Sabtu, 18 Juli 2009

Dari Kebiasaan Menulis Diary, Pernah Ditolak Dua Kali oleh Penerbit

10-02-2009 17:59 WIB
Kisah Anak Muda yang Sukses Menjadi Penulis (1)
Dari Kebiasaan Menulis Diary, Pernah Ditolak Dua Kali oleh Penerbit

Masih muda tapi sudah punya karya dan mampu menembus dunia industri kreatif lewat tulisan yang dipublikasikan penerbit-penerbit populer. Dialah Muhammad Aryo Gatot. Bagaimana Gatot merintis kesuksesannya tersebut?

SELAIN namanya makin populer, kemampuan Gatot dalam menulis juga menjadi ladang pundi-pundi rupiah. Ditemui Radar Bogor, Gatot tampak serius duduk di salah satu sudut di toko buku dan taman bacaan Jendela di Jalan Cidangiang Kota Bogor.

Masih muda tapi punya energi dan semangat tinggi untuk menulis. Ia adalah satu dari sekian banyak penulis muda berbakat Kota Bogor yang berhasil menembus dunia industri.

Pria 25 tahun itu sedang menggarap dua buku baru yang akan terbit dalam waktu dekat.

"Ini adalah karya perdana. Judulnya Mimpi Bulan yang diterbitkan Grasindo, sekarang ada dua buku lagi yang sedang saya persiapkan. Tinggal menunggu launchingnya,” ujarnya.

Separuh waktunya nyaris habis untuk menulis dan membaca. Kini, karya tulisnya sudah tembus ke dunia industri dan dipublikasikan sebuah penerbit tenar, Grasindo.

“Sebuah mimpi dan cita-cita yang menjadi kenyataan. Bagi saya ini bukan sekadar karya tulis tapi sebuah kebanggaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata,” ujar Gatot.

Jadi penulis rupanya sudah menjadi cita-cita Gatot sejak remaja. Saat teman-temannya asyik bermain di luar rumah, ia lebih memilih menulis dan membaca.

Berawal dari kebiasaan menulis diary sebagai curahan hati saat sepi atau sedih itulah, bakat menulisnya terasah. Gatot menuturkan, karya dan ide-idenya muncul dari membaca. Semakin banyak membaca, kata Gatot, akan semakin banyak ide yang bisa diambil dan dijadikan bahan tulisan.

Menembus dunia industri sampai akhirnya dipercaya sebuah penerbit untuk dipublish, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gatot harus berjuang keras untuk meyakinkan para penerbit.

"Dua kali karya saya ditolak penerbit karena dianggap belum layak tapi yang ketiga diterima. Itu adalah waktu yang membahagiakan bagi saya. Memang butuh semangat dan jangan pantang menyerah,” kata Gatot mengenang.

Umumnya penulis muda selalu mengawali kariernya dari coba-coba dan iming-iming hadiah seperti menulis di majalah-majalah remaja atau sejenisnya tapi tidak bagi Gatot.

Sejak awal menulis dan sadar dengan cita-citanya ia langsung menembus dunia industri tanpa coba-coba ikutan sayembara. “Saya tidak seperti itu, saya langsung menawarkan tulisan ke penerbit,” ujarnya.

Coretan-coretannya kini bukan sekadar karya tapi sudah menjadi pundi-pundi rupiah untuk memutar roda kehidupannya setiap saat. Ini adalah bukti bahwa hobi, semangat, energi dan pantang menyerah bisa mendatangkan berkah.

"Saya akan menulis sampai mati. Sekarang menulis adalah bagian dari profesi sepenuhnya dan saya akan bergelut dengan dunia tulis menulis,” pungkasnya.(*)
(Hendra Sudrajat)

Tidak ada komentar: