutu bagiNya;
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah.” (QS. Al-An’aam : 162-163)
1.1 Beserah Diri Dalam Ikhtiar Dan Ketidakpastian
“(9.) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (10.) Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
(QS. Al-Jumuah : 9-10)
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah : 5)
Kehidupan manusia itu dipenuhi oleh ketidakpastian adalah
sebuah keniscayaan. Di akui atau tidak, ketidakpastian hidup selalu
menghantui langkah hidup manusia, menyerang di dalam gelap,
menciptakan ruang hampa dan kecemasan dalam hati manusia. Untuk
menghilangkan kecemasan atas ketidakpastian hidup, banyak manusia
mencari aman dengan bekerja di Perusahaan yang pasti mengaji dia
perbulan, join dengan asuaransi, menikahi seseorang yang sudah pasti
mapan, melakukan sesuatu yang pasti berhasil, menabung uang di
deposito yang sudah pasti bunganya perbulan. Dan memastikan apapun
yang membuat dirinya aman dan bahagia, juga dirinya jauh dari
penderitaan, bahaya dan musibah.
Tetapi ketika manusia berusaha memastikan dirinya aman dan
bahagia, kepastian itu semakin tidak pasti. Apakah apabila dirinya
semakin berusaha memaksakan kepastian, dirinya malah terjebak dalam
kecemasan, kehampaan, dan paranoidsme ketidakpastian. Kenapa banyak
orang harus takut hingga paranoid pada ketidakpastian, padahal dia
memiliki Tuhan yang menjadi sumber penentu segala ketidak pastian di
Muka Bumi ini. Harusnya kita berfikir,“Kenapa Allah menciptakan
ketidakpastian dalam kehidupan manusia?.“
Jawabannya sederhana, “Karena Dia (Allah) menginginkan hambahamba
ciptaannya berserah diri dan menggantungkan segala sesuatunya mulai
dari ucapan, tindakan, dan perbuatannya hanya pada kehendak-Nya Allh SWT“.
Agar hamba tersebut mengakui Kekuasaan-Nya, Keesaan-Nya, Kemaha
Besaran-Nya, Kemaha Agungan-Nya, Karunia Rahmat dan Rezeki-Nya
yang tak terbatas, Kasih Sayang dan Cinta-Nya pada hamba-hambanya
yang ikhlas dan berserah diri di jalan-Nya. Agar semua manusia di muka
Bumi ini mengakui keberadaan Dia (Allah), satu-satunya Zat yang
berkuasa di Alam Semesta ini.
Artinya kalau manusia mau bersikap arif, ketidakpastian hidup
sesungguhnya adalah sarana yang tepat dan efektif untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Moment utnuk berserah diri secara total pada
Allah SWT, mengembalikan segala urusan hidupnya pada kehendak dan
ketentuan-Nya. Dan sesuai kehendak-Nya, kepastian hidup manusia akan
datang di saat seorang hamba Allah berserah diri secara total kepada
Allah SWT.
Pernahkah anda merasa berada dalam ketidakpastian, saat sedang
berikhtiar memperjuangkan sebuah kepastian dalam kehidupan.
Kemudian anda merasa putus asa, karena setelah banyak pengorbanan,
tenaga, dan waktu yang anda investasikan, tak kunjung kepastian itu
datang pada diri anda. Karena putus asa, lalu anda mulai tertekan,
depresi, bahkan kecewa, kemudian mencari-cari kambing hitam. Dalam
kondisi seperti itu, kalau reaksi spontan anda mengeluh, menuntut,
apalagi sampai menghujat Tuhan! Maka anda akan semakin terjebak
dalam lubang penderitaan dan ketidakpastian hidup.
Tetapi kalau reaksi anda berserah diri secara total kepada Allah
SWT, lalu memperkuat kesabaran dan rasa syukur, dan membingkainya
dalam frame keikhlasan. Maka pertolongan Allah akan datang di situ,
memberi kepastian atas segala ikhtiar anda. Di sana Allah menunjukkan
kekuasaannya, dan manusia harus sadar diri, janganlah dirinya sombong
dulu dan sumbar mengatakan segala hasil yang ia dapat merupakan
ikhtiar dan jerih payah dirinya, bahkan ia menganggap Allah SWT tidak
memiliki prenan sama sekali dalam menentukan hidupnya.
Ketidakpastian hidup sebenarnya adalah kunci penghambaan
seorang manusia kepada Allah SWT. Titik dimana seorang hamba harus
memasrahkan segala urusan hidupnya kepada Allah SWT, kembali ke
jalan yang di kehendaki-Nya, dan bersikap positif dengan mengikhlaskan
apapun takdir yang di tetapkan-Nya. Karena itu kenapa saya mengatakan
“Kepastian hidup itu akan datang apabila Manusia berserah diri secara total
kepada Allah, dalam ketidak pastian hidup.“
Karena hanya Allah lah yang Maha Berkehendak, menentukan, dan
mengabulkan segala keinginan, juga usaha seorang manusia. Karena itu
do’a dan berserah diri kepada Allah, adalah kunci terkabulnya keinginan,
bukan sekedar ikhtiar yang tergesa-gesa dan membabi-buta, apalagi
sampai memaksakan dan berbuat kerusakan di Muka Bumi.
Tetapi pemahaman kepasrahan total pada Allah jangan di artikan,
bahwa seorang hamba berhak untuk pasif tanpa ikhtiar sedikit pun.
Karena hamba Allah yang berserah diri kepada Allah, adalah hamba yang
berikhtiar ke arah kebaikan. Langkah dan tindakannya ia gunakan
sepenuhnya untuk beribadah kepada Alalh, saat dia sholat sesungguhnya
dirinya telah mengikhtiarkan tubuhnya untuk beribadah kepada Allah.
Saat ia mencari nafkah dan karunia Allah, hamba tersebut menjaga agar
tindakannya tetap berada pda kebaikan dan di ridhai Allah SWT.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. AL-Araaf : 56)
Hamba Allah yang berserah diri dalam keikhlasan, ikhtiar
Duniawinya dalam mencari karunia Allah akan senantiasa di isi dengan
mengingat Allah sebanyak-banyaknya, agar dirinya beruntung. Sesuai
firmanya dalam surat Al-Jumuah ayat 10, apabila hambanya telah selesai
sembahyang maka ia di perintahkan untuk mengingat Allah sebanyak
mungkin dalam ikhtiarnya kalau ia inginberuntung.
Karena hanya orang-orang yang berserah diri kepada Alalh dalam
ikhtiarnya, yang akan beruntung, dan memperoleh hasil serta
ketidakpastian yang baik. Karena itu, keikhlasan seorang hamba akan
membawa dirinya pada penyerahan diri secara utuh kepada Allah.
Mencintai karena Allah, membenci karena Allah, berikhtiar karena Allah,
belajar karena Allah, melakukan apapun untuk mencari keridhoan dan
makrifatnya Allah.
Berserah diri kepada Allah adalah hakikat keikhlasan. Hamba
Allah yang ikhlas setelah dirinya memurnikan niat dan tujuan kepada
Allah, maka ia akan menyerahkan dirinya secara total kepada Allah.
Setiap detik waktu, dalam hidupnya akan senantiasa ia habiskan untuk
mengingat Allah dan mencari cinta serta keridhoan-Nya.
Hawa nafsu dalam dirinya tak sanggup lagi meng-exploitasi dengan
membudaki dirinya, setan-setan di buat putus asa karena usahanya untuk
menjauhkan manusia dai Allah SWT gagal total. Hingga hamba tersebut
selalu di jauhkan dari keburukan, musibah, dan ketidakpastian hidup.
Bukan dia tidak pernah di timpa musibah dan ketidakpastian, tetapi
ketika Allah menguji dia dengan musibah dan ketidakpastian, Allah SWT
akan menyelamatkan-Nya kembali karena hamba tersebut “Berserah Diri“
secara total hanya kepada Allah.
C. Bersabar Dan Bersyukur Di Segala Keadaan
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah : 153)
“...(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada
kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”.
(QS. Al-Araf:126)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
(QS. Ibrahim : 7)
Sabar dan syukur adalah senjata pamungkasnya orang-orang
ikhlas, terutama dalam menghadapi segala ujian dan cobaan kehidupan.
Sebab sabar dan syukur adalah benteng pertahanan pertama yang
sanggup melindungi, saat ujian dan cobaan kehidupan menghadang. Apa
pun masalah dan musibahnya, bersabar dan syukur adalah langkah
pertama yang harus di lakukan hamba Allah yang ikhlas, agar
pertolongan dan karunia Allah datang menyelesaikan persoalan
hidupnya.
Sabar dan ikhlas bukanlah senjata sembarangan, bagi hamba yang
ikhlas sabar dan syukur adalah senjata mutakhir yang kekuatannya
mampu menyelesaikan segala ujian dan cobaan kehidupan. Sabar dan
syukur mampu membuat manusia lemah menjadi kuat, manusia yang
miskin menjadi kaya, manusia yang pesimis menjadi optimis, manusia
yang bodoh menjadi pintar, manusia yang jahat menjadi baik. Apapun
sukunya, apapun profesinya, apapun jenis kelaminnya, apapun statusnya
sosialnya, kalau ia ikhlas dan mampu mengimplementasikan sabar dan
syukur dalam kehidupan. Maka pertolongan dan karunia Allah akan
datang kepadanya, menyelesaikan apapun persoalan hidupnya.
Sebab kesabaran seseorang akan mampu menolongnya dari segala
musibah dan bencana, dan rasa sykukur akan membuat Allah
menurunkan karunia dan nikmatnya, lebih banyak dari rezeki yang telah
Allah berikan kepadanya terdahulu.
“Sabar dan Syukur adalah penyeimbang antar penderitaan dan
kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Sabar menentramkan hati hambanya
yang menderita, dan putus asa. Sedangkan syukur menentramkan hati hamba
yang senang dari kesombongan.” (Muhammad Gatot Aryo Al-Huseini)
Kehidupan manusia itu tidak akan terlepas dari dua situasi.
Pertama, saat seseorang mengalami penderitaan. Dan yang kedua, saat
seseorang mengalami kebahagiaan. Penderitaan dan kebahagiaan
bagaikan roda yang berputar terus silih berganti, datang dan pergi seperti
siang dan malam, juga panas dan hujan. Tak ada manusia di Dunia ini
yang hidupnya bahagia terus menerus, tanpa mengalami penderitaan
dalam hidupnya. Dan tak ada juga manusia di Dunia ini yang hidupnya
menderita terus menerus, tanpa pernah sekalipun merasakan kebahagiaan
dalam hidupnya. Dua situasi itu akan terus menghantui kehidupan
manusia sepanjang waktu, dari ia di lahirkan hingga akhir hayatnya.
Kebahagiaan hadir agar manusia memahami makan dan arti
penderitaan, sebaliknya penderitaan juga hadir agar manusia memahami
arti dan makna bahagia. Apabila seseorang ingin mencapai kebahagiaan,
maka ia harus mencapainya dengan penderitaan. Tapi juga jangan terlalu
terlena dengan kebahagiaan, karena apabila kadarnya telah cukup maka
penderitaan akan kembali menghampiri dirinya, untuk menuntut
keseimbangan. Tanpa penderitaan manusia tidak akan pernah mencapai
kebahagiaan, sebaliknya sebuah kebahagiaan pun tak akan pernah
tercapai tanpa penderitaan.
Manusia tak perlu mempermasalahkan kebahagiaan dan
penderitaan, karena itu merupakan ketetapan Allah yang merupakan
sunnahtullah, yang tak bisa di ganggu gugat keberadaannya kecuali
manusia meninggalkan Dunia (wafat). Yang perlu manusia lakukan,
adalah mengentisipasi kebahagiaan dan penderitaan, apabila hal tersebut
mendatangi kehidupannya. Caranya adalah dengan BERSABAR apabila
penderitaan ia alami, tapi jangan bersedih karena Allah akan
membayarnya ujian tersebut dengan kebahagiaan yang sebanding. Juga
BERSYUKUR lah saat kebahagiaan kita alami, semoga Allah SWT melipat
gandakan nikmat dan karunianya. Dan Allah akan menjaga
keseimbangan penderitaan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia
secara adil.
Sesuai firmannya :
“(7.) Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan). (8.) Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu (9.) Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu.” (QS. Ar-Rahman :7-9)
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?” (QS. Al-Mulk : 3)
Neraca yang Allah letakkan dan tegakkan dengan adil dan
seimbang itu adalah Sunnatullah, takdir hidup manusia yang akan Allah
tegakkan dengan adil dan seimbang. Sabar dan Syukur adalah upaya
hamba-hamba Allah yang ikhlas, untuk menjaga keadilan dan
keseimbangan neraca (takdir) yang telah Allah tegakkan di muka Bumi
ini. Menjaganya dari ujian kebahagiaan dan penderitaan, agar hatinya
tetap tentram dan tenang dalam keimanan juga kepasrahan yang kuat
pada Allah SWT.
Sabar dan syukur adalah katalisator keseimbangan agar kehidupan
manusia senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang di kehendaki
Allah. Jalan keadilan yang menentramkan, dan mendamaikan kehidupan
manusia. Karena itu hamba yang ikhlas tidak akan bersedih apabila
penderitaan mengujinya karena ia memiliki senjata “kesabaran”, dan juga
apabila hamba tersebut bahagia, dirinya tidak akan menjadi sombong dan
lupa diri karena ia memiliki senjata “bersyukur”. Dua senjata inilah yang
membuat seorang hamba senantiasa hidup dalam rasa tentram, dan
damai, apa pun ujian hidupnya.
Allah memerintahkan manusia bertindak sesuai batas-batas yang
telah di tetapkannya. Jangan sekali-kali malampaui batas Neraca
(Sunnatullah) yang telah di tetapkannya, karena hal tersebut akan
membawa kerugian dan azab bagi manusia yang melampaui batas.
Apabila manusia mendapat karunia dan nikmat, lalu ia menyombongkan
diri, lupa diri, riya, berfoya-foya hingga kufur nikmat. Maka
sesungguhnya manusia tersebut telah melampaui batas, dan hal tersebut
akan berakibat buruk untuk dirinya. Begitu juga. Begitu juga apabila
manusia mendapat cobaan dan musibah, lalu ia putus asa, depresi, stres,
mengeluh, menuntut, hingga menghujat Tuhan. Maka sesungguhnya
manusia tersebut juga telah melampaui batas (Neraca), dan hal tersebut
akan berakibat buruk bagi dirinya.
Sabar dan syukur adalah jawaban dari Allah agar seorang manusia
mampu menjaga keikhlasan di hatinya. Supaya hati dan pikirannya tetap
fokus dalam kemurnian niat, dan tujuan hanya kepada Allah, berserah
diri secara total dalam segala aktifitasnya, juga menjaga keimanannya
hanya kepada Allah saja. Dan hamba Allah yang ikhlas akan selalau
memohon ampunan dan rahmatnya.
Sesuai Firman Allah dalam Al-Qur’an :
“Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan
Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik.".” (QS. Al-Muminuun : 118)
Allah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis dengan seimbang,
dan Dia benar-benar menciptakan dari hal yang mikrokosmos seperti atom
yang lebih kecil dari itu, hingga hal yang makrokosmos seperi galaksigalaksi,
planet-planet dengan keadaan seimbang. Dan Allah menentang
manusia untuk mengkaji dan meneliti kembali ciptaannya, adakah satu
ciptaannnya dari yang mikrokosmos hingga yang makoikosmos, yang Allah
ciptakan tidak seimbang “???”. Sungguh, Maha Besar Allah yang
menciptakan segala sesuatu di muka Bumi ini dengan seimbang, tanpa
cacat sedikit pun.
Begitu pun kehidupan, Allah menurunkan Agama Islam sebagai
agama yang di ridhainya, dengan nilai-nilai yang menjaga keseimbangan
dalam kehidupan manusia. Islam adalah agama yang nilai-nilai ajarannya
menjaga keseimbangan sosial (Puasa), keseimbangan Ekonomi (Zakat dan
Shadaqah), kesimbangan Politik (Sholat), dan keseimbangan Ideologi
(syahadat). Dan Allah menurunkan Al-Qur’an dan Hadist untuk menjaga
kehidupan manusia agar tetap seimbang dan adil.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran, memerintahkan agar
manusia menjaga sendiri keseimbangan hidupnya, agar hambanya
senantiasa bersabar dan bersyukur di segala keadaan hidup, baik senang
maupun sedih, bahagia maupun sengsara, kondisi lapang mauapun
sempit. Karena hanya dengan bersabar dan bersyukur lah manusia akan
mencapai titik keseimbangan dalam hidup, yang mana hal tersebut akan
membuat dirinya tentram dalam keikhlasan.
Sabar dan syukur adalah hakikat keikhlasan, hamba Allah yang
ikhlas secara otomatis akan mengimplementasikan kesabaran dan
syukurnya dalam setiap langkah-langkah hidupnya. Penderitaan dan
kebahagiaan hidup, tidak akan membuat dirinya jauh dari Allah, jauh dari
ridha dan cinta-Nya, apalagi sampai menafikan keberadaan-Nya.
Sebaliknya, hal tersebut malah semakin memperkuat keimanannya,
keikhlasan dan kepasrahannya kepada Allah SWT. Tuhan semesta Alam,
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai di hari pembalasan.
Hanya kepada Allah lah manusia menyembah, dan hanya kepada Dialah manusia
mohon pertolongan. Semoga manusia di Dunia ini di tunjukan jalan yang lurus.
Yaitu jalan orang-orang yang telah Dia anugrahkan nikmat, bukan jalan orangorang
yang di murkai atau yang di sesatkan-Nya.
1.1 Bersabar Dalam Suka Dan Duka
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.
Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. AZ-Zumar : 10)
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung” (QS. Ali-Imran : 200)
Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang
sabar. Bersabar adalah senjata hamba Allah yang ikhlas, saat hamba di uji
kesusahan, kesempitan dan cobaan hidup. Tetapi saat seorang hamba
memperoleh kebahagiaan, bukan berarti ia tak perlu bersabar. Justru saat
manusia mendapat karunia dan rezeki dari Allah, di situ ia harus bersabar
untuk tidak terlena, berlebihan, sombong, riya, hingga kufur nikmat.
Karunia dan rezeki yang di berikan Allah adalah amanah, juga titipan
yang harus di manfaatkan dengan baik hambanya. Hamba Allah yang
ikhlas akan bersabar dari harta benda, jabatan, dan anak-anak yang di
milikinya, agar tidak terpancing bujuk rayu hawa nafsu dan setan untuk
menggunakan di jalan yang buruk, dzalim, dan merusak.
Sabar dalam kebahagiaan, adalah tindakan seorang hamba untuk
mengkontrol dirinya agar harta benda ataupun karunia ayang ia miliki,
tidak membuat dirinya semakin jauh dari Allah. Apalagi sampai manusia
tersebut sombong, angkuh, arogan, di hadapan manusia dan Allah. Justru
kesabaran seorang hamba pada nikmat yang Allah berikan, membuat
dirinya semakin tawadhu, tenang, dan bersyukur di hadapan Allah.
Sesuai firman-Nya :
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiquun : 9)
Kesabaran seorang hamba pada nikmat-nikmat Allah, membawa
dirinya semakin taat beribadah, memperbanyak Zakat dan Shadaqah.
Banyak menolong kesusahan orang lain, juga berbuat kebaikan. Karunia
yang Allah berikan, ia gunakan pada hal-hal yang di ridhai dan cintai.
Dengan amal-amal yang bermanfaat dan memaslahatkan umat manusia.
Sabar membimbing seorang hamba pada ketaatan pada Allah SWT.
Sebab fatamorgana kehidupan, sering membius seseorang pada ilusi
hidup. Dengan keindahan dan kesenangan hawa nafsu yang menipu dan
menyesatkan, membuat banyak manusia terjebak pada penghambaan
hawa nafsu.
Penghambaan hawa nafsu, jelas akan menjauhkannya dari Allah.
Sesungguhnya Allah menguji hamba-hambanya dengan perintah dan
larangan, dan hamba Allah yang ikhlas akan bersungguh-sungguh
menjalani ujian Allah sebagai bukti bahwa dirinya siap berkorban untuk
menggapai ridha dan cinta-Nya Allah.
Apabila di antara hamba Allah ada yang hidup sebagai seorang
yang berprofesi “Pemulung”. Walaupun ia menjalani hidup dengan
kemiskinan, tak seharusnya ia mngeluhkan nasib yang ia alami. Mungkin
ia telah berusaha keras untuk keluar dari kemiskinan, mencari karunia
Allah dengan profesinya sebagai Pemulung sampah, untuk di jual
kembali. Tetapi hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, padahal ia sudah rajin beribadah, dan tak pernah lupa
menjalankan shalat setiap hari.
Tapi kenapa Allah tidak segera membuatnya kaya? karena ia rajin
ibadah dan berdoa kepada Allah. Dan yang paling membuat hamba itu
kecewa adalah kenapa orang lain yang shalatnya tidak rajin seperti
dirinya, tapi kenapa mereka lebih mudah mendapatkan uang dan harta
benda hingga muncul pertanyaan-pertanyaan negatif dalam hatinya,
“Apakah ini sudah menjadi takdir hidupku?”. Atau “Apakah Allah telah
bersikap tidak adil padaku?.”
Disini lah Allah menguji hambanya, apakah ia benar-benar ikhlas
dan sabar kepada-Nya. Saat hamba yang bekerja sebagai pemulung tadi
kecewa dengan kemiskinan hidupnya, lalu bersikap negatif kepada Allah
dengan mengeluh, mengutuk, hingga menghujat Allah. Lalu ia tidak bisa
menjaga kesabaran hatinya. Untuk konsisten menjaga keikhlasannya
selama ia hidup hingga detik-detik terakhir dirinya mengeluh, Allah tetap
tidak mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Justru di saat Allah menguji hambanya dengan kemiskinan dan
kesempatan hidup, disana ia seharusnya tetap menjaga presangka bainya
kepada Allah. Memperkuat dirinya dengan kesabaran, dan ia perkuat lagi
walaupun kekecewaan dan ketidakpuasan hawa nafsunya terus
menghantui. Kemudian hamba tersebut segera memasrahkan dirinya
dengan bertawakal secara total kepada Allah, dengan rasa cinta, ketaatan,
dan penghambaannya yang tulus. Hamba tersebut juga, tak perlu
mencampur adukan hal-hal yang telah di jamin Allah (Rezeki, Jodoh dll),
dengan hal-hal yang Allah tuntut dari hambanya (Ibadah dengan Ikhlas).
Ibadah seorang hamba tak ada hubungan kausalitas (sebab-akibat)
dengan rezeki, jodoh dan nasib yang telah di tentukan dan di jamin oleh
Allah pada hamba-hambanya. Saat hamba Allah mengharapkan kekayaan
atas pengorbanan ibadah, sesungguhnya ia sedang di uji apakah
ibadahnya benar-benar ikhlas hanya untuk Allah, atau karena
kepentingan-kepantingan lain selain Allah “???”.
Hamba Allah yang ikhlas harus haqqul yakin bahwa Allah SWT
akan menganugrahkannya hal-hal yang terbaik untuk dirinya dan
keluarganya. Sebagai hamba yang beriman kepada Allah dan Rosulnya, ia
harus yakin bahwa doa umat-Nya pasti akan di kabulkan, meskipun tidak
instan saat itu juga. Seandainya doanya tidak di kabulkan di Dunia,
mungkin Allah akan mengabulkannya di Akhirat. Sebab, orang yang
sabar adalah manusia yang paling di sayang oleh Allah SWT.
Kalau kita membandingkan kesabaran para Nabi terdahulu dengan
kita, ibarat sebutir pasir di lautan padang pasir. Kisah-kisah kesabaran
para Nabi, dalam menyebarkan risalah Allah penuh dengan ujian dan
tantangan. Termasuk Nabi Besar Muhammad SAW contohnya,
bagaimana beliau menghadapi berbagai cobaan dan perjuangan dalam
menegakkan agama Allah SWT di Muka Bumi ini. Contoh lain Nabi
Ayyub dengan penyakitnya, beliau mampu menghadapi penderitaan dan
cobaan. Demikian juga Nabi Nuh dan Nabi Hud yang di caci maki
kaumnya ketika menyampaikan risalah Tuhan.
Dengan mengambil pelajaran dari kesabaran para Nabi terdahulu
itulah, seorang hamba harusnya memahami bahwa ujian dan kesulitan
yang ia alami belum seberapa bila di bandingkan ujian para Nabi
terdahulu. Apalagi walaupun kita miskin, Allah masih menganugrahkan
rezeki hingga kita masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
kesabaran para Nabi terdahulu hendaknya menjadi motivasi tersendiri,
untuk seorang hamba Allah yang ikhlas belajar kesabaran. Sebab belum
teruji kesabaran seorang hamba, sebelum ia mampu bersabar dalam
musibah dan cobaan.
Kemiskinan hanyalah sebagian kecil dari cobaan Allah kepada
hamba-Nya. Dan bukan berarti yang di anugrahi kekayaan tidak di uji
oleh Allah, justru kekayaan yang ia miliki adalah ujian dari Allah apakah
ia mampu bersabar atas harta benda yang ia miliki. Jangan sampai
anugerah kekayaan yang hamba tersebut miliki, membuat dirinya
sombong dan jauh dari Allah. Banyak hamba Allah yang di uji
kemiskinan, tetapi ia berhasil melewati dengan sabar. Tetapi banyak dari
hamba yang di uji kekayaan oleh Allah tetapi sedikit sekali yang berhasil
melewatinya dengan kesabaran untuk tetap di jalan Allah.
1.2 Bersyukur Dalam Suka Dan Duka
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain
Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak
ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”
(QS. Fathir : 3)
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 34)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".”
(QS. Ibrahim : 7)
Bersyukur adalah senajata seorang hamba yang ikhlas saat ia di uji
karunia kebahagiaan, agar hamba tersebut tetap menajga hatinya hanya
kepada Allah SWT. Agar ia tetap menyadari hakikat dirinya di hadapan
Allah, agar ia tidak merasa sombong, riya, dan kufur.
Allah telah menciptakan Alam Semesta. Akal manusia tidak bisa
bayangkan ukuran dan fungsi jagat raya yang kita huni. Kira-kira
terdapat 300 milyar galaksi di jagat raya. Galaksi Bima Sakti kita adalah
salah satunya. Di dalamnya ada 250 milyar bintang. Matahari adalah salah
satunya. Dengan kata lain, masih lebih banyak bintang di jagat raya dari
pada butiran pasir di seluruh pantai di dunia, dan matahari kita hanya
seperti sebutir pasir. Bumi tempat kita berpijak tidaklah lebih luas dari
sebutir pasir.
Subhanallah, sebagai manusia kita hanyalah makhluk kecil
penghuni Bumi, kita ini bukan apa-apa di bandingkan ukuran jagad raya
ciptaan Allah ini. Anehnya kenapa manusia yang lemah ini, merasa begitu
besar darinya, lalu melupakan kenyataan dirinya di hadapan Allah SWT.
Sebagai manusia, mahluk kecil yang menghuni bumi, dia bukanlah
apa-apa dibandingkan dengan ukuran jagat raya. Namun kadang
manusia melupakan semua ini, bahkan merasa dirinya besar. Dia hidup
dengan penuh kesombongan. Dia lupa bahwa dia adalah mahluk lemah
ciptaan Allah, yang suatu hari akan mati dan harus menghitung amalnya
di hadapan Allah. Lebih jauh lagi, dia terbuai dengan urusan dunia, yang
ukurannya tidak lebih besar dari sebutir pasir bila dibandingkan dengan
jagat raya.
Dan semua orang akan segera mati dan di kubur dalam lubang
kecil di bumi. Sebelum mengantarkannya pada hari akhir, Allah pasti
akan menunjukkan bahwa dia itu begitu lemah. Jika tidak mati muda,
contoh ketidakberdayaan manusia di dunia adalah ketika ia menjadi tua
renta. Ituadalah tanda-tanda bahwa ia harus berserah diri dan bersyukur
kepada Allah.
Terima kasih Allah, yang telah mengkuatkan tubuh yang lemah ini,
yang telah memberi makan perut yang lapar ini, yang telah menghalalkan
istri untuk menyalurkan syahwat ini, yang telah mengamanatkan Bumi
untuk di kelola dengan baik dan bermanfaat bagi umat manusia, yang
telah mengkayakan hambanya yang fakir, yang telah mempintarkan
hamba yang bodoh ini. Jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang mampu
mensyukuri nikmat-Mu, bukan justru sebaliknya. Jauhkan lah kami dari kufur
nikmat, riya, dan sifat sombong di hadapan-Mu.
Kebanyakan manusia modern menghabiskan hidupnya dengan
kesibukan Dunia, sehingga melupakan pada penghambaannya kepada
Allah. Seperti berjalan nya waktu, hari, bulan dan tahun. Waktu berlalu
begitu saja dalam sekejap, namun banyak orang yang melupakan hal ini,
mereka merasa dirinya tak akan menjadi tua. Sungguh usia muda yang
mereka pikir tak akan berakhir, sesungguhnya hanya sebentar saja.
Manusia sesungguhnya hidup dalam ketidakberdayaan, kalau
Allah tidak mengucurkan rahmatnya. Meskipun masih muda, di mana dia
selalu merencanakan masa depannya, manusia bisa saja jatuh sakit dan
mati. Jutaan manusia mati di usia muda karena kanker atau penyakit
mematikan lainnya. Masih banyak virus yang tak ada obatnya yang
belum ditemukan. Dan virus yang sangat kecil itu cukup untuk
mengakhiri hidup manusia.
Tak seorang pun bisa memastikan bahwa dirinya tak akan
terserang penyakit. Contohnya, jaringan otak kita bisa rusak tanpa alasan
yang jelas. Kerusakan di otak dapat berakibat fatal. Darah tinggi dapat
merusak sel-sel otak, dan orang dapat kehilangan ingatannya, cacat,
lumpuh, dan mengalami gangguan mental.
Contohnya, Jeremy Clive, mahasiswa hukum Universitas
Cambridge. Ia memiliki mempunyai perencanaan masa depan yang
bagus. Suatu hari, sayangnya, dia jatuh sakit dan pingsan ketika bekerja di
ruang profesornya. Lalu dia segera di bawa ke rumah sakit. Salah satu
jaringan otaknya rusak, dan ternyata dia telah terserang stroke akut. Tim
dokter mengoperasinya. Namun dia tidak akan sembuh total. Dan
kehilangan ngatan jangka pendeknya. Karir akademik dan cita-citanya
menjadi ahli hukum menjadi sirna. Dia tidak bisa mengingat apa yang dia
dengar dan lihat setelah lima menit. Dia harus merekam semua apa yang
dia lakukan. Dia bahkan harus mendengar rekaman untuk tahu bahwa dia
sudah makan atau belum. Dari orang yang bercita-cita menjadi ahli
hukum, tiba-tiba berubah menjadi orang yang tidak berdaya yang tidak
mampu mengingat apa yang di kerjakannya lima menit sebelumnya,
sehingga membutuhkan perhatian dan perawatan selamanya.
Atau kisah Henry de Lotbiniere, ketika berusia 21 tahun adalah
mahasiswa yang gemilang. Di umur 42, dia adalah pengusaha sukses,
ayah dari dua anak. Suatu pagi dia merasa mukanya mati rasa. Ketika dia
memeriksakan ke dokter, ternyata dia mengidap kanker di muka bagian
kirinya. Kanker itu membuat mata kirinya buta. Toshigo Sozaki dari
Jepang berbahagia menikahi wanita karir yang sukses. Suatu hari,
sayangnya, dia jatuh sakit dan salah satu bagian otaknya rusak. Akan
tetapi, wanita karir yang sukses dan penuh percaya diri tersebut suatu
hari mentalnya terganggu karena sakit. Bahkan tidak bisa lagi bertemu
dengan mitra utamanya. Sejak dia kehilangan ingatannya, karir yang
selama ini dia bangun berubah manjadi sesuatu yang tak berarti baginya.
Dalam menghadapi kenyataan ini, orang seharusnya berpikir
bahwa tidak ada artinya tergantung pada kehidupan duniawi. Seharusnya
dirinya merasa bahwa segala sesuatu yang di milikinya hanyalah titipan
sementara, untuk mengujinya. Karena itu, dalam keadaan apapun baik
bahagia maupun menderita, seorang hamba harus mensyukuri anugerah
yang Allah berikan. Allah-lah yang menciptakan manusia, hanya Dialah
yang mampu menjaga manusia dari bahaya.
Jika Allah menginginkan, dia bisa membuat manusia sakit dan
rusak tubuhnya hingga manusia itu tidak berdaya karenanya. Sebab
Dunia ini, di ciptakan Allah sebagai tempat ujian bagi manusia, dan
kebahagiaan sesungguhnya adalah ujian juga. Jika dalam ujian itu
manusia tetap berada pada aturan Allah, dengan bersyukur di segala
keadaan, dan menunjukkan moral yang baik sesuai perintah-Nya. Maka
hamba tersebut akan mendapat kemenangan dan kehidupan abadi di
Surga nanti.
Orang sombong yang mengharapkan keabadian di Dunia fana ini,
tak akan mungkin menghindari cobaan, ketidakberdayaan, dan
kesengsaraan di akhirat. Sakit bukan satu-satunya hal yang mengancam
kehidupan Dunia ini. Banyak hal yang bisa membuat seorang hamba
mengalami bencana. Seperti bencana alam atau kecelakaan dll. Karena itu,
dari pada seorang hamba mengeluh, menuntut, dan menghujat Tuhan,
cuma karena kecewa akibat rezekinya sedikit di bandingkan yang lain,
atau nasibnya buruk, kemudian ia malah menjadi kufur atas nikmatnikmat
yang Allah berikan. Padahal kalau ia renungi sesungguhnya
rezekinya itu cukup, hanya saja hawa nafsunya memancing dirinya untuk
kufur dan tidak sopan kepada Allah.
Allah Maha Besar, segala puja dan pujian untuk-Nya, karena
anugrah dan nikmat-Nya sungguh melimpah bagi hamba-hamba-Nya.
Kalau manusia mencoba jujur pada dirinya, nikmat Tuhan mana lagi yang
dapat ia sangkal. Cinta dan kasih sayangnya melimpah bagi hambahambanya,
rahmat dan ampunannya tak terbatas bagi hambanya. Tinggal
manusianya, apakah ia mau menyambut panggilan cinta-Nya. Sungguh
tak merugi hamba-hamba yang bersyukur.
Sesuai Firman-Nya :
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. AN-Nisa :
147 )
Bab 5. Keajaiban Ikhlas
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5)
“Kepastian Hidup, ada dalam ketidakpastian hamba Allah Yang Ikhlas!”
(Muhammad Gatot Aryo Al-Huseini)
Ikhlas adalah fenomena yang sangat luar biasa dalam kehidupan
manusia. Karena ikhlas mampu membuat manusia yang menderita
menjadi bahagia hidupnya, membuat manusia yang lemah dan rapuh
menjadi kuat dan tegar, membuat manusia yang miskin menjadi kaya
raya. Ikhlas adalah jawaban untuk segala permasalahan dan cobaan
dalam kehidupan manusia, ikhlas juga merupakan pondasi awal seorang
hamba Allah agar dapat meraih keridhoan dan cinta-Nya Allah.
Karena itu apapun aktifitas manusia dalam kehidupannya,
murnikanlah selalu dengan keikhlasan. Ikhlas memberikan kedamaian di
hati, menegarkan hati yang sedih, mensyukuri seberapa pun rezeki yang
Allah berikan, memurnikan diri manusia sebagai makhluk ciptaan,
mempositifkan segala hal negatif, melestarikan nilai-nilai kebaikan,
meneggelamkan segala bentuk kejahatan. Menebarkan cinta kasih,
penghambaan, rasa syukur, dan kepasrahan diri kepada Allah SWT.
Keikhlasan seorang hamba akan membawanya pada kepastian
hidup. Sebab apabila hamba Allah telah mengikhalsakan hatinya kepada
Allah, sesungguhnya ia telah memancarkan energi positif dari dalam
hatinya, yang pancarannya akan memantul ke Alam Semesta. Hamba
yang ikhlas itu ibarat cermin, cermin yang memantul nur (cahaya) dari
Allah SWT. Seperti energi gelombang yang di serap atom-atom yang
dekat permukaannya sehingga bervibrasi yang kemudian di pakai untuk
memancarkan gelombang balik energi positif.
Artinya manusia yang ikhlas, akan mendapat siraman nur dari
Allah. Karena cermin di hatinya bersih maka cahaya tersebut masuk
secara maksimal hingga menggetarkan qolbunya, lalu memancarkan
kembali ke Alam Semesta. Apabila gelombang energi keikhlasan itu kuat,
maka pengaruhnya akan terasa pada orang-orang di sekitarnya.
Menyentuh nurani dan memberi kesadaran penghambaan,
walaupun hati orang-orang di sekitarnya. Menyentuh kuat, maka
pengaruhnya akan terasa pada orang-orang di sekitarnya. Menyentuh
nurani dan memberi kesadaran penghambaan, walaupun hati orangorang
di sekitarnya. Menyentuh nurani dan memberikan kesadaran
penghambaan, walaupun hati orang-orang di sekitarnya buram dan
berdebu. Sentuhan ruhani tersebut, akan memotivasi orang lain untuk
berbuat baik akibat dari pancaran energi positif hamba Allah yang ikhlas.
Keikhlasan manusia, membawa dampak bagi kehidupannya di
Dunia maupun di Akhirat. Karena ikhlas memiliki efect baik vertikal
maupun horizontal. Secara vertikal ikhlas adalah pintu masuk menuju
ma’rifatullah. Sedangkan secara horizontal ikhlas akan menciptakan
kehidupan peradaban yang positf, konstruktif dan berkah.
Secara horizontal, ikhlas berdampak pada hubungan positif antara
manusia dengan manusia, antara manusia dengan Alam. Sikap ikhlas
dalam bermuamalah Hamba Allah, akan menyelamatkannya dari
berbagai macam ujian dan cobaan kehidupan. Karena ikhlas
sesungguhnya adalah kekuatan dalam diri manusia, yang mampu
menyelesaikan berbagai macam ujian dan cobaan kehidupan.
Apabila seorang hamba Allah telah mengikhlaskan dirinya,
otomatis segala tindakan, ucapan dan perbuatan yang di kehendaki Allah
sudah pasti di ridhai Allah, di cintai Allah, juga di rahmati Allah. Dan
segala tindakan yang telah di ridhai dan di cintai Allah, sudah pasti akan
membawa kebaikan, kebahagiaan, dan ketentraman bagi hambahambanya.
Karena Allah tak mungkin meridhai dan mencintai sesuatu,
yang membuat hambanya menderita, merusak, dan mendzalimi
kehidupan.
“ Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasia-Ku. Aku memasukkannya ke
dalam hati orang yang kucintai dari hamba-hamba-Ku. “ (Hadist Qudsiy
Riwayat Al-Qusyairy)
Secara vertikal, ikhlas akan mengaktifkan hubungan spiritual
seorang hamba dengan Tuhannya. Keikhlasan hamba dalam beribadah
seperti Shalat, akan membawa dirinya pada tingkat spiritual ruhani yang
membawanya pada maqam Marifatullah. Maqamnya para Nabi, Para
Waliyullah yang telah mencapai derajat ketaqwaan yang paling tinggi di
sisi Allah SWT. Ikhlasnya hamba Allah, memungkinkan membawanya
pada siraman ridha dan cintanya Allah SWT.
Shalat, puasa, dan dzikir yang di laksanakan hamba Allah yang
ikhlas, akan sampai di sisi Allah. Karena Allah tidak akan menerima suatu
amal ibadah hamba kalu ibadah tersebut tidak di laksanakan dengan
ikhlas. Jadi keikhlasan ibadah hamba, berdampak pada di terimanya atau
tidaknya amal ibadah hamba tersebut. Apabila sebuah amal telah di sisi
Allah SWT, maka Allah pasti akan membalasnya dengan keridhaan, cinta,
karunia dan rahmatnya tak terhingga bagi hamba tersebut.
Sesuai Sabda Rosulullah SAW :
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal, kecuali jika (Prilaku) amal
itu ikhlas dan mencari keridhaan Allah dengannya” (HR. AN-Nasay)
Jadi bisa di simpulkan, bahwa ikhlas memiliki keajaiban dalam
dua aspek. Pertama, aspek horizontal. Yaitu keikhlasan hamba Allah yang
berdampak langsung dan terasa dalam kehidupan sehari-hari, karena ini
berhubungan dengan interaksi manusia dengan manusia lain, interaksi
manusia dengan lingkungan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, seni dan
budaya. Yang kedua, aspek Vertikal. Yaitu hubungan keikhlasan hamba
Allah, pada Sang Pencipta Alam Semesta Allah SWT. Adalah kunci
terbukanya pintu marifatullah, meningkatkan kedekatan, dan ketaatan
seorang hamba Allah dengan Tuhannya.
Hal tersebut dapat di gambarkan dengan bagan sederhana :
Jadi keikhlasan seorang hamba dalam beramal akan berdampak
pada dua urusan baginya, yaitu urusan Dunia dan urusan Akhirat. Bagi
manusia yang beriman kepada Allah, masa depan sesungguhnya
bukanlah kehidupan Dunia. Tetapi ada kehidupan akhirat setelah
manusia mati di kubur, dan waktu dimana seluruh manusia di Bumi di
bangkitkan kembali di akhir Zaman, untuk mempertanggung jawabkan
amal perbuatannya semasa di Dunia. Akan ada Surga dan neraka, dimana
manusia yang berbuat kebajikan akan Allah balas limpahan karunia dan
nikamt, dengan memasukkannya ke dalam Surga. Dan manusia yang
berbuat kerusakan serta mengingkari keberadaan Allah, akan di balas
siksaan dengan memasukkannya ke Neraka jahanan.
Sesuai firman Allah :
“(18.)Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka
Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang
kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan
memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.(19.) Dan barangsiapa yang
menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguhsungguh
sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang
usahanya dibalasi dengan baik.” (QS.Al-Isra:18-19)
Ikhlas sesungguhnya adalah sebuah kekuatan dan keajaiban bagi
hamba Allah yang beriman. Tetapi tidak semua hamba yang Islam, dapat
mencapai keikhlasan. Sebab keiikhlasan seorang dicapai dengan cara
yang tidak mudah, mengkondisikan hati senantiasa dalam keikhlasan
tidak lah semudah membalikkan kedua telapak tangan, sebuah usaha
yang sesederhana tanpa harus bersusah payah. Sebab tidakan manusia itu
sulit, terlepas dari hawa nafsu dan tipu daya setan yang selalu
merongrong hamba yang ikhlas. Keikhlasan sesorang hamba
sesungguhnya sangatlah sulit di ukur, apalagi kalau hanya melihat dari
fisik atau kulitnya saja, sebab wujud ikhlas itu terletak di dalam hati dan
jiwa manusia. Sesuatu yang tak tampak oleh pandangan mata manusia,
dan hal tersebut memiliki peluang penyimpangan yang besar. Karena
hanya Allah dan hamba tersebutlah yang tau, dirinya telah ikhlas atau
belum.
Tetapi indikator tercapai tidaknya ikhlas tersebut, dapat diukur
dari tiga faktor yang telah kami jelaskan pada bab sebelumnya. Pertama,
memurnikan niat dan tujuan hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Niat yang ikhlas sangat penting dilakukan dengan niat ikhlas, maka
aktifitas apapun yang di ridhai Allah, akan bernilai ibadah disisi-Nya.
Sesuai Sabda Rosullullah :
“Sesungguhnya Allah mengampuni umatku apa yang terdetik di dalam
jiwa mereka, selagi belum belum di kerjakan atau di katakan.” (HR. As-Sittah)
Yang kedua, adalah berserah diri secara total kepada Allah SWT.
Pasrah kepada Allah SWT, atas segala ketetapan dan anugrah yang di
berikan kepada hambanya adalah aktualisasi keikhlasan seorang hamba,
agar tidak terjebak dalam lembah pengeluh, penuntut, dan penghujat
Tuhan. Hamba yang berserah diri kepada Allah, akan lebih memfokuskan
diri kepada ikhtiar tang efektif dan maksimal tanpa meperdulikan hasil
akhir yang di tetapkan Allah kepadanya. Dan hanya dengan berserah diri
kepada Allah lah, segala ketidakpastian ikhtiar akan menjadi pasti karena
kehendak Allah SWT.
Yang ketiga, adalah bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT di
segala keadaan. Dalam suasan apapun, baik suka maupun duka seorang
hamba Allah harus senantiasa bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Sabar dan syukur adalah katalisator penyeimbang, agar manusia
terhindar dan terselamatakan dari ujian serta cobaan kehidupan. Suka dan
duka adalah cobaan hidup karena itu manusia ikhlas harus
menghadapinya dengan senjata syukur dan sabar, agar tetap dapat
menjaga hatinya untuk tetap ikhlas. Penjelasan di atas, sedikit banyak
membuktikan bahwa ikhlas adalah kunci menyelesaikan persoalan hidup dan
kunci mendekatkan diri kepada Allah SWT.
A. Kunci Penyelesaian Persoalan Kehidupan
“Dan tidak bertaqarrub kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan suatu yang lebih
Kusukai daripada menjalankan kewajibannya. Dan tiada henti-hentinya hamba-
Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah nafilah,
sehingga Aku mencintainya. Kalau Aku sudah mencintainya, Aku menjadi
pendengarannya, yang ia mendengar dengan-Nya, dan Aku menjadi penglihatan-
Nya, yang ia melihat dengan-Nya, dan Aku menjadi tangannya yang ia
pergunakan untuk bertindak, dan Aku menjadi kakinya yang ia berjalan dengan-
Nya. Jika ia meminta pada-Ku niscaya Aku beri. Dan jika ia meminta
perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya…”
( Hadist Qudsi, H.R. Bukhari)
Hamba Allah yang ikhlas, apabila ia melihat, maka ia melihat
dengan pan dnagan Allah. Apabila ia mendengar, maka ia mendengar
dengan pendengaran Allah. Apabila ia bertindak, maka ia bertindak
sesuai kehendak Allah SWT. Karena Allah mencintainya, apapun yang ia
punya akan Allah beri. Apabila ia dalam bahaya, maka Alalh akan
menjadi penolong dan pelindung baginya.
Subhanallah, Maha Suci bagi-Nya Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Penolong bagi hamba-hambanya yang ikhlas dan beramal soleh. Ikhlas
adalah sebuah kekuatan dan keajaiban bagi hamba-hambanya yang
beriman. Mendamaikan hati yang marah dan cemas, mempasrahkan hati
yang sedih dan panik, menguatkan hati yang takut dan lemah, juga
menjauhkan rasa sombong dan riya hati yang senang dan bahgia.
Ikhlas menjauhkan manusia dari mental yang sakit seperti tamak,
kikir, angkuh, riya, egois, pemarah, su’udzon, dusta, khanat, dan kufur.
Juga menumpuk mental manusia yang sehat seperti qonaah, tawadhu,
dermawan, sabar, husnudzon, tawakal, jujur, amanah, fathonah hingga
tablig. Ikhlas akan membangun mental yang produktif, sebab cara berfikir
dan berperan manusia di dasarkan pada hati nurani untuk berbuat
sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan
masyarakat. Keikhlasan akan memancing dan memotivasi mental yang
produktif dan positif.
Dalam bagan sederhana dijelaskan, ikhlas mampu membangun
nilai-nilai positif dan produktif dalam diri manusia :
Ikhlas mampu membangun dan memotivasi energi positif dalam
diri manusia. Kekuatan ikhlas yang terpancar dalam diri manusia, akan
mempositifkan dirinya melaui pikiran-pikiran yang positif, emosi
perasaan yang positif, dan tindakan dan perbuatan yang positif. Jasmani,
rohani, dan pikiran yang positif, akan menjadikan manusia diri yang
positif secara utuh. Lalu energi yang positif itu akan menyebar ke Alam
Semesta melalui gelombang resonansi yang terpancar dari dalam dirinya.
Kemudian mempengaruhi orang-orang di sekitarnya dengan nilai-nilai
positif, dan lambat laun secara konsisten akan membangun lingkungan
yang positif. Apabila energi positif dari ikhlas ini terus menguat dan
menyebar, maka secara progresif akan mempositifkan kehidupan. Sebuah
Bangsa dan Peradaban yang di kelola melalui budaya, yang berbasis nilainilai
positif keihlasan kepada Allah SWT. Adalah sebuah keadaan dan
kondisi peradaban positif, yang Al-Quran menyebutnya “Rahmatan Lil
Alamin” (Rahmat bagi seluruh alam)
Artinya keikhlasan Hamba Allah, mampu membangun peradaban
yang rahmatan lil alamin, dan bukan omong kosong. Selama hamba-hamba
Allah yang beriman secara konsisiten berpegang tegunh pada nilai-nilai
keikhlasan, cita-cita mempositifkan Peradaban dengan kedamaian,
keadilan, dan kesejahteraan bisa saja terjadi. Kerena itu bukanlah hal yang
mustahil, kalau ikhlas adalah “Kunci” menyelesaian persoalan-persoalan
kehidupan. Karena energi positif yang di pancarkan oleh hamba Allah
yang ikhlas, mampu membangun perdamaian di Dunia ini. Ikhlas adalah
tempat pertama untuk kembali, kalau manusia di muka Bumi ini ingin
menciptakan perdamaian di Dunia. Dan semua hal di atas hanya dapat di
capai, kalau manusia mempositifkan dirinya dahulu dengan keikhlasan.
Yaitu dengan Positif Thinking (Mempositifkan Pikiran), Positif Feeling
(Mempositifkan Ruhani), dan Positif Doing (mempositifkan Tindakan
Jasmani).
1.1 Positif Thinking (Mempositifkan Pikiran)
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali-Imran : 191)
Keikhlasan hamba Allah otomatis akan mempositifkan pikirannya
(Positif Thinking), karena ia selalu mengembalikan segala urusan
kehidupannya kepada Allah SWT. Seperti firman Allah dalam surat Ali
Imran ayat 191, seorang yang ikhlas akan senantiasa bertafaqur atas segala
ciptaan Allah baik di Langit maupun di Bumi. Segala keajaiaban dan
keunikan Alam Semesta ciptaan Allah akan memebuat dirinya tak hentihentinya
bersyukur dan memuji Thannya. Dia akan berdoa kepada Allah,
“Ya Allah Tuhan kami, tida engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci
engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.”
Allah menciptakan akal agar manusia berfikir, mengkaji, dan
mempelajari Alam Semesta dengan segala kompleksitas di dalamnya.
Dengan perenungannya itu, ia akan semakin menyadari hakikat dirinya
dan kehidupannya di Dunia. Hamba tersebut akan semakin
mengikhlaskan hatinya dalam penghambaan dan penyerahan diri kepada
Allah. Penghambaan dan penyerahan diri yang utuh kepada Allah SWT,
akan membawanya pada pikiran-pikiran positif yang memotivasi dirinya
dalam hidup yang positif dan produktif.
Dengan berfikir berarti seseorang hanya mengizinkan pikiranpikiran
baik dalam otaknya, dan membuang jauh pikiran-pikiran negatif.
Ketika seseorang berfikir, merenung, dan berdoa, maka otaknya akan
berlangsung suatu proses psikodinamika, yang menghasilkan gelombang
elektromagnetik. Nah gelombang tersebut bisa terpencar keluar, dan
menimbulkan resonansi pada orang lain dan alam semesta. Begitu ia
beribadah, contohnya sholat, maka konsentrasi yang tinggi dalam
kekhususan shalatnya, akan menghasilkan gelombang elektromagnetik
yang berkorelasi dengan kualitas sholatnya. Keikhlasan seseorang dalam
sholat akan menentukan kualitas ibadahnya, dan hal ini dapat di ukur
dari pancaran gelombang elektromagnetik dalam otaknya.
Jika seseorang memancarkan gelombang negatif, maka hal-hal
negatiflah yang akan memancar dan memancing umpan balik energi
negatif. Sebaliknya bila seseorang memancarkan energi positif
(Keikhlasan) maka hal-hal positiflah yang akan memancar, dan energi
tersebut akan emmancing umpan balik energi positif dari Alam Semesta.
Keikhlasan seorang hamba akan menghasilkan pikiran positif, dan
pengaruh buruk dari dalam pikiran negatif dapat di hilangkan, dengan
memperbanyak dan memperkuat pikiran-pikiran positif (Ikhlas).
Indikator keikhlasan dam pikiran manusia (Positif Thinking), dapat
di ukur dari pancaran gelombang manusia, berda dalam posisi Alfa dan
Theta. Ada beberapa macam gelombang otak yang di dasarkan pada
tingkatan konsentrasi pikiran manusia.
Pertama, GAMMA (16 hz-100 hz), saat berfikir keras, aktifitas
mental yang tinggi. Kedua, BETA (12 hz- 19 hz), saat mengalami aktivitas
yang terjaga dan penuh kesadaran. Ketiga, ALPHA (8 hz-12 hz), saat
bawah sadar, imajinasi, dan relaksasi. Keempat, THETA (4 hz-8 hz), intuisi,
sangat khusu, keheningan mendalam. Kelima, DELTA (0,5 hz-4 hz), saat
tidur terlelap.
Saat hamba Allah berada dalm kondisi ikhlas, gelombang otaknya
berada dalam posisi Alfa dan Theta. Gelombang ALPHA (8 hz-12 hz)
adalah gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami
relaksasi, atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup
atau mulai mengantuk. Ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi
ini, kita akan berada pada posisi khusyu, relaks, meditatif, nyaman, dan
ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita merasa
nyaman, tenang, dan bahagia. Seseorang akan menghasilkan gelombang
Alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadaran tidak
sadar. Alpha adalah gelombang keikhlasan, yang merupakan output dari
positif thinking. Gelombang yang menciptakan keyakinan diri dan
pancaran optimisme yang tinggi.
Sedangkan gelombang THETA (4 hz-8 hz). Adalah gelombang otak
yang terjadi pada saat seseorang mengalami tidur ringan atau sangat
mengantuk. Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada
pada kondisi sangat khusyu, keheningan yang mendalam, depp-meditation,
dan mampu mendengar nurani bawah sadar. Tanda-tanda nafas mulai
melambat dan dalam, inilah kondisi yang di raih saat Ulama Sufi sedang
melamtunkan doa dan dzikir di tengah keheningan malam pada Sang
Ilahi. Selain di ambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan
gelombang otak ini saat trance, hypnosisi, meditsi dalam, berdoa, menjalani
ritual agama dengan khusy (Ikhlas).
Dalam frekuensi keikhlasan ini (Alpha dan Theta), jika seorang
hamba menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel safarnya secara
mulus. Maka ia akan merajut keyakinan positif dan visualisasi
keberhasilan dalam otaknya, dan rajutan tersebut benar-benar akan
menembus alam bawah sadarnya. Apabila hamaba Allah shalat, berdoa
dan berdzikir, maka gelombang otaknya berada pada posisi Alpha dan
Theta. Disinilah momen-momen perjumpaan dengan Sang Khalik (Allah),
dan akan muncul suasana keheningan yang menggetarkan dan
mendamaikannya.
Dalam frekuensi keikhlasan, seorang manusia akan memasuki
hamparan kepasrahan total pada Sang Penciptanya. Juga rasa syukur, dan
sabar yang mengalir ke dalam jiwa, dan merajutnya dalam butiranbutiran
keyakinan positif keikhlasan dalam segenap jiwa raga secara utuh.
Pancaran energi positif keikhlasan dan pikirannya (positif thinking), akan
membantu orang tersebut menyelesaikan segala macam persoalan
kehidupan.
Selain gelombang otak, di temukan juga dalam penelitian ilmiah.
Di temukan adanya Zat endhorphin dalam otak manusia, yaitu zat yang
memberikan efect menenangkan yang disebut endogegonius morphin.
Endhorphin adalah bahan boikimia alami yang di hasilkan otak pada saat
seseorang melakukan olah raga. Ia dapat membuat seseorang
bersemangat, tetapi tahukan endhorphin juga dapat di hasilkan ketika
kondisi gelombang otak berada pada gelombang Alpha/Theta, dan juga
dapat meningkatkan kemampuan belajar dan daya ingat.
Gelombang Alpha dan Tetha yang menghasilkan zat endhorphin
sangat baik untuk relaksasi. Untuk mengembalikan produksi endhorphin
di dalam otak bisa dilakukan dengan meditasi, shalat yang benar atau
melakukan dzikir, juga berdoa dengan khusyu sampai seseorang bisa
sampai pada kondisi keikhlasan, yang memang dapat memberikan
dampak ketenangan, ketentraman dan juga kedamaian.
Sesuai firman Allah dalam Hadist Qudsy :
“Sesungguhnya akau sesuai dengan prasangka hambaku.” ( Hadist
Qudsy)
Pikiran manusia (baik positif maupun negatif) adalah prasangka.
Apabila seorang hamba Allah berfikir positif maupun negatif, maka itu
sesungguhnya adalah doa yang pancarkan tanpa sadar. Dan doa itu pasti
akan di kabulkan. Jadi apabila seorang hamba berfikir (positif maupun
nagative ), maka Allah akan mengabulkannya sesuai prasangkanya (baik
positif/ negative).
Jadi apabila seorang hamba Allah, mengikhlaskan dirinya maka
otomatis ia telah berpresangka baik dengan mempositifkan pikirannya.
Semakin kuat pikiran positifnya, maka pikiran positif itu akan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Pikiran positif itu juga akan
menyebar di lingkungan sosialnya, di lingkungan budayanya, di
lingkungan politiknya, di lingkungan ekonominya, dan di seluruh Alam
Semesta ini. Aktifitas berfikir positif (keikhlasan) akan bernilai tinggi
secara trasendental, juga akan memberikan dampak yang positif bagi
hamba yang menjalaninya. Dan efect positif keikhlasan seorang hamba
Allah, akan merasa langsung dan tercermin dalam prilaku sehari-harinya.
Paling tidak hamba yang ikhlas, akan terlihat melaui pancaran resonansi
gelombang otak yang terasa dari sorot mata dan wajah seseorang,
keramahan dan kenyamanannya akan terasa.
1.2 Positif Feeling (Mempositifkan Ruhani)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS. Al-Anfaal : 2)
“Apabila seorang hamba berkata : lahaula walquwwata ilabillah (tiada daya dan
upaya kecuali dengan Allah). Maka Allah menajwab, “Hai para malaikat-ku,
hambaku telah ikhlas berpasrah diri, maka batulah dia, tolong lah dia, dan
sampaikan (penuhi) hajat keinginannya.” (HR. Imam Jafar).
Keikhlasan seorang hamba Allah akan mempositifkan rohaninya.
Ruhani dalam diri manusia adalah hal yang sangat vital, letaknya ada
dalam segumpal daging bernama “Jantung”. Apabila segumpal daging ini
sehat dan memancarkan energi positif, maka baik pulalah jiwa raga
manusia. Sebaliknya apabila segumpal daging ini sakit dan memancarkan
energi negatif, maka buruk pula lah jiwa raga manusia. Karena itu, ruhani
manusia sangat lah penting peranannya dalam perubahan diri manusia.
Hamba yang ruhaninya suci penuh dengan keikhlasan, apabila
disebut dan di dengarkan nama Allah maka ruhaninya akan bergetar.
Apabila dibacakan firman-firman Allah, maka akan bertambahlah
keimanan mereka, dan hanya kepada Tuhan lah mereka bertawakal.
Hamba Allah yang ikhlas ruhaninya, akan menyerahkan dirinya secara
utuh kepada Allah SWT. Karena tiada daya dan upaya yang mampu
menolongnya, kecuali pertolongan Allah. Dan pada hamba-hambanya
yang memenuhi segla hajat keinginannya, seperti katerangan hadist yang
di riwayatkan Imam Jafar.
Seperti yang tadi di jelaskan, ikhlas adalah sebuah kepercayaan
yang tinggi bahwa apa yang ada di hadapi manusia dalam hidupnya (baik
masalah maupun hasil akhir usaha), memiliki nilai-nilai positif yang pasti
akan membawa kebaikan. Ikhlas adalah sebuah energi perasaan ruhani
yang sangat kuat, yang mampu merubah semua perasaan negatif menjadi
perasaan ruhani yang positif dalam berbagai macam keadaan. Hamba
Allah yang ikhlas akan senantiasa mengingat Allah di hatinya, karena
dengan mengingat Allah hatinya akan tentram.
Mengikhlaskan ruhani ternyata memiliki kekuatan yang amat
sangat luar biasa. Ilmu pengetahuan modern berhasil menemukan
kekuatan ruhani manusia, para ahli saraf (neurolog) menemukan bahwa
jantung manusia memiliki 40.000 sel saraf, hal tersebut membuktikan
bahwa hati manusia ibarat otak yang berada dalam tubuh. Selain itu, para
ilmuwan membuktikan bahwa hati manusia ibarat otak yang berada
dalam tubuh. Selain itu, para ilmuwan juga menemukan bahwa kualitas
elektromagnetik jantung, 5000 kali lebih kuat dari pada otak.
Dengan kata lain, apabila sesorang mengeluarkan enargi ikhlas
dengan kekuatan pikirannya sebesar 1 watt (positif thinking), maka
kemampuan energi ikhlas dengan kekuatan ruhani bisa di maksimalkan
hingga 5000 watt. Coba bayangkan, seberapa besar kekuatan ruhani,
untuk menyembuhkan penyakit dalam diri manusia, baik yang bersifat
fisik maupun psikis.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa kekuatan sadar manusia
itu hanya 12% dari total kekuatan, sebab 88% kekuatan manusia di kelola
oleh kekuatan alam bawah sadar. Dan alam bawah sadar sesungguhnya
memiliki hubungan yang erat dengan ruhani manusia, di sinilah
pentingnya mengikhlaskan ruhani. Untuk memaksimalkan kualitas
kehidupan, agar seseorang segera mencapai kesuksesan, kebahagiaan, dan
ketentraman hidup. Dan hal-hal di atas bisa di capai oleh manusia denga
“IKHLAS”.
Sesuai Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Ingat kepada Allah itu menjadi obat mujarab, guna menyembuhkan
segala penyakit hati.” (HR. Bukhari-Muslim)
Erbe Sentanu seorang pakar positive feeling mengemukakan, bahwa
perasaan merupakan bagian paling mendasar pada diri manusia. Perasaan
mempunyai gelombang yang pengaruhnya lebih besar di bandingkan
pikiran. Orang yang berusaha berfikir positif, tetapi perasaannya belum
positif maka keinginannya akan sulit tercapai. Berbeda ketika
perasaannya belum positif, maka pikirannya akan ikut menjadi positif
secara otomatis. Erbe pula menjelaskan bahwa perasaan yang positif
(positive feeling), merupakan zona ikhlas yang jika senantiasa di jaga akan
menarik hal-hal positif dari Alam Semesta. Dalam aplikasinya Positif
Feeling keikhlasan, ada hukum daya tarik menarik (law of attraction) yang
penting di pahami. Hukum Ketertarikan adalah hukum yang menjelaskan
bahwa “Sesuatu akan menarik pada dirinya, segala hal yang satu sifat
dengannya.” Pengertian sederhananya, diri kita itu merupakan suatu
getaran yang terhubung di Alam Semesta ini, apabila seseorang
memberikan sebuah getaran ke Alam Semesta (baik positif “Ikhlas”
maupun negative), maka Alam Semesta akan memberikan getaran balik,
dan mewujudkan kepada dirinya sesuai dengan getaran yang di berikan
(baik positif “Ikhlas” maupun negative).
Jika saeorang manusia dalam perasaan dan pikirannya
memancarkan gelombang ketakutan, maka hal-hal yang menakutkan lah
yang akan tertarik olehnya. Begitu pula jika yang di pancarkan adalah
kegembiraan, maka yang tertarik pada dirinya adalah kegembiraan. Teori
ini lah yang menjelaskan mengapa orang yang selalu mengeluh,
menuntut, mengumpat, menghujat saat di uji justru semaikin sering
mengalami kesialan, karena saat ia di uji lalu memancarkan energi
negative tanpa sadar, sesungguhnya ia telah menarik, dan meminta
kesialan tersebut. Sebaliknya orang yang selalu merasa beruntung dan
menikmatinya (bersyukur), justru ia akan selalu mengalami
keberuntungan, karena saat ia di uji lalu tetap memancarkan energi positif
(bersyukur), dengan sadar atau tanpa sadar sesungguhnya ia telah
menarik dan meminta keberuntungan pada dirinya. Kesimpulannya,
perasaan dan pikiran yang positif (ikhlas), untuk mencapai kualitas hidup
yang paling baik.
Jadi pikiran dan perasaan yang terpancar ke Alam Semesta adalah
doa, dan setiap doa itu pasti akan di kabulkan, oleh Dia (Allah ) yang
Maha Mengabulkan doa.
Sesuai firmannya :
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS.
AL-Mu’min : 60)
Pikirannya dan perasaan, baik dalam bentuk positif maupun
negative adalah do’a. Dan Allah mengabulkan do’a hambanya sesuai apa
yang ia pinta dan ia sangkakan (baik positif maupun negatif). Ingat,
akrena setiap do’a pasti di kabulkan, amnusia harus berhati-hati dalam
berdoa. Sebab ucapan, tindakan, dan perbuatan negatif yang terpancar
dari dalam diri manusia, akan menjadi doa negative (keburukan) bagi
dirinya, dan berdampak negative (buruk) pula bagi hidupnya. Sebaliknya
ucapan, tindakan, dan perbuatan yang positif, akan menjadi doa yang
positif dan pasti akan berdampak positif pula bagi kehidupannya.
Dengan ikhlas hamba Allah akan hidup dengan hati dan perasaan
yang positif. Energi positif dalam diri hamba yang ikhlas akan memancar
ke Alam Semesta, dan getarannya akan memantul ke setiap jiwa-jiwa
yang bersentuhan dengannya, mendamaikan manusia dengan manusia
lain, menyejukan lingkungan di sekitarnya, membahagiakan setiap insan
yang memandnagnya, damenebarkan cinta di hati jiwa-jiwa yang cemas,
gelisah, takut, khawatir, marah, kecewa, dan kesepian. Karena ikhlas akan
mempositifkan dan menentramkan hati ruhani manusia.
1.3 Positif Doing (Mempositifkan Tindakan Jasmani)
“(1) Bukankah kami telah melapangkan untukmu dada Mu? (2) Dan kami telah
menghilangkan dari padamu bebanmu, (3) Yang membuatkan punggung Mu?.”
(QS. Alam Nasyrah : 1-3)
Ikhlas mempositifkan tindakan manusia (Positif Doing), karena
buah dari pikiran dan ruhani yang positif adalah tindakan yang positif.
Prilaku yang positif otomatis akan membuahkan hasil yang positif,
sebaliknya tindakkan yang negatif akan membuahkan hasil yang negatif.
Ikhlas dalam berikhtiar akan mengarahkan hamba Allah pada tindakan
dan perbuatan yang positif di ridahai Allah, apapun hasil akhir dari usaha
yang ikhlas akan senantiasa ia pasrahkan kepada Allah SWT.
Segala ikhtiar hamba Allah yang Ikhlas akan di mudahkan, beban
hidup yang menyempitkan dadanya akan di lapangkan, beban yang
memberatkan punggungnya akan di mudahkan. Karena tindakan positif
hamba yang ikhlas (Positif Doing) akan membawa hasil-hasil positif yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tindakan hamba Allah yang ikhlas
akan sangat jauh dari tindakan-tindakan yang merusak, mendzalimi,
negatif, dan dibenci Allah SWT.
Manusia modern di zaman ini, banyak yang menjalani hidup
dalam “Kehampaan Spiritual”. Akibat dari “kehampaan Spiritual”
tersebut terlalu banyak manusia modern yang hidup di dalam kadar stres
yang cukup berat, emosi yang labil, hidup dalam ketakutan, rasa cemas
yang berlebihan, mudah marah, sedih, dan panik. Akibatnya banyak
manusia modern yang hisup dalam gangguan mental, yang dampak
konflik kejiwaan tersebut mempengaruhi fisik manusia yang dapat
menimbulkan penyakit fisik (psikomatis). Hal tersebut, berakibat pada
ketidakbahagiaan hidup (krisis) manusia modern.
Stress adalah respon fisiologis, psikologis, dan prilaku dari seorang
untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal
maupun ekternal. Stress tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tetapi
juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh.
Mulai kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat, penggunaan
energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi. Gula, kolesterol, dan
asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah. Tekanan darah
meningkat, dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa
tersalurkan ke otak dan kadar kolesterol naik, maka hal tersebut dapat
menunculkan masalah dan penyakit bagi tubuh manusia.
Saat di landa stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol
dalam tubuh, hormon yang tidak seimbang akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh manusia. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan
langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon. Para ilmuwan
di bidang ini menyatakan, pengkajian tentang stres kejiwaan dan raga
menjelaskan, bahwa kemunculan dan kemampuan bertahan tubuh dari
berbagai penyakit termasuk kanker terkait dengan “Stres”.
Kesimpulannya stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia,
mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus menerus akan
merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan
fungsi tubuh manusia.
Ikhlas adalah air suci yang mampu menyembuhkan segala
penyakit yang di akibatkan “Kehampaan Spiritual”, yang menjadi sumber
penyebab stres yang menjangkit kehidupan manusia-manusia modern.
Hanya dengan mengingat Allah lah manusia akan terasa tenang
danntentaram. Jika seorang hamba Allah mengingat Tuhannya, maka ia
akan menyerahkan dirinya secara utuh sebagai makhluk kepada Sang
Khalik, atas segala ketetapan yang di putuskan kepada-Nya. Sikap
berserah diri tersebut akan menumbauhkan sikap ikhlas pada diri seorang
hamba.
Ikhlas akan membuat seseorang menjadi tenang, rileks, ridha,
bersyukur, bersabar, tawakal, tawadhu, hus’nudzon, positif, fokus,
bijaksana, bahagia dan damai. Karena itu otot syarafnya tidak akan
mengalami penyempitan pembuluh darah, kadar adrenalinnya dan
hormon korsitolnya normal, alairan darahnya tidak akan kelebihan
insulin. Ikhlas juga bisa mendatangkan ketenangan dan ketentraman yang
mampu meningkatkan katahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko
terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan hidup.
Reaksi ikhlas manusia pada keseimbangan hormon kortisol, bisa di
jelaskan secara ilmiah kedokteran. Respon emosional yang positif atau
coping mecanism dari pengaruh “IKHLAS” ini berjalan mengalir dalam
tubuh dan di terima oleh batang otak. Setelah di format dengan bahasa
otak, kemudian di trasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni
“Talamus”. Kemudian, talamus menghubungi hipokampus (Pusat memori
yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang di serap indera)
untuk menkeresi GABA yang bertugas sebagi pengkontrol respon emosi,
dan menghambat Acetylcholine, Serotonis, dan Neurotrasmiter lain yang
memproduksi sekresi koertisol. Selain itu, Talamus juga mengontak
prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi
seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara
talamus-hipokampus-amigdala-prefrotal kiri-kanan, maka talamus mengontak
ke hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol. Disinilah kondisi
“IKHLAS” mempengaruhi kadar hormon kortisol seorang manusia.
Sikap ikhlas manusia dalam tindakan jasmaninya (Positif Doing),
akan mormalkan dan mengembangkan kadar hormon kortisol dalam
tubuh manusia. Hamba Allah yang ikhlas jiwa dan reganya akan
senantiasa sehat secara fisik maupun psikis. Apaun aktivitas dalam
hidupnya, enrgi positif akan selalu memancar dalam dirinya, tetapi juga
akan menyehatkan jiwa orang-orang yang bersama dirinya. Keikhlasan
akan membuat hati seorang hamba semakin tenang, lembut, jernih dan
berenergi positif tinggi. Ia akan memiliki kecerdasan spiritual yang
mampu menempatkan prilaku dan hidupnya adalam konteks makna yang
lebih tinggi, luas, dan kaya nilai-nilai spiritual yang bersumber pada
ilahiah. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup, akan
lebih bermakna positif baginya di Dunia mauapun di akhirat atau tidak
“???”
Positif Doing dalam buah dari keikhlasan hati dan pikiran.
Tindakan yang positif yang bersumber dari nilai-nilai keikhlasan dan
penghambaan kepada Allah SWT, kekuatan yang mampu merubah
Peradaban Bangsa, ke arah Peradaban yang Rahmatan lil Alamin.
Mempositifkan kehidupan manusia, baik dalam muamalah ekonomi,
muamalah politik, muamalah pendidikan, muamalah seni dan budaya.
Semuanya berlandaskan nilai-nilai keikhlasan untuk mencari keridhoan Allah.
B. Kunci Mendekatkan Diri Kepada Allah
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.”
(QS. Luqman : 22)
“Bahwasanya Allah ta’ala itu mengharamkan api neraka menjilat orang yang
berkata LAAILAAHAILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah), yang ditujukan
hanya Allah semata-mata. “
(HR. Bukhari - Muslim)
“Tidaklah sekali-kali seorang hamba mengucapkan kalimat LAAILAAHA
ILLALLAAH (Tiada Tuhan Selain Allah) dengan ikhlas (dari lubuk hatinya),
melainkan di bukakan baginya semua pintu langit hingga tembus sampai ke
‘Arasy selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.“
(HR. Tirmidzi)
“Orang yang ingat kepada Allah, adalah laksana orang yang hidup di tengahtengah
orang yang mati. “
(HR. Bukhari - Muslim)
“Orang-orang sedang berdzikir (mengingat Allah), seperti pohon yang rindang di
tengah-tengah pohon kering. “
(HR. Bukhari - Muslim)
Ikhlas adalah langkah awal seorang hamba, apabila ia memiliki cita-cita
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pintu pertama hamba untuk
menggapai ridha dan cintanya Allah, adalah mengikhlaskan diri secara
utuh menghamba kepada Allah SWT. Karena hamba yang ikhlas,
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh kepada
Allh SWT. Keikhlasan hamba dalam beribadah, akan mendekatkan
dirinya dengan Allah. Yang mana tindakan tersebut akan
mendekatkannya kepada ridha, cintaya, dan marifatnya Allah SWT.
Hamba Allah yang keikhlasannya istiqomah, hatinya akan selalu
mengingat Allah dimana pun, kapan pun, dalam keadaan apapun. Karena
hamba tersebut menyadari dan memahami, bahwa segala urusan apapun
dalam kehidupannya harus ia kembalikan kepada kehendak dan ridhonya
Allah. Hamba yang ikhlas tidak akan mudah terpancing oleh bujukan
hawa nafsu dan pengaruh godaan setan, yang menjauhkannya dari
keridhoan dan cintanya Allah.
Secara vertikal ikhlas memiliki pengaruh yang amat sangat luar
biasa bagi manusia. Taqorrub Ilalallah (mendekatkan diri kepada Allah)
tanpa di sertai keikhlasan hanya akan membawa kesia-siaan, sebaliknya
taqorrub yang di sertai kaikhlasan akan mengangkat dirinya pada derajat
ketaqwaan. Menenggelamkannya dalam lauatan kerinduan, dan
kecintaannya kepada Allah SWT. Hingga ia mencintai apa yang Allah
cintai, memnyayangi apa yang Allah sayangi, menyukai apa yang Allah
sukai.
Rosullullah SAW bersabda :
“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi
(harta) karena Allah, dan menahan karena Allah, makanya menjadi sempurna.”
(HR. Abu Daud)
“Rosullullah SAW berdoa : ya Allah izinkan aku mencintaimu, dan
mencintai orang-orang yang mencintaimu, dan mencintai apa saja yang
mendekatkanku pada Cintamu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Keikhlasan hamba Allah, akan membuka pintu bagi dirinya untuk
memasuki ruang kecintaan dan penghambaan kepada Allah SWT. Ikhlas
adalah kunci seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah,
terutama hamba Allah yang ingin mencapai tingkatan marifatullah,
gambaran tersebut akan penulis jelaskan dalam bagan di bawah ini:
Tujuan akhir hamba Allah yang ikhlas secara vertikal adalah
melakukan perjalanan spritual, untuk mengenal Allah dengan sebenarbenarnya,
inilah esensi cita-cita dari Marifatullah (Mengenal Allah) yang
sesungguhnya. Sementara tahapan-tahapan yang harus di lalui ada
beberapa tingkatan, mulai dari mengikhlaskan diri untuk bertaubat
kepada Allah. Kemudian zuhud, agar Allah senantiasa mawas diri. Lalu
bersabar untuk menguasai dan mengendalikan diri dari hawa nafsu. Lalu
membersihkan diri secara total kepada Allah dalam keridhoan dan
kehendak yang telah Allah tetapkan kepadanya.
Tahap berikutnya bagi hamba Allah yang akan mencapai
marifatullah, dirnya akan terbenan dalam lautan kerinduan dan
kecintaanya kepada Allah. Apabila hamba tersebut melantunkan kalimat
Lailahaillah dalam dzikirnya, maka apabila bacaan tersebut dilantunkan
secara kontinyu akan menenggelamkan hatinya dalam Marifatullah,
hingga ia merasakan manfaat dan buah dari dzikir-dzikirnya yang
menentramkan hati.
Dalam kehidupan sehari-hari hamba Allah yang mencapai
Marifatullah, akan timbul padanya akhlak dan moral yang baik, yang juga
akan memunculkan kemuliaan baik di hadapan manusia, terlebih di
hadapan Allah. Hatinya akan hilang dari kecenderungan hati yang
mengtuhankan terhadap materi/duniawi, dan lenyapnya ia dari
ketergantungan kepada selain Allah SWT. Tetapi kecintaannya kepada
Allah, membuatnya selalu di berkahi Allah oleh karunia dan rezeki
hingga hidupnya selalu merasa cukup dan penuh keberkahan.
Dalam hidup hamba yang ikhlas, kesucian hatinya akan terpancar
melalui prilakunya yang mengarah kepada kebaikan. Pada yang lebih tinggi
menghormati, hidup rukun, dan saling menghargai. Pada yang sesama
derajat, dalam segala interaksinya tidak sampai menimbulkan
persengketaan. Sebaliknya selalu bersikap rendah hati, bergortong royong
terutama dalam melaksanakan perintah Allah. Terhadap orang yang
keadaannya di bawah dirinya, ia tidak akan menghinakan, melecehkan
apalagi berbuat senonoh, dan angkuh. Sebaliknya ia akan berbelas
kasihan dengan kesadaran, agar mereka hatinya senang, gembira, tidak
merasa takut apalagi tersayat-sayat hatinya. Sebaliknya dengan lemah
lembut ia akan memberikan nasihat yang lemah lembut untuk
memberikan kesadaran, dan pencerahan untuk kembali kepada jalan yang
di ridhai Allah SWT.
Sesuai firman Allah SWT, dalam Al-Qur’an :
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Maidah : 2)
Dzikir adalah cara yang paling efektif seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepada Allah, hingga ia mencapi maqam Marifatullah.
Dizikir adalah cara yang paling mudah dan paling efektif untuk
mengingat Allah, dzikir juga bisa di anggap sebagai pintu gerbang utama
untuk mencapai penghayatan makrifat, pada Sang Pencipta Alam Semesta
“Allah SWT”.
Ibnu Athaillah menjelaskan keutamaan Dzikir dalam Al-Hikam:
“Allah menganugrahkanmu tiga kemuliaan; pertama, dia membuatmu
ingat kepada-Nya, kalau bukan karena karunia-Nya, engkau tak pantas atas
melimpahnya zikir kepada-Nya dalam dirimu. Kedua, Dia membuatmu di ingat
oleh-Nya, karena Dia menguatkan hubungan-Nya denganmu. Dan yang ketiga,
Dia membuatmu di ingat di sisi-Nya, maka Allah menyempurnakan nikmat-Nya
kepadamu.”
Orang-orang yang berdzikir, cahaya dzikirnya akan menerangi
hatinya. Hati mereka akan di sucikan oleh Allah SWT, dan mereka adalah
orang-orang yang tercerahkan ruhaninya. Hamba Allah yang ikhlas
hatinya akan di getarkan ketika membacakan asma-asma Allah, dan
mereka mendapat ilham dan perasaan akan kehadiran Allah. Semakin
hamba Allah sering berdzikir, maka dzikir itu akan membersihkan
hatinya, hingga cahaya dan nikmat Allah turun kepada-Nya. Hati, pikiran
dan lidah mereka akan selalau di arahkan menuju Sang Pencipta Allah.
Sesuai Firman Allah SWT :
“(39.)Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenam(nya).(40.) Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap
selesai sembahyang.” (QS. Qaaf :39-40)
Membaca dzikir dan doa merupakan ekspresi ibadah dan ketaatan
seorang hamba yang ikhlas. Dzikir dan doa adalah pengakuan atas
kelemahan dan keinginan hamba untuk menyaksikan kehadiran-Nya.
Balasan dzikir ada di Akhirat nanti, sedangkan dalam kehidupan
Duniawi, balasan hamba yang berdzikir berupa petunjuk yang benar
dalam melaksanakan kewajiban secara bagus. Mula-mula adalah rasa
ikhlas, lalu doa-doa yang akan menghasilkan rahmat-Nya yang
melimpah, lebih baik dari yang ia harapkan di Dunia maupun di Akhirat.
Doa, muanjat, dzikir, dan seluruh tindakan pengabdian kepada
Allah SWT, sangat efektif apabila di laksanakan dengan keikhlasan hati,
karena akan membuat hamba yang menjalankannya merasa damai, suci,
dan hadir. Dan hamba ikhlas harus tetap konsisten melaksanakan
pengabdiannya, kendati ia di ganggu dan di goda Syetan. Pencerahan dan
kesadaran dalam berdzikir mempunyai derajat-derajat dan tingkatantingkatannya.
Satu tingkatan saja, akan mengantarkan hamba tersebut
pada tingkatan yang lebih tinggi.
Dan keadaan akhir yang di inginkan hamba Allah yang berdzikir
adalah kesadaran bahwa hanya Allah lah sumber dari semua sumber
makhluk dan eksistensi kehidupan. Kesadaran tersebut merupakan tujuan
dan maksud akhir dari semua praktik spiritual, yakni menyadari bahwa
Dialah Allah, sumber Pelihara Kekuasaan Alam Semesta dan segala
isinya.
Ibnu Athaillah juga menjelaskan, tahapan-tahapan spiritual dalam
berdzikir :
“Jangan tinggalkan dzikir lantaran tidak bisa berkonsentrasi kepada Allah
ketika berdzikir. Karena kelalaianmu (Terhadap Allah) ketika tidak berdzikir lebih
buruk ketimbang kelalaianmu ketika berdzikir. Mudah-mudahan Allah berkenan
mengangkatmu dari dzikir yang penuh kelalaian menuju dzikir penuh kesadaran,
dan dari dzikir penuh kesadaran menuju dzikir yang di semangati kehadiran-Nya,
dan dari dzikir yang di semangati kehadiran-Nya menuju dzikir yang
meniadakan segala selain-Nya.”
Sesuai firman-Nya :
“Dan yang demikian itu, bagi Allah tidaklah sukar.” (QS. Ibrahim :20)
Karena itu hendaklah berdzikir dengan penuh keikhlasan, apabila
hamba Allah ingin mencapai marifatullah. Dan tetap konsisten dalam
keikhlasan hingga hamba tersebut memperoleh keyakinan mutlak akan
keesaan Allah, dan tenggelam dalam dirinya. Puncak tertinggi keikhlasan
seorang hamba ialah ketika ia mengesakan ketuhanannya hanya kepada
Allah, lalu mengesakan segala perbuatan-perbuatan Allah, lalu
mengesakan sifat-sita Allah, hingga hemba tersebut mengesakan Dzat
Allah. Bahkan sampai titik dimana hemba tersebut memandang, bahwa
Allah SWT berada pada segala sesuatu.
Titik dimana hamba Allah hanya bisa berucap “Lahaula
Walaquwwata illabillah” (Tiada daya dan kekuatan kecuali pertolongan
Alah).
Dialah Tuhan yang memenuhi kebutuhan makhluknya, Tuhan tempat
menyampaikannya segala maksud, Tuhan yang mampu menolak segala cobaan,
Tuhan yang mampu menyembuhkan hambanya dari segala penyakit, Tuhan yang
Maha Mengabulkan segala doa, Tuhan yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang. Tuhan yang mennaggung kebutuhan makhluk, yang terbaik dalam
memelihara, yang terbaik pula dalam memberi pertolongan. Dan izinkan lah
hamba-hambamu yang penuh kekhilafan dan dosa ini, menjadi hamba-hamba
yang mampu mencapai keridhoan, cinta dan makrifat kepada-Mu. (AMIN!!!)