Rabu, 30 Januari 2008

kebebasan memajukan atau menghancurkan?!

KEBEBASAN Memajukan atau merusak?!

Oleh: Gatot Aryo

Minggu, 22Juli 2007 aku membaca kolom TIFA Media Indonesia. disana tertulis Risalah "Memo Indonesia" yang isinya merangkum tentang kebebasan individu tanpa batas akan membawa manusia pada kemajuan dan kesempurnaan. tapi tiba-tiba ada sebuah pertanyaan sederhana dalam otkku?!.

"Apakah kebebasan individu tanpa batas akan memebawa manusia pada kemajuan?!"

Memang sih dengan kebebasan tanpa batas kita dapat mengungkapkan pikiran, ucapan dan tindakan tanpa musti ada nilai-nilai atau kekuasaan (HUKUM) yang membelenggu (Mirip proklamasi kemerdekaan atau malah makar yang terselubung). nuansa nilai-nilai moral dan kebudayaan yang sudah ada dan terbangun di Indonesia seperti di relatifkan kembali (bahkan dirancukan) atas dasar kemajuan dan kesempurnaan manusia. tiba-tiba pertanyaan itu muncul lagi.

"Apakah kebebasan individu tanpa batas akan membawa manusia pada kemajuan?!"

Apabila "kebebasan individu" tanpa batas di implementasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. yang pasti terjadi adalah keberutalan, kekacauan dan kekerasan dalam masyarakat semakin menjadi-jadi!. sebab paham yang dianut adalah individu tidak boleh dibatasi sebab ia memiliki "kebebasan Mutlak!."

Seseorang boleh-boleh saja bersenggama dengan siapapun (termasuk dengan istri orang), dimanapun (termasuk dijalanan publik), tanpa perdul institusi dan nilai-nilai apapun (termasuk UUD'45, KUHP, Al-Quran, Injil, Taurat, Kitab suci Hindu dan Budha, bahkan nasihat Ibu kita?). laki-laki tidak perlu poligami sebab ia bebas melakukan sex dengan ratusan wanita tanpa ada ikatan pernikahan, ia juga bebas membunuh orang lain (tanpa takut di penjara). kita juga tak perlu bersusah payah mencari uang sebab jika ingin kaya tinggal merampok saja di bank?1.

Bila itu terjadi yang akan muncul adalah sebauah peradaban liar, kita akan kembali pada "ATURAN HUTAN" dan "ZAMAN BATU". Dimana manusia bertindak layaknya binatang, membabi-buta, dan sadis. Yang kuat akan menindas yang lemah, akibatnya dominasi seekor Singa tidak akan memberi keadilan pada sang Rusa, sekalipun sang Singa berbuat salah dan sewenang-wenang (sebab selalu saja ada pembenaran dan justifikasi dari yang kuat?!).

"Apakah ini spirit Risalah Memo Indonesia?!"

Tiba-tiba pertanyaan itu muncullagi dan terus bergema dalam otakku.

"Apakah kebebasan individu tanpa batas akan membawa manusia pada kemajuan?!."

Jangan-jangan kebebasan individu malah membawa pada kemunduran bahkan merusak?!. Aku merasa dibodohi secara kasar! Pembenaran yang dijadikan kebenaran padahal kalau di kaji maknanya ngawang-ngawang bahkan abstrak. Bisa jadi tuduhan mereka pada Jurnal Boemiputra, BTI, dan SOK sebagai penghujat, vandalis, pelecehan, dan konfrontasi sastra adalah bagian yang dibenarkan bahkan dijiwai oleh Risalah "Memo Indonesia" karena tindakan tersebut bagian dari "Kebebasan Individu" (secara objektive harus diterima MI lapang dada}.

TIba-tiba pertanyaan yang lebih sederhana muncul dalam otakku.

"Apakah kebebasan Individu dapat merusak manusia?!"

YA! kebebasan tanpa batas (kebablasan) seorang individu akan menciptakan ketidakbebasan pada individu lain. sebab bila seorang individu diberi kebebasan untuk berbuat sesuatu sebebas-bebasnya maka individu itu pula bebas untuk membatasi kebebasan orang lain?! (ini yang dilakukan Jurnal Boemiputra, harusnya MI intrispeksi diri?). termsuk melakukan jalan kekerasan! "kebebasan Individu " akan berakhir dan berujung pada konflik peperangan yang akan menciptakan ketidakdamaian. (termasuk tindakan FPI harusnya MI mendukung dong!)

"Jadi apa kita masih perlu dengan kebebasan?!."

YA! selama kebebasan itu konstruktif (membangun) bukan destruktif (merusak).

"Tapi apa kita masih perlu dengan pembatasan?!."

YA! selama pembatasan itu konstruktif (memebangun) bukan destruktif (merusak).

"Jadi apa yang di perlukan umat manusia?!."

Mmm...kebebasan dan pembatasan konstruktif.

"Dan apa yang tidak diperlukan umat manusia?"

Mmm...kebebasan dan pembatasan destruktif.

"Kenapa kebebasan perlu di batasi?"

sebab segala sesuatu di Bumi ini ada batasnya!. kehidupan manisia saja dibatasi oleh ruang dan waktu. kita makan minum saja ada batasnya, kalo berlebihan bisa obesitas (kegemukan). artinya segala sesuatu yang berlebihan (tanpa batasan) akan memunculkan penyakit, terutama bagi Manusia (masyarakat dunia).

"Apakah pemabatasan konstruktif akan mematikan semangat dan kreativitas berkarya?."

TIDAK! justru sebaliknya malah semakin menghidupkan kreativitas berkarya agar lebih bermakna bagi umat manusia. karena kreativitas berkarya difokuskan dan dimaksimalkan pada kreativitas berkarya yang positif, bukan karya-karya liar dan membabi-buta. dan generasi yang akan datang lebih menghargai warisan karya dari para leluhurnya.

Tidak ada yang lain obat dari "kebebasan destruktif" adalah "Pembatasan konstruktif". dengan mengurangi ekploitasi kebebasan dalam kerangka moral dan nilai-nilai positif (yang diakui semua agama, negara bahkan masyarakat Dunia). tapi yang perlu dievaluasi adalah cara yang digunakan dalam memberi obat "pembatasan konstruktif" pada penyakit "kebabasan destruktif". perlu kedewasaan, kesabaran, dan kebijaksanaan ekstra, jangan sampai image terlalu memaksa dan kekerasan muncul walaupun itu demi kebaikan mereka. alangkah baiknya penyakit itu disembuhkan melalui proses "Pemahaman dan penyadaran publik!."

jam dinding di rumahku mulai menunjukan pukul tiga dini hari. otakku mulai lelah, mataku semakin memerah, aku sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuhku di atas kasur. sepertinya kontrofesi diotakku sudah mulai hilang, dan berganti menjadi pencerahan baru yang mendamaikan. aku harap kedamaian dan kebahagiaan ini bisa aku sebarkan pada manusia-manusia di Indonesia kalau perlu di Dunia.

Aku merebahkan diri diatas kasur, berlahan-lahan kelopak mataku tertutup dan diriku larut dalam kegelapan.

Penulis adalah Novelis dan pengelola

Komunitas Coretan Bogor

Tidak ada komentar: