Selasa, 15 Juli 2008

Sastrawan Indonesia beri kami (sastrawan muda) contoh..?!

oleh: Gatot Aryo


Sastrawan Indonesia beri kami (sastrawan muda) contoh..?!

Bagi saya menyaksikan debat antara kelompok sastra di media dan milis
memang seru...?! tapi tapi perdebatan ini menjadi kurang menarik
ketika wacana perdebatan bergeser ke hal-hal yang sifatnya individu.
Sedangkan wacana awal yang di hembuskan mulai bergeser kearah Saling
mengejek dan menjatuhkan malahan subtansi masalahnya mulai tidak terbahas.

Sayang..., sebagai pelaku seni yang baru muncul (embrio) saya
sedikitkecewa ketika panggung perdebatan yang di tunjukan para
satrawan senior mulai kontra produktif dalam membangun sastra
Indonesia. Setiap manusia pasti punya kekurangan dan kelebihan, di
dunia ini nggak ada manusia yang sempurna termasuk Bang Saut,
Golagong, Binhad, Hudan,Gunawan Muhammad hingga Taufik
Ismailsekalipun. Mereka semua manusia yang pasti memiliki kehilafan
dan kesalahan.

Karena itu alangkah baiknya perdebatan itu jangan di sangkut
pautkan pada persoalan individual. Bagi saya proses dialog itu
penting, justru anti-dialog menjadi strategi buruk dan kontra
produktif. Karena jalan yang yang dipilih ketika proses dialog buntu
adalah pemaksaan kehendak bahkan kontak fisik (peperangan) . Ketika
hal itu terjadi bangunan sastra indonesia bukan malah terbangun tetapi
justru ancur lagi?!.
Polemik ini pada akhirnya akan mempermasalahkan apa dan siapa
yang awal memicu konflik ini. Saya yakin setiap kubu pasti ngak mau
ngaku dan berusaha mencari kesalahan bahkan menvonis kubu lawannya.
Dari masalah manifes kebudayaan hingga manikebu, dari memo Indonesia
hingga ode kampung. Dari tuduhan anti kebebasan hingga imprealisme
budaya, dari dominasi komunitas hingga sastrawan yang cemburu.

Dan polemik ini tidak akan pernah beres sebelum ada kedewasaan
dan kebijaksanaan para sastrawan senior di kedua kubu tersebut?!!! .
Saya menangkap ambisi yang besar dari KUK untuk go Internasional dan
mungkin beberapa sastrawannya mengharapkan nobel penghargaan sehingga
mereka diakui eksistensinya dimata Dunia. Mungkin ada
sedikit harapan baik ketika sastra Indonesia go internasional melalui
KUK. Mereka sepertinya terinspirasi oleh kesuksesan Pramudya Ananta
Noer yang karyanya berhasil memperoleh nobel
Tapi ketika go internasional menjadi angan2 dan harapan
yang menggebu, terkadang jalan apapun akan dilakukan, termasuk ketika
kita itu harus mengikuti selera sastra dunia dan sedikit kehilangan
karakteristik dan indealisme sastrawan Indonesia. Seperti mba
Ayu Utami sepertinya ia terinspirasi oleh seorang novelis yahudi yang
tinggal di Austria Eropa yang kebetulan memperoleh nobel melalui novel
kontrovesialnya yang sangat bernuansa pornografi dan perlawanan.
Siapa tau ketika novel samannya jadi kontrovesi di Indonesia yah
masyarakat sastra Internasional berempati dan menganugrahinya nobel.
Kalau Ayu Utami berjaya so pasti KUK pun tidak terlupakan.
Mungkin ambisi go internasional dan nobel inilah yang membuat mereka
enggan dan risih ketika ada kerikil2 tajam (ode kampung2) yang
menggangu tujuan mereka. Tapi sedikit saran saya, kalau memang Tuhan
menakdirkan
anda memperoleh nobel, nggak usah terlalu berambisi bahkan
seolah2 menTuhan kan Nobel (pengakuan internasional) pasti nanti juga
dapet!.
Santai aja...?!

Tapi setidaknya ada satu niat baik dari temen2 KUK mereka ingin
membawa sastra indonesia ke kancah Internasional, tapi mungkin cara
dan strateginya saja yang perlu di evaluasi...? !

Buat bang Saut yang sedang menikmati hujatan dan kritikan!. Saya
hanya melihat ada upaya pengkucilan dari komunitas anda dari rival2
anda dengan membangun opini2 yang memojokkan!. Tapi alangkah baiknya
kita mengambil hikmahnya saja dari hal ini. Kalau kita ngga mau di
hujatyah jangan menghujat orang lain, kalau ngga mau dimaki orang yah
jangan memaki orang, kalau kita ngga mau di hina orang yah kita
jangan menghina orang.

Terkadang ketika kita dihina,dihujat, dan dimaki orang lain mungkin
karena awalnya kita sering dihujat dan di maki orang lain. Faktor
awalnya mungkin karena kita alergi akan kritik dan tidak di terima di
salahkan. Buat temen2 KUK saat ini kita di hina habis2an oleh bang
Saut coba pikirin mungkin selama ini kita sering meng hina orang.
begitu juga buat Bang Saut, ini mungkin konsekuensi atas alakah2 yang
abang buat...

Bagi saya yang penting pertunjukan ini jangan di jadikan proses
dialog sastra yang kontra produktif, saya sebagai sastrawan muda
(biang) sedikit merasa risih dan diberikan pendidikan yang kurang
produktif... .

Gatot Aryo
Pengelola KOmunitas Coretan Bogor

Tidak ada komentar: